Wednesday, 2 August 2023

fleet management system berbasis GPS Tracker atau System Control Unit


FLEET MANAGEMENT SYSTEM  BERBASIS GPS TRACKER
SEBAGAI SARANA CONTROL MANAGEMENT

Dalam upaya pengelolaan aset yang lebih produktif, efektif dan efisien, dibutuhkan adanya proaktif management dengan diskusi dan real time feedback dari operator engineer, IT dan divisi lain supaya kendala di lapangan dapat langsung diselesaikan. Fleet management system berbasis GPS tracker mampu mengatasi kerumitan administrasi pengelolaan sebuah perusahaan tambang, meminimalkan human error, memperbaiki perilaku pengemudi, menurunkan biaya dan menjadikan kinerja operasional lebih efisien.
Sistem manajemen  fleet berbasis GPS tracker adalah solusi teknologi yang membantu perusahaan atau organisasi untuk mengawasi dan mengelola armada kendaraan dengan lebih efisien. Sistem ini menggunakan teknologi GPS untuk melacak dan memantau posisi kendaraan secara real-time. Berikut adalah beberapa manfaat dan fitur umum dari sistem manajemen armada berbasis GPS tracker:

Manfaat:
  • Peningkatan efisiensi operasional: Dengan melacak posisi kendaraan secara real-time, manajer armada dapat mengoptimalkan rute dan memastikan pengemudi mengikuti jalur yang efisien, mengurangi waktu perjalanan dan bahan bakar.
  • Penjadwalan dan tugas yang lebih baik: Sistem ini membantu dalam penugasan dan penjadwalan tugas yang lebih baik dengan memberikan informasi tentang kendaraan yang tersedia dan posisi mereka saat ini.
  • Peningkatan keselamatan: Manajemen armada berbasis GPS dapat membantu dalam memonitor perilaku pengemudi seperti kecepatan, pengereman, dan akselerasi. Dengan demikian, dapat mendorong pengemudi untuk mengemudi dengan lebih aman dan meminimalkan risiko kecelakaan.
  • Penghematan biaya bahan bakar: Dengan mengoptimalkan rute dan mengawasi perilaku pengemudi, sistem ini dapat membantu mengurangi konsumsi bahan bakar dan biaya operasional kendaraan.
  • Peningkatan pelacakan aset: Selain kendaraan, sistem ini juga bisa digunakan untuk melacak aset berharga lainnya seperti alat berat atau peralatan khusus.

Fitur umum:
  • Pelacakan Real-time: Melacak posisi kendaraan secara real-time dan menampilkan data di peta digital.
  • Riwayat Perjalanan: Merekam riwayat perjalanan kendaraan, yang memudahkan analisis dan pemantauan.
  • Notifikasi dan Alarm: Mengirimkan notifikasi atau alarm jika kendaraan keluar dari jalur yang ditentukan, atau jika terjadi masalah seperti kecepatan berlebih atau kebocoran bahan bakar.
  • Analisis Kinerja: Menyediakan laporan dan analisis kinerja untuk mengukur efisiensi, konsumsi bahan bakar, dan biaya operasional armada.
  • Integrasi dengan sistem lain: Dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen logistik, sistem pengelolaan persediaan, atau sistem keuangan perusahaan.
  • Pemantauan Kesehatan Kendaraan: Beberapa sistem dapat memberikan informasi tentang kesehatan kendaraan, seperti kondisi mesin dan perawatan yang diperlukan.
Sistem manajemen armada berbasis GPS tracker sangat bermanfaat bagi perusahaan yang memiliki armada kendaraan besar dan kompleks, seperti perusahaan logistik, transportasi, atau jasa pengiriman. Dengan membantu mengoptimalkan operasi dan meningkatkan efisiensi, sistem ini dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Namun, pemilihan dan implementasi sistem harus didasarkan pada kebutuhan spesifik perusahaan dan kemampuan teknis yang tersedia.
GPS Tracker bekerja berdasarkan teknologi Global Positioning System (GPS), yang menggunakan satelit untuk melacak dan menentukan lokasi dari objek atau perangkat yang dilengkapi dengan GPS Tracker. Berikut adalah langkah-langkah umum bagaimana GPS Tracker bekerja:
  • Penerimaan sinyal GPS: GPS Tracker dilengkapi dengan penerima GPS yang dapat menangkap sinyal dari satelit GPS di orbit Bumi. Setidaknya, harus ada sinyal dari tiga satelit untuk menentukan lokasi secara horizontal (latitude dan longitude) dan empat satelit untuk mencakup informasi ketinggian (altitude) juga.
  • Perhitungan waktu tempuh: GPS Tracker mengukur selisih waktu yang dibutuhkan oleh sinyal dari satelit sampai diterima oleh penerima. Karena sinyal GPS bergerak pada kecepatan cahaya, perbedaan waktu ini digunakan untuk menghitung jarak antara GPS Tracker dan setiap satelit yang digunakan dalam perhitungan lokasi.
  • Trilaterasi: Setelah memperoleh informasi jarak dari tiga atau lebih satelit, GPS Tracker menggunakan metode trilaterasi untuk menentukan posisi relatifnya terhadap satelit-satelit tersebut. Trilaterasi adalah teknik yang digunakan untuk menghitung posisi berdasarkan jarak yang diketahui ke tiga titik referensi.
  • Penentuan lokasi: Setelah memperoleh informasi jarak dari beberapa satelit dan melakukan perhitungan trilaterasi, GPS Tracker dapat menentukan lokasi geografisnya dengan koordinat lengkap, yaitu latitude (garis lintang), longitude (garis bujur), dan altitude (ketinggian).
  • Pemrosesan dan pengiriman data: Setelah lokasi GPS Tracker ditentukan, data yang diperoleh diproses oleh perangkat tersebut untuk menentukan informasi tambahan, seperti kecepatan, arah pergerakan, dan waktu tempuh. Data ini kemudian dapat dikirim ke server atau perangkat penerima lainnya, seperti aplikasi smartphone atau perangkat komputer, untuk ditampilkan dalam bentuk peta atau laporan.
Penting untuk diingat bahwa GPS Tracker memerlukan visibilitas yang baik dengan satelit GPS untuk berfungsi dengan benar. Di tempat-tempat dengan bangunan tinggi, pohon lebat, atau di dalam ruangan tertutup, kualitas sinyal GPS dapat menurun dan menyebabkan ketidakakuratan dalam menentukan lokasi. Namun, teknologi GPS terus berkembang dan seiring waktu, telah ada peningkatan dalam akurasi dan ketersediaan sinyal GPS di berbagai lingkungan.
Secara sederhana, fleet management system merupakan sebuah sistem terintegrasi yang mampu membantu dalam mengelola aset kendaraan dan biasanya banyak dipergunakan di dunia industri seperti pertambangan, transportasi, konstruksi sampai perkebunan.
1. Efisienkan Jarak Tempuh Fleet management system juga memiliki fitur perencanaan rute dan penugasan kendaraan terdekat ke tujuan.
2. Digitalisasi Penugasan
Pengemudi menerimanya melalui ponsel dan progres penyelesaian tugas mudah dilacak, disertai bukti pengiriman berupa foto dapat langsung diunggah pengemudi melalui aplikasi. Ini juga memastikan barang yang dikirim sesuai dengan barang yang diambil.
3. Integrasi Fleet Management Software
4. Inspeksi Rutin Kendaraan
Fleet management system berbasis GPS tracker memberikan kemudahan melalui fitur pengatur jadwal pemeliharaan berdasarkan tanggal, km dan durasi operasional, juga fitur Driver Vehicle Inspection Report (DVIR) untuk pengemudi dapat melaporkan masalah kendaraan.

Driver Vehicle Inspection Report (DVIR) adalah formulir atau laporan yang digunakan oleh pengemudi (driver) untuk melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum dan setelah penggunaannya. Tujuan dari DVIR adalah untuk memastikan bahwa kendaraan dalam kondisi aman dan memenuhi standar keselamatan sebelum digunakan, serta untuk melacak dan melaporkan kondisi kendaraan yang memerlukan perawatan atau perbaikan.
DVIR biasanya berisi informasi sebagai berikut:
  • Identifikasi Kendaraan: Nama dan nomor kendaraan, nomor plat, tipe kendaraan, dan informasi identifikasi lainnya.
  • Tanggal dan Waktu: Tanggal dan waktu pemeriksaan dilakukan.
  • Bagian-bagian Kendaraan: Daftar bagian dan komponen kendaraan yang harus diperiksa, seperti sistem pengereman, sistem suspensi, lampu-lampu, kaca, roda, dan lain-lain.
  • Hasil Pemeriksaan: Pengemudi akan menandai atau memberikan catatan tentang kondisi setiap bagian kendaraan yang diperiksa. Misalnya, apakah dalam kondisi baik, perlu perbaikan, atau perlu perawatan lebih lanjut.
  • Tindakan Perbaikan: Jika ada item yang memerlukan perbaikan atau perawatan lebih lanjut, pengemudi akan mencatat tindakan yang diambil atau tindakan yang diperlukan.
  • Tanda Tangan dan Nama Pengemudi: Setelah selesai pemeriksaan, pengemudi akan menandatangani dan mencantumkan namanya pada DVIR sebagai konfirmasi bahwa pemeriksaan telah dilakukan.
DVIR penting dalam menjaga keselamatan dan kinerja kendaraan, serta memastikan bahwa kendaraan tetap beroperasi dalam kondisi yang baik. Jika ada masalah yang ditemukan selama pemeriksaan, laporan ini memungkinkan untuk segera mengambil tindakan perbaikan sehingga potensi kecelakaan atau masalah lebih lanjut dapat dihindari. Selain itu, DVIR juga dapat berfungsi sebagai bukti kepatuhan dengan peraturan keselamatan dan perawatan kendaraan dalam beberapa industri, seperti transportasi, logistik, dan konstruksi.

Dengan menggunakan sistem ini, perusahaan dapat memaksimalkan pemanfaatan kendaraan, melakukan pengecekan kendaraan yang beroperasi, melakukan perhitungan bahan bakar, hingga memantau waktu pemeliharaan atau service kendaraan Fungsi fleet management system atau manajemen armada ini mencakup penghematan konsumsi bahan bakar, koreksi metode pekerjaan, keselamatan bagi pengemudi dan kendaraan, serta perawatan kendaraan. Fungsi-fungsi tersebut dikelola dalam suatu sistem manajemen informasi terpadu.

Pemantauan Produktivitas Peralatan 
“Dari match factor ini bisa digunakan dua metode, pertama metode productivity, jadi base on kapasitas truk dibagi dengan kapasitas digger atau berdasarkan dari ready hours. Ready hours itu berdasarkan truk dan dagger juga cuma bedanya kita memasukan parameter kiwing dan hanging,”
Berikut ini empat alasan kenapa fleet management system bisa menjadi solusi perusahaan tambang dalam mengelola kerumitan administrasi:
Penggunaan fleet management system berbasis GPS tracker, dapat mengetahui persentase penggunaan dan durasi operasional setiap kendaraan perusahaan. Sehingga dapat mengaturnya agar lebih seimbang.
Mengelola tugas secara digital disertai dengan pemantauan kendaraan real-time. Fleet management system berbasis GPS tracker dapat mengefektifkan penugasan lengkap dengan informasinya.
Fleet management software berbasis SaaS seperti Cartrack solusinya memungkinkan manajer, dispatcher, pengemudi, teknisi pemeliharaan, hingga staf administrasi dan keuangan berkoordinasi dalam satu platform.
Pemantauan rutin keadaan kendaraan dapat melacak masalah lebih dini, serta memberikan jejak audit yang kuat untuk mempermudah klaim dan pengurusan administrasi lainnya terkait kendaraan.
Pastikan pengaplikasian fleet management system yang efektif. Gunakanlah fleet management system berbasis GPS tracker untuk menjamin peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya operasional.

CARA INTEGRASI  PERANGKAT GPS TRACKER DENGAN FLEET MANAGEMENT

Integrasi GPS Tracker dengan sistem manajemen armada (fleet management system) dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

  • Pilih GPS Tracker yang sesuai: Pertama, pastikan bahwa GPS Tracker yang akan digunakan kompatibel dengan sistem manajemen armada yang Anda gunakan. Pilih GPS Tracker yang dapat menyediakan data yang diperlukan dan mudah diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada.
  • Koneksi dan Protokol Komunikasi: Pastikan GPS Tracker memiliki kemampuan untuk mengirimkan data secara real-time melalui berbagai protokol komunikasi, seperti TCP/IP atau MQTT. Sistem manajemen armada Anda juga harus mendukung protokol yang sama untuk menerima data dari GPS Tracker.

Note :
TCP/IP dan MQTT adalah dua protokol komunikasi yang berbeda dan memiliki peran yang berbeda dalam konteks koneksi GPS Tracker dengan sistem manajemen armada.TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol): TCP/IP adalah suite protokol yang terdiri dari dua protokol utama, yaitu Transmission Control Protocol (TCP) dan Internet Protocol (IP). Protokol ini sangat umum digunakan dalam jaringan komputer dan internet. TCP merupakan protokol yang andal, berorientasi koneksi, dan menjamin pengiriman paket data dalam urutan yang benar. IP, di sisi lain, bertanggung jawab untuk memberikan alamat IP kepada perangkat dan routing data melalui jaringan.
Dalam konteks GPS Tracker dengan sistem manajemen armada, TCP/IP digunakan untuk mengirimkan data yang kritis atau data yang harus dikirimkan secara akurat dan tidak boleh hilang. Misalnya, data tentang lokasi GPS, kecepatan, atau status kendaraan yang sangat penting untuk keamanan dan manajemen armada.MQTT (Message Queuing Telemetry Transport): MQTT adalah protokol yang dirancang khusus untuk aplikasi yang membutuhkan komunikasi ringan, seperti Internet of Things (IoT) dan sensor. Protokol ini didesain untuk mengurangi beban lalu lintas jaringan dan cocok untuk perangkat dengan sumber daya terbatas. MQTT menggunakan model publish-subscribe, di mana perangkat dapat mengirimkan pesan (publish) ke topik tertentu, dan perangkat lain yang berlangganan (subscribe) ke topik yang sama akan menerima pesan tersebut.
Dalam konteks GPS Tracker dengan sistem manajemen armada, MQTT dapat digunakan untuk mengirimkan data tambahan atau data yang tidak kritis, seperti data sensor tambahan, informasi tentang status baterai, atau data keadaan kendaraan yang bersifat opsional.
Kesimpulannya, dalam implementasi GPS Tracker dengan sistem manajemen armada, kedua protokol ini bisa saja digunakan bersama-sama. TCP/IP digunakan untuk data yang kritis yang harus dikirimkan dengan keandalan dan keakuratan tertinggi, sedangkan MQTT digunakan untuk data yang bersifat opsional atau data yang tidak kritis untuk mengurangi beban lalu lintas jaringan dan penggunaan sumber daya. Pemilihan protokol tergantung pada prioritas data dan kebutuhan aplikasi.

  • Instalasi dan Konfigurasi GPS Tracker: Pasang GPS Tracker di kendaraan dalam armada Anda sesuai petunjuk produsen. Pastikan GPS Tracker terhubung ke sumber daya daya listrik kendaraan atau memiliki sumber daya baterai yang memadai. Konfigurasikan GPS Tracker agar dapat mengirimkan data yang dibutuhkan oleh sistem manajemen armada.
  • Integrasi dengan Sistem Manajemen Armada: Hubungkan data yang diterima dari GPS Tracker ke sistem manajemen armada. Jika sistem manajemen armada Anda memiliki API (Application Programming Interface) yang terbuka, Anda dapat menggunakan API ini untuk menyampaikan data dari GPS Tracker ke sistem tersebut.
  • Validasi dan Uji Integrasi: Setelah mengintegrasikan GPS Tracker dengan sistem manajemen armada, lakukan uji coba untuk memastikan data yang dikirimkan dan diterima secara akurat. Pastikan bahwa informasi yang diterima, seperti lokasi, kecepatan, dan status kendaraan, sesuai dengan harapan.
  • Monitoring dan Manajemen Data: Setelah integrasi berhasil, pastikan sistem manajemen armada dapat memantau data GPS Tracker secara real-time. Dengan adanya data GPS yang terintegrasi dengan sistem, Anda dapat melacak armada, mengoptimalkan rute, dan melakukan analisis kinerja lebih baik.
  • Pemeliharaan dan Pemantauan GPS Tracker: Pastikan GPS Tracker berfungsi dengan baik dan tetap terhubung dengan sistem manajemen armada. Lakukan pemeliharaan rutin dan pemantauan untuk memastikan keandalan dan akurasi data yang diterima.
Dengan mengintegrasikan GPS Tracker dengan sistem manajemen armada, Anda dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional armada Anda. Data real-time yang akurat dan dapat diakses membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik, pengoptimalan rute, pemantauan perilaku pengemudi, serta meningkatkan keselamatan dan keamanan kendaraan dan muatan.

CARA MENGHUBUNGKAN UNIT PERALATAN KERJA DENGAN APLIKASI FLEET MANAGEMENT SYSTEM

Menghubungkan unit kendaraan dengan aplikasi fleet management dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:
  • Pilih Sistem GPS Tracker yang Kompatibel: Pastikan Anda menggunakan GPS Tracker yang kompatibel dengan aplikasi fleet management yang akan Anda gunakan. Pilih GPS Tracker yang mendukung protokol komunikasi yang sama dengan aplikasi fleet management, seperti TCP/IP atau MQTT.
  • Instalasi GPS Tracker pada Kendaraan: Pasang GPS Tracker pada kendaraan sesuai petunjuk dan panduan produsen. Pastikan GPS Tracker terhubung dengan sumber daya listrik kendaraan atau memiliki sumber daya baterai yang memadai.
  • Aktivasi dan Konfigurasi GPS Tracker: Aktivasi GPS Tracker dengan mendaftarkan perangkat pada sistem fleet management Anda. Selanjutnya, lakukan konfigurasi GPS Tracker dengan mengatur informasi yang diperlukan, seperti ID kendaraan, jenis kendaraan, dan parameter pengiriman data.
  • Koneksi ke Jaringan Internet: Pastikan GPS Tracker terhubung ke jaringan internet yang dapat mengirimkan data ke aplikasi fleet management. Jaringan internet dapat berupa jaringan seluler (GSM, 3G, 4G) atau jaringan Wi-Fi, tergantung pada jenis GPS Tracker yang digunakan.
  • Verifikasi Koneksi: Setelah menghubungkan GPS Tracker ke jaringan internet, pastikan data dari GPS Tracker dapat diakses oleh aplikasi fleet management. Lakukan pengujian dan verifikasi untuk memastikan koneksi berhasil.
  • Integrasi dengan Aplikasi Fleet Management: Jika aplikasi fleet management Anda memiliki API (Application Programming Interface) atau metode integrasi lainnya, gunakan API ini untuk mengintegrasikan data dari GPS Tracker ke aplikasi. Pastikan data yang diterima dari GPS Tracker dapat diproses dan ditampilkan dengan benar di aplikasi fleet management.
  • Uji Coba dan Pemantauan: Setelah menghubungkan unit kendaraan dengan aplikasi fleet management, lakukan uji coba untuk memastikan data yang dikirimkan dan diterima secara akurat. Pantau secara berkala untuk memastikan koneksi dan data tetap berjalan dengan baik.
Pastikan untuk mengikuti panduan dan petunjuk dari produsen GPS Tracker serta aplikasi fleet management yang Anda gunakan. Jika diperlukan, mintalah bantuan dari pihak teknis atau dukungan pelanggan untuk memastikan integrasi berjalan dengan lancar dan sesuai dengan kebutuhan Anda.

Integerasi Control Unit (CCU) pada kendaraan atau alat berat.
CCU adalah komponen utama pada alat berat yang bertugas untuk mengontrol dan mengelola berbagai sistem di dalam alat berat tersebut. CCU bertindak sebagai otak atau pusat pengendalian yang mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai fungsi dan sistem di dalam alat berat untuk beroperasi dengan efisien dan aman. Beberapa fungsi utama dari CCU pada alat berat meliputi:
  • Kontrol Mesin: CCU mengendalikan operasi mesin utama seperti mesin penggerak, transmisi, sistem pembakaran, dan sistem pendinginan.
  • Sistem Hidrolik: CCU mengelola sistem hidrolik yang mengontrol berbagai gerakan dan fungsi alat berat, seperti angkat, turun, dorong, dan lainnya.
  • Sistem Elektrik: CCU mengendalikan berbagai aspek sistem elektrik pada alat berat, termasuk penerangan, kontrol listrik, sistem pemanas, dan sistem pendingin.
  • Pemantauan Kinerja: CCU dapat memonitor kinerja mesin dan sistem alat berat serta memberikan informasi dan peringatan tentang kondisi yang tidak normal.
  • Sistem Keamanan: CCU dapat menyediakan fitur keselamatan seperti penguncian atau pembatasan akses, sistem anti-maling, dan pencegahan kesalahan operator.
  • Komunikasi: Beberapa CCU mendukung kemampuan komunikasi untuk mengirim dan menerima data, seperti melalui sistem GPS, Wi-Fi, atau jaringan seluler.
  • Integritas Data: CCU menyimpan dan memproses data untuk memastikan integritas dan keakuratan informasi yang dihasilkan oleh alat berat.
Controller CCU adalah sebuah komponen elektronik yang berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan sistem atau proses berdasarkan input sinyal yang diterima dari berbagai macam sensor dan switch.
Pada kendaraan modern, seperti pada sistem injeksi bahan bakar (fuel system) engine, controller memiliki peran yang krusial. Dalam hal ini, controller menerima input sinyal dari berbagai sensor, seperti sensor suhu, sensor tekanan, sensor putaran engine (crankshaft position sensor), sensor throttle, dan lain-lain. Sinyal-sinyal tersebut digunakan untuk memantau kondisi kerja engine dan menentukan jumlah bahan bakar yang harus disuntikkan ke dalam ruang bakar untuk mencapai pembakaran yang optimal.
Setelah menerima input sinyal dari sensor, controller akan melakukan pemrosesan data dan menghitung command current atau arus kontrol yang akan dikirimkan ke solenoid valve (selenoid valve) pada sistem injeksi bahan bakar. Solenoid valve berperan sebagai katup yang mengatur aliran bahan bakar ke dalam ruang bakar dengan pembukaan dan penutupan yang dikontrol oleh arus kontrol dari controller. Dengan demikian, jumlah bahan bakar yang disuntikkan ke dalam ruang bakar dapat disesuaikan dengan kondisi kerja engine secara real-time.
Dengan adanya controller dan sistem kontrol yang canggih, kinerja engine dapat dioptimalkan, efisiensi bahan bakar ditingkatkan, dan emisi gas buang dapat dikurangi, sehingga menjadikan kendaraan lebih ramah lingkungan dan efisien


FITUR-FITUR APLIKASI FLEET MANAGEMENT SYSTEM

Fitur-fitur dalam aplikasi Fleet Management dapat beragam tergantung pada penyedia layanan dan kebutuhan spesifik pengguna. Namun, berikut adalah beberapa fitur umum yang sering ada dalam aplikasi Fleet Management:
  • Pelacakan Real-time: Memantau posisi dan status kendaraan dalam waktu nyata melalui peta digital.
  • Pemantauan Kinerja Kendaraan: Mengumpulkan data tentang kecepatan, konsumsi bahan bakar, pemakaian mesin, dan perilaku pengemudi untuk menganalisis kinerja kendaraan.
  • Laporan dan Analisis: Menyediakan laporan dan analisis tentang penggunaan armada, biaya operasional, dan efisiensi.
  • Pengelolaan Rute: Mengoptimalkan rute perjalanan kendaraan, menghindari kemacetan, dan menghemat waktu dan bahan bakar.
  • Perencanaan Perawatan: Mengingatkan jadwal perawatan kendaraan dan memberikan notifikasi untuk pemeliharaan yang diperlukan.
  • Geofencing: Menetapkan batas geografis tertentu dan memberikan peringatan jika kendaraan keluar dari batas tersebut.
  • Pengawasan Pengemudi: Memantau perilaku pengemudi seperti kecepatan, pengereman, dan akselerasi untuk memastikan pengemudi mengemudi dengan aman.
  • Integrasi GPS Tracker: Mengintegrasikan data dari GPS Tracker untuk melacak dan memantau kendaraan.
  • Manajemen Aset: Melacak informasi mengenai status dan ketersediaan kendaraan serta peralatan lain dalam armada.
  • Keamanan dan Keandalan: Melindungi data dengan sistem keamanan yang kuat dan menjaga keandalan dan ketersediaan sistem.
  • Pemantauan Kondisi Kendaraan: Memantau kondisi mesin dan performa kendaraan untuk mencegah masalah sebelumnya.
  • Pengelolaan Perizinan dan Asuransi: Mengelola jadwal perizinan dan asuransi kendaraan dalam armada.
  • Pemantauan Ketersediaan Kendaraan: Mengoptimalkan penggunaan kendaraan dan memastikan kendaraan siap digunakan.
  • Dukungan Multi-platform: Aplikasi dapat diakses melalui smartphone, tablet, atau komputer untuk pemantauan dan pengelolaan yang lebih fleksibel.
  • Notifikasi dan Alarm: Memberikan notifikasi dan alarm untuk peristiwa atau kondisi tertentu yang memerlukan tindakan segera.
  • Integrasi dengan Sistem Lain: Kemampuan untuk diintegrasikan dengan sistem manajemen logistik, sistem pengelolaan persediaan, atau sistem keuangan perusahaan.

Fitur-fitur ini membantu perusahaan atau organisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan penggunaan armada kendaraan, dan meningkatkan keselamatan serta keandalan dalam mengelola armada mereka.

Semoga Bermanfaat .......SALAM 

Tuesday, 1 August 2023

Pengawas Operasional Pertambangan



TENAGA PENGAWAS PERTAMBANGAN

apa syarat pengawas operasional pertambangan ?

Secara umum garis besar syarat menjadi pengawas operasional pertambangan dapat berbeda-beda tergantung pada peraturan dan regulasi yang berlaku di negara atau wilayah masing-masing. Namun, umumnya, berikut adalah beberapa syarat yang umumnya diperlukan untuk menjadi pengawas operasional pertambangan:
  1. Pendidikan: Calon pengawas operasional pertambangan biasanya harus memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, seperti gelar sarjana di bidang teknik pertambangan, teknik geologi, atau bidang terkait lainnya. Beberapa wilayah juga mungkin mengharuskan pendidikan tingkat lanjutan atau sertifikasi khusus dalam bidang pertambangan.
  2. Pengalaman Kerja: Biasanya, calon pengawas harus memiliki pengalaman kerja di industri pertambangan selama beberapa tahun. Pengalaman ini membantu memahami proses dan tantangan operasional yang terjadi di lapangan.
  3. Sertifikasi: calon pengawas pertambangan untuk mendapatkan sertifikasi tertentu yang menunjukkan bahwa mereka memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tugas pengawasan. Sertifikasi ini dapat berupa sertifikasi keselamatan pertambangan, sertifikasi manajemen lingkungan, dan sejenisnya  seprti POP/POM dan POU
  4. Kemampuan teknis: Pengawas operasional pertambangan harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses pertambangan, alat dan peralatan yang digunakan, serta tata cara pengawasan yang efektif.
  5. Pengetahuan regulasi: Pengawas harus memahami peraturan dan regulasi yang berlaku dalam industri pertambangan, termasuk peraturan keselamatan, lingkungan, dan kesehatan kerja.
  6. Kemampuan komunikasi dan kepemimpinan: Pengawas harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk berinteraksi dengan tim kerja dan manajemen. Kemampuan kepemimpinan juga diperlukan untuk mengarahkan dan mengawasi pekerjaan dengan efisien.
  7. Kesehatan dan Kebugaran: Beberapa negara atau wilayah mungkin memerlukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan calon pengawas operasional pertambangan memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang memadai untuk bekerja di lingkungan tambang yang mungkin berisiko dengan melakukan tahapan MCU (Medical Check Up).
Penting untuk mengacu pada peraturan lokal dan perusahaan tempat Anda berencana untuk bekerja sebagai pengawas operasional pertambangan. Pastikan untuk memenuhi semua persyaratan yang berlaku sebelum melamar posisi tersebut. Selain itu, selalu tingkatkan pengetahuan dan keterampilan Anda sesuai dengan perkembangan industri pertambangan untuk menjadi pengawas yang kompeten dan efektif

Tugas dan Tanggungjawab Pengawas Operasional Pertambangan ?

Sebagai seorang pengawas operasional pertambangan, tugas dan tanggung jawabnya sangat penting untuk memastikan operasi pertambangan berjalan dengan lancar, aman, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa tugas dan tanggung jawab umum dari seorang pengawas operasional pertambangan:
  • Pengawasan Operasi Pertambangan: Memantau dan mengawasi seluruh proses operasi pertambangan, termasuk ekstraksi, pengolahan, dan transportasi material pertambangan. Pastikan operasi berlangsung sesuai dengan prosedur dan standar yang ditetapkan.
  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Memastikan seluruh aktivitas pertambangan dilakukan dengan mematuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja, serta mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi kecelakaan dan cedera.
  • Pemeliharaan dan Perawatan: Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perawatan peralatan dan mesin pertambangan. Pastikan bahwa peralatan berfungsi dengan baik dan aman untuk digunakan.
  • Pengelolaan Tim Kerja: Mengawasi tim kerja dan memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan efisien dan tepat waktu. Mengalokasikan tugas dan mengawasi kinerja anggota tim.
  • Penerapan Regulasi: Memastikan semua operasi pertambangan sesuai dengan peraturan dan regulasi yang berlaku dalam industri pertambangan dan lingkungan.
  • Pengelolaan Lingkungan: Memastikan bahwa operasi pertambangan tidak merusak lingkungan sekitar. Mengelola limbah dan dampak lingkungan lainnya sesuai dengan peraturan dan praktik terbaik.
  • Pelaporan dan Dokumentasi: Melakukan pelaporan rutin tentang kinerja operasional pertambangan kepada manajemen atau pihak yang berwenang. Mendokumentasikan semua aktivitas, insiden, dan perbaikan yang dilakukan.
  • Perencanaan Produksi: Membantu dalam perencanaan dan penjadwalan produksi pertambangan untuk memastikan target produksi tercapai dengan efisien.
  • Penyelesaian Masalah: Mengatasi masalah operasional yang mungkin muncul dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi kendala yang terjadi.
  • Pelatihan dan Pengembangan: Memberikan pelatihan dan pengembangan kepada anggota tim untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam operasi pertambangan.
  • Hubungan Stakeholder: Menjalin hubungan yang baik dengan pemangku kepentingan internal dan eksternal, termasuk pihak berwenang, masyarakat setempat, dan perusahaan terkait.
Pengawas operasional pertambangan memiliki peran krusial dalam menjaga keselamatan, efisiensi, dan keberlanjutan operasi pertambangan. Tugas dan tanggung jawab mereka membantu memastikan bahwa pertambangan berjalan secara bertanggung jawab dan berkontribusi pada pembangunan yang berkelanjutan.

Pengawas pertambangan memiliki peran penting dalam memastikan keberlanjutan dan keamanan operasi pertambangan. Jenis pengawas pertambangan dapat dibedakan berdasarkan fungsinya dan area tanggung jawabnya. Berikut adalah beberapa jenis pengawas pertambangan sesuai dengan fungsinya:
  1. Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Pengawas K3 bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh area pertambangan. Mereka mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko, memberikan pelatihan keamanan, mengawasi penggunaan peralatan pelindung diri, dan memastikan langkah-langkah pencegahan kecelakaan diikuti dengan baik.
  2. Pengawas Lingkungan: Pengawas lingkungan bertugas memastikan bahwa operasi pertambangan dilakukan dengan memperhatikan dampak lingkungan dan sesuai dengan regulasi lingkungan yang berlaku. Mereka memantau pengelolaan limbah, pemantauan kualitas air dan udara, serta menjaga keberlanjutan lingkungan sekitar pertambangan.
  3. Pengawas Produksi: Pengawas produksi bertanggung jawab untuk memastikan target produksi pertambangan tercapai dengan efisien dan sesuai dengan rencana. Mereka melakukan pemantauan terhadap kinerja produksi, mengidentifikasi masalah produksi, dan mencari solusi untuk meningkatkan produktivitas.
  4. Pengawas Pemeliharaan: Pengawas pemeliharaan bertugas mengawasi dan mengelola pemeliharaan peralatan dan mesin pertambangan. Mereka memastikan peralatan berfungsi dengan baik, menjadwalkan perawatan rutin, dan menangani masalah teknis yang muncul.
  5. Pengawas Logistik dan Transportasi: Pengawas ini bertanggung jawab untuk memastikan kelancaran operasi logistik dan transportasi di pertambangan. Mereka mengawasi distribusi material, pengangkutan, serta mengatur dan memastikan efisiensi penggunaan alat transportasi.
  6. Pengawas Pematuhan Regulasi: Pengawas ini fokus pada memastikan bahwa semua aspek operasi pertambangan sesuai dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. Mereka memantau kepatuhan terhadap hukum dan menghadapi potensi sanksi jika tidak diikuti.
  7. Pengawas Keselamatan Ledakan: Jika ada peledakan yang terjadi dalam operasi pertambangan, pengawas keselamatan ledakan bertanggung jawab untuk mengawasi dan memastikan bahwa prosedur dan langkah-langkah keselamatan ledakan diikuti dengan benar.
  8. Pengawas Proyek: Pengawas proyek mengawasi proyek pertambangan tertentu, seperti pembangunan tambang baru atau perluasan tambang. Mereka memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan.
Setiap jenis pengawas pertambangan memiliki peran yang krusial untuk memastikan keberlanjutan dan keselamatan operasi pertambangan. Kombinasi dari berbagai jenis pengawas ini membantu mengelola berbagai aspek operasional dalam industri pertambangan dengan efisien dan aman.

Pengawas teknik pertambangan adalah seorang profesional yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan teknis di bidang pertambangan. Tugas utamanya adalah mengawasi dan mengelola berbagai aspek teknis dari operasi pertambangan. Berikut adalah beberapa tugas dan tanggung jawab khusus dari seorang pengawas teknik pertambangan:
  • Pengawasan Ekstraksi/eksplorasi mineral tambang: Memantau dan mengawasi proses ekstraksi atau pengambilan bahan tambang dari lapisan tanah atau batuan, termasuk penerapan metode penambangan yang tepat.
  • Pemantauan Peralatan: Memastikan bahwa semua peralatan dan mesin pertambangan berfungsi dengan baik dan aman untuk digunakan. Pengawas ini juga bertanggung jawab atas perawatan dan perbaikan peralatan yang diperlukan.
  • Perencanaan Penambangan: Membantu dalam perencanaan dan desain operasi penambangan, termasuk pemilihan lokasi tambang, peta dan desain tambang, serta perencanaan metode penambangan yang efisien.
  • Pengelolaan Bahan: Mengawasi dan mengelola pengangkutan dan penyimpanan bahan tambang, termasuk pemilihan alat transportasi yang tepat dan metode penyimpanan yang aman.
  • Pengawasan Keselamatan Penambangan: Memastikan penerapan standar keselamatan penambangan yang ketat dan menyediakan pelatihan keselamatan untuk para pekerja di lokasi tambang.
  • Pengelolaan Data: Mengumpulkan dan menganalisis data operasional, termasuk data produksi, efisiensi, dan kualitas material tambang.
  • Pengawasan Restorasi: Memastikan bahwa area pertambangan yang sudah selesai dieksploitasi dipulihkan sesuai dengan standar lingkungan yang berlaku.
  • Penerapan Teknologi: Memperkenalkan teknologi baru dan inovasi di bidang pertambangan untuk meningkatkan efisiensi operasi dan mengurangi dampak lingkungan.
  • Penyelesaian Masalah Teknis: Menangani masalah teknis yang muncul selama operasi pertambangan dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.
  • Koordinasi dengan Tim Lain: Bekerja sama dengan tim lain, termasuk pengawas keselamatan, pengawas lingkungan, dan pengawas produksi untuk memastikan seluruh aspek operasional berjalan dengan harmonis.
Pengawas teknik pertambangan harus memiliki pemahaman mendalam tentang proses pertambangan, peralatan yang digunakan, dan tata cara keselamatan kerja di lingkungan pertambangan. Mereka berperan penting dalam menjaga efisiensi, keselamatan, dan keberlanjutan operasi pertambangan.







Friday, 28 July 2023

PEMERIKSAAN PEKERJAAN LATERITE

 PEMERIKSAAN
PEKERJAAN BORONGAN ANGKUTAN TIMBUNAN PERKERASAN LATERITE JALAN PERKEBUNAN/PERTAMBANGAN

Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan atau pertambangan mencakup penilaian dan pengawasan terhadap aktivitas pengangkutan material laterit yang digunakan untuk membangun perkerasan jalan di perkebunan atau pertambangan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Beberapa hal yang mungkin termasuk dalam pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan/pertambangan adalah:
  • Kesesuaian Spesifikasi: Memastikan bahwa material laterit yang diangkut sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan, termasuk ukuran, kualitas, dan karakteristiknya.
  • Volume dan Berat: Memverifikasi volume dan berat material laterit yang diangkut untuk memastikan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam kontrak atau perjanjian borongan.
  • Kondisi Jalan: Memastikan bahwa jalur angkutan timbunan laterit telah dibangun dan dirawat dengan baik sehingga aman dan memungkinkan pengangkutan material secara efisien.
  • Keselamatan: Memeriksa langkah-langkah keselamatan yang diimplementasikan selama pengangkutan material, termasuk penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja dan kesesuaian armada angkutan.
  • Kualitas Material: Melakukan uji sampling dan pemeriksaan kualitas material laterit untuk memastikan bahwa material tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
  • Kemampuan Kontraktor: Menilai kemampuan kontraktor untuk memenuhi tenggat waktu dan kualitas pekerjaan sesuai dengan kontrak.
  • Pengendalian Lingkungan: Memeriksa apakah kegiatan pengangkutan timbunan laterit dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan peraturan yang berlaku.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan/pertambangan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama pelaksanaan proyek. Dalam pemeriksaan ini, penting untuk melibatkan tim yang terlatih dan ahli di bidang teknis dan keselamatan untuk memastikan kualitas dan keberhasilan proyek. Selain itu, hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dengan baik untuk kepentingan dokumentasi dan pengawasan lebih lanjut. 
Mekanisme serah terima pekerjaan borongan kontraktor angkutan laterite dilakukan oleh pihak kedua kontraktor selaku pemborong kontrak pekerjaan angkutan laterite berdasarkan SPK (Surat Perjanjian Kerja) yang ada dengan mengajukan permohonan pengajuan pemeriksaan progress pelaksanaan pekerjaan untuk proses selanjutnya BAPP ( Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan) sebagai dasar tagihan (invoice) kontraktor untuk proses pembayaran (BAP). Secara teknis perhitungan volume pekerjaan dapat disimulasikan dalam bentuk ; volume material tanah timbunan laterte (BCM/LCM), berdasarkan panjang jalan dengan ketentuan klasifikasi spesifikasi teknis ukuran design jalan yang sudah ditentukan  dengan lebar dan ketebalan tertentu.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan angkutan timbunan material laterit yang digunakan untuk membangun perkerasan jalan di perkebunan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar teknis, keselamatan, dan kualitas yang telah ditentukan dalam kontrak atau perjanjian borongan.

Beberapa aspek yang dapat menjadi fokus pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan antara lain:
  • Kesesuaian Spesifikasi: Memastikan bahwa material laterit yang diangkut sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam kontrak, termasuk ukuran, kualitas, dan karakteristiknya.
  • Volume dan Berat: Memverifikasi volume dan berat material laterite yang diangkut untuk memastikan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam kontrak.
  • Kondisi Jalan: Memastikan bahwa jalur angkutan timbunan laterit telah disiapkan dan dirawat dengan baik agar aman dan memungkinkan pengangkutan material secara efisien.
  • Pengendalian Keselamatan: Memeriksa langkah-langkah keselamatan yang diimplementasikan selama pengangkutan material, termasuk penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja dan kesesuaian armada angkutan.
  • Kualitas Material: Melakukan uji sampling dan pemeriksaan kualitas material laterit untuk memastikan bahwa material tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
  • Pengendalian Lingkungan: Memeriksa apakah kegiatan pengangkutan timbunan laterit dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan peraturan yang berlaku.
  • Pengawasan Masa Waktu: Memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam kontrak.
  • Administrasi dan Dokumentasi: Memastikan kelengkapan administrasi dan dokumentasi terkait pelaksanaan pekerjaan, termasuk laporan progres, catatan pengukuran, dan catatan keuangan.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama pelaksanaan proyek. Dalam pemeriksaan ini, penting untuk melibatkan tim yang terlatih dan ahli di bidang teknis, keselamatan, dan lingkungan untuk memastikan kualitas dan keberhasilan proyek. Hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dengan baik untuk kepentingan dokumentasi dan evaluasi pelaksanaan proyek lebih lanjut

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :

  1. Pengukuran Lebar Jalan, panjang jalan (GPS)/ Tarik Meter, tebal timbunan laterite yang diaplikasikan.
  2. Pemeriksaan visual fisik badan jalan pekerjaan pemadatan, pekerjaan pembentukan badan jalan, kemiringan (chamber) permukaan badan jalan ± 4%.
  3. Pengambilan titik koordinat pengukuran lapangan titik awal penimbunan dan akhir penimbunan , pemetaan GIS.
  4. Pencatatan/ BA pemeriksaan dan pengukuran bersama yang dilakukan oleh pihak owner dan pihak kontraktor dalam bentuk catatan pekerjaan tambah/kurang dalam pelaksanaan timbunan laterite, sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
  5. Pengambilan dokumentasi sebelum pekerjaan dimulai, pada saat pekerjaan dikerjakan, dan hasil akhir (jika dokumentasi diperlukan).

 
Catatan:

Rancangan perencanaan teknis jalan laterite mengacu pada desain atau spesifikasi teknis untuk membangun  jalan dengan menggunakan laterite sebagai bahan utama. Laterite adalah jenis tanah liat merah atau coklat kemerahan yang banyak ditemukan di wilayah tropis dan subtropis. Tanah ini memiliki karakteristik yang cocok untuk digunakan sebagai bahan konstruksi untuk jalan tanah.

Berikut adalah beberapa langkah yang biasanya tercakup dalam rancangan teknis  jalan laterite:
  1. Studi Penyelidikan: Studi penyelidikan dilakukan untuk mengevaluasi kondisi tanah dan topografi wilayah yang akan dibangun jalan laterite. Hal ini membantu dalam pemilihan trase jalan dan menentukan metode konstruksi yang tepat.
  2. Perencanaan Trase Jalan: Berdasarkan hasil penyelidikan, direncanakan trase jalan yang mengikuti kontur tanah dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti drainase, topografi, dan lingkungan sekitar.
  3. Perencanaan Dimensi Jalan: Menentukan lebar jalan, tinggi embung, kemiringan, dan ketebalan lapisan laterite yang akan digunakan untuk mencapai kekuatan dan daya dukung yang sesuai.
  4. Perhitungan Struktur: Jika diperlukan, dilakukan perhitungan struktural atau daya dukung jalan terhadap beban lintasan untuk memastikan jalan dapat menahan beban kendaraan yang akan melewatinya.
  5. Pemadatan Tanah: Sebelum penempatan lapisan laterite, tanah dasar harus dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat seperti roller atau wale plate untuk mencapai kepadatan yang optimal.
  6. Penempatan Lapisan Laterite: Lapisan laterite ditempatkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan dan diatur dalam ketebalan yang ditentukan dalam perencanaan.
  7. Pemadatan Lapisan Laterite: Setelah penempatan, lapisan laterite juga harus dipadatkan dengan alat pemadat untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatannya.
  8. Penyelesaian Permukaan: Jika diperlukan, permukaan jalan laterite dapat diperbaiki dengan metode pengaspalan atau aplikasi bahan tambahan lainnya untuk meningkatkan daya tahan dan kenyamanan berkendara.
  9. Penanganan Drainase: Pengaturan drainase yang baik sangat penting untuk menjaga kondisi jalan, sehingga drainase yang tepat harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pembangunan jalan laterite.
  10. Pemeliharaan Rutin: Setelah jalan selesai dibangun, perawatan rutin harus dilakukan untuk memastikan jalan tetap dalam kondisi baik dan berfungsi dengan optimal.
Daya Dukung Tanah Laterite dapat dikonversikan dalam bentuk CBR
Hasil dari pengujian CBR diekspresikan sebagai persentase daya dukung tanah tersebut dibandingkan dengan daya dukung standar tanah pengujian. Daya dukung standar yang digunakan adalah dari tanah agregat (75 mm) yang padat dan kering. Sebagai contoh, jika CBR tanah tersebut adalah 80%, berarti tanah tersebut memiliki daya dukung 80% dari daya dukung standar tanah agregat yang padat dan kering.
Berikut adalah beberapa kisaran umum hasil CBR untuk tanah yang berbeda:CBR > 80%: Tanah sangat baik daya dukungnya dan cocok untuk konstruksi jalan dan landasan pacu bandara yang berat.
  • 50% < CBR < 80%: Tanah memiliki daya dukung yang baik dan sesuai untuk konstruksi jalan ringan dan landasan pacu bandara yang ringan.
  • 30% < CBR < 50%: Tanah memiliki daya dukung yang cukup baik dan bisa digunakan untuk konstruksi jalan lokal dengan lalu lintas ringan.
  • CBR < 30%: Tanah memiliki daya dukung yang rendah dan tidak cocok untuk konstruksi jalan atau landasan pacu bandara. Perlu perhatian khusus atau tindakan perbaikan sebelum digunakan.
Pengujian CBR merupakan informasi penting dalam perencanaan dan desain struktur yang membutuhkan dasar yang kokoh, seperti jalan, landasan pacu, dan fondasi bangunan. Hasil CBR membantu insinyur dalam memilih bahan dan metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada.
California Bearing Ratio (CBR) tidak langsung berkaitan dengan beban muatan tertentu. CBR adalah metode pengujian untuk mengukur daya dukung tanah pada kondisi tertentu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Nilai CBR diukur dalam persentase dan menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan beban dari standar tanah agregat yang padat dan kering.
Sementara itu, beban muatan yang dapat ditahan oleh tanah tergantung pada beberapa faktor, termasuk ketebalan dan jenis tanah, kondisi kelembapan tanah, desain struktur, dan lain sebagainya. Selain CBR, perhitungan dan analisis struktural dilakukan untuk menentukan beban muatan maksimum yang dapat ditangani oleh tanah dalam kondisi tertentu.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
Dalam perencanaan struktur, termasuk jalan, landasan pacu bandara, atau fondasi bangunan, diperlukan beban muatan yang diantisipasi akan diterapkan pada struktur tersebut. Beban ini dapat berasal dari berat kendaraan, lalu lintas, atau beban statis seperti bangunan atau peralatan.
Kemudian, diperlukan perhitungan dan analisis struktural untuk menentukan distribusi beban ke dalam tanah di bawah struktur tersebut. Analisis ini mempertimbangkan daya dukung tanah, dimensi struktur, dan asumsi lain yang relevan.
Hasil analisis struktural akan menentukan apakah daya dukung tanah (CBR) sudah cukup untuk menangani beban muatan yang diantisipasi. Jika CBR tanah kurang, mungkin diperlukan langkah-langkah perbaikan atau penguatan tanah sebelum membangun struktur.
Dengan demikian, CBR adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan daya dukung tanah, tetapi tidak ada hubungan langsung antara nilai CBR dengan beban muatan tertentu. Proses perencanaan dan desain melibatkan analisis struktural yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa struktur dapat menangani beban muatan dengan aman dan efisien.
Konversi nilai CBR (California Bearing Ratio) ke daya dukung tanah (bearing capacity) dapat dilakukan menggunakan beberapa metode empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai ahli. Perlu diingat bahwa hasil konversi ini hanya merupakan perkiraan dan tidak selalu akurat untuk semua jenis tanah dan kondisi.

Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode yang dikembangkan oleh AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials). Berikut adalah rumus konversi CBR ke daya dukung tanah berdasarkan metode AASHTO:
  • Untuk tanah yang mengandung kerikil dan bebatuan kasar: Daya Dukung (kN/m²) = 30 x CBR
  • Untuk tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir: Daya Dukung (kN/m²) = 22 x CBR
Misalnya, jika nilai CBR tanah adalah 20%, maka untuk tanah yang mengandung kerikil dan bebatuan kasar, daya dukungnya diperkirakan sekitar 30 x 20% = 600 kN/m². Sedangkan untuk tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir, daya dukungnya diperkirakan sekitar 22 x 20% = 440 kN/m².
Namun, perlu diingat bahwa hasil konversi ini hanya perkiraan dan dapat bervariasi tergantung pada sifat dan kondisi tanah yang sebenarnya. Untuk mendapatkan estimasi yang lebih akurat, direkomendasikan untuk melakukan pengujian lapangan atau laboratorium yang lebih komprehensif dengan metode standar yang sesuai untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah yang lebih tepat. Selalu konsultasikan dengan ahli teknik sipil atau geoteknik untuk analisis yang lebih mendalam dan akurat.















BANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT



Bangunan yang dimaksud adalah bangunan struktur sarana fasilitas bangunan untuk tempat tinggal dan bangunan kantor, gudang, rumah mesin, workshop dan lainnya di areal perkebunan kelapa sawit. Bangunan khusus untuk perumahan karyawan disesuaikan dengan jabatan/ golongan masing-masing di areal perkebunan.
Bangunan ini dapat dikategorikan bangunan permanen dan bangunan semi permanen. Bangunan sarana penunjang lainnya adalah bangunan infrastruktur  sebagai sarana penunjang operasional perkebunan kelapa sawit  misalnya ; jembatan, titi panen, patok blok, patok batas areal, pintu air, gorong-gorong, gerbang, sign board (papan peringatan) dan lain-lain.
Bangunan struktur :
1. Bangunan Rumah Karyawan
    a. Bangunan Type G1
    b. Bangunan Type G2
    c. Bangunan Type G4
    d. Bangunan Type G5
    e. Bangunan Type G6
    f.  Bangunan Type G10
2. Bangunan Sarana :
    a. Kantor Besar Kebun (Estate)
    b. Kantor Divisi
    c. Aula Bersama
    d. Bangunan Gudang Pupuk, Chemical.
    e. Bangunan Gudang Sparepart
    f.  Bangunan Gudang BBM / Tangki BBM dan Olie
    g. Bangunan Rumah Genset
    h. Bangunan Rumah Pompa AIr ( Water Treatment Plan)
    i.  Bangunan Manggala Agni (Pemadam Kebakaran)
    j.  Bangunan Kantin/ Koperasi Karyawan
    k. Bangunan Klinik Kesehatan
    l.  Bangunan sarana ibadah mesjid/gereja/lainnya.
    m.Bangunan TPA ( Tempat Penitipan Anak)
    n. Lapangan Olahraga
    o. Bangunan Garage/ Parkir Kendaraan roda 2 & 4
    p. Bangunan Pos Keamanan (Security Guard)
    q. Bangunan Workshop/ Bengkel
        dan lainnya termasuk helipad, dermaga .......
3. Bangunan Sarana Prasarana
  • Gorong- Gorong/ Box Culvert
  • TPH
  • TPS/Tempat Pembuanan Sampah dari emplacement
  • Rumah Hujan/Pondok Hujan
  • Tower Menara Pemantau Api
  • Jembatan
  • Titi panen
  • Patok Blok 
  • Pintu Air/ Stop Log
  • Rambu-Rambu Jalan
  • Parit/Drainase
  • Tandon/waduk/Kolam Air Bersih
  • Box Controll
sedangkan untuk bangunan pabrik kelapa sawit dibuat tersendiri dan menjadi satu kesatuan termasuk bangunan sarana penunjang lainnya  termasuk untuk kebutuhan karyawan pabrik.
Pembangunan infrastuktur yang menunjang kegiatan pelaksanaan produksi perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan kawasan perkebunan.







Lebih Lanjut 






Wednesday, 26 July 2023

Materi Safety Talk


MATERI SAFETY TALK

Safety Talk adalah kegiatan komunikasi singkat yang dilakukan di tempat kerja atau lingkungan lainnya untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan dari Safety Talk adalah untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang keselamatan kepada para pekerja dan mengingatkan mereka tentang potensi bahaya serta cara-cara untuk mencegah kecelakaan atau cedera. Berikut adalah beberapa materi yang dapat diangkat dalam Safety Talk:
  • Identifikasi Bahaya: Berbicara tentang berbagai bahaya yang ada di tempat kerja, seperti bahaya fisik (misalnya, jalan berlubang, kabel listrik yang terkelupas), bahaya kimia (misalnya, bahan beracun), dan bahaya ergonomi (misalnya, beban berat yang diangkat tanpa teknik yang tepat).
  • Prosedur Keselamatan: Menyampaikan prosedur keselamatan yang harus diikuti oleh para pekerja untuk menghindari kecelakaan atau cedera. Ini bisa mencakup cara menggunakan alat dengan aman, mengenakan perlengkapan keselamatan seperti helm, sarung tangan, atau kacamata pelindung, dan aturan-aturan khusus yang berlaku di tempat kerja.
  • Kecelakaan Terkini: Jika ada kecelakaan atau insiden keselamatan yang baru-baru ini terjadi di tempat kerja, gunakan kesempatan Safety Talk untuk membahasnya dan mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan.
  • Penanganan Darurat: Berbicara tentang prosedur penanganan darurat yang harus diikuti jika terjadi insiden atau kecelakaan di tempat kerja, seperti menghubungi nomor darurat, memadamkan kebakaran, atau memberikan pertolongan pertama.
  • Kesehatan Mental dan Kesejahteraan: Mengingatkan pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, serta memberikan informasi tentang sumber daya yang tersedia untuk membantu mengatasi stres atau masalah kesehatan mental lainnya.
  • Alat Pelindung Diri (APD): Memastikan para pekerja memahami pentingnya menggunakan APD dengan benar dan menyampaikan informasi tentang jenis APD yang harus digunakan untuk pekerjaan tertentu.
  • Pengawasan Keselamatan: Menjelaskan peran pengawas atau manajer dalam mengawasi keselamatan di tempat kerja dan mendorong para pekerja untuk melaporkan masalah keselamatan yang mereka temui.
  • Partisipasi dan Komunikasi: Mendorong partisipasi aktif dari para pekerja dalam upaya keselamatan dan membangun budaya komunikasi terbuka tentang masalah keselamatan di tempat kerja.
  • Laporan dan Investigasi Insiden: Menjelaskan pentingnya melaporkan insiden atau hampir kecelakaan, serta prosedur untuk melakukan investigasi insiden guna mencegah terulangnya insiden serupa.
Safety Talk sebaiknya disampaikan secara singkat, jelas, dan menarik agar pesan tentang keselamatan dapat dengan mudah dipahami dan diingat oleh para pekerja. Penting untuk merencanakan materi yang akan disampaikan sebelumnya dan menyampaikannya dengan pendekatan yang positif dan mendukung untuk mencapai efek yang diharapkan dalam membangun budaya keselamatan di tempat kerja.

Safety Talk/ P5M/ Tool Box Meeting bertujuan sebagai salah satu upaya membudayakan sistem  keselamatan di tempat kerja guna mengurangi kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan/ kelalaian individu; meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan / kelalaian; mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur aman dalam semua tahap pekerjaan; dan mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan/ kekurangan sekecil apapun untuk menghindari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

Materi : materi disesuaikan dengan area kerja dan berhunbungan dengan pekerjaan yang dilakukan, menurut OHSAS: sifatnya spesifik sesuai area kerja, dilakukan di area lingkungan kerja dan tidak diperluka ruang khusus,cukup memberikan briefing di area terbuka yang intinya penyampaian bagaimana mengimplementasikan aturan K3
Mekanisme penyampaian :
Dilakukan setiap awal sebelum mulai pekerjaan (waktu awal shift kerja)/ pada saat mulai pekerjaan baru disampaikan dengan singkat jelas

Tujuan dari safety talk adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang keselamatan dan kesehatan kerja di kalangan para pekerja atau personel di tempat kerja. Safety talk biasanya dilakukan dalam bentuk sesi komunikasi singkat dan langsung, dengan tujuan sebagai berikut:
  • Kesadaran Bahaya: Meningkatkan kesadaran para pekerja terhadap bahaya potensial di tempat kerja. Dalam safety talk, bahaya-bahaya tersebut diidentifikasi dan dijelaskan dengan jelas sehingga para pekerja dapat lebih waspada dan berhati-hati.
Berikut adalah beberapa contoh pokok materi dalam identifikasi bahaya di lingkungan kerja:
Identifikasi Bahaya Fisik:Bahaya jalan berlubang atau retakan di area lalu lintas.
  • Bahaya alat berat yang beroperasi di sekitar pekerja.
  • Bahaya kabel listrik terkelupas atau terjepit.
Identifikasi Bahaya Kimia:Bahaya terpapar bahan kimia beracun atau berbahaya.
  • Bahaya kebakaran atau ledakan akibat penyimpanan bahan kimia yang tidak tepat.
  • Bahaya iritasi kulit akibat kontak dengan bahan kimia.
Identifikasi Bahaya Ergonomi:Bahaya beban berat yang diangkat tanpa teknik yang tepat.
  • Bahaya postur tubuh yang buruk saat duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama.
  • Bahaya penggunaan peralatan yang tidak ergonomis.
Identifikasi Bahaya Biologis:Bahaya terpapar patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit.
  • Bahaya kontaminasi dari limbah medis atau biologis.
Identifikasi Bahaya Radiasi:Bahaya paparan radiasi di lingkungan kerja yang menggunakan sumber radiasi.
  • Bahaya tidak menggunakan peralatan pelindung radiasi dengan benar.
Identifikasi Bahaya Kebisingan:Bahaya kerusakan pendengaran akibat paparan kebisingan tingkat tinggi.
  • Bahaya kurangnya kesadaran di sekitar tempat kerja yang bising.
Identifikasi Bahaya Faktor Psikososial:Bahaya stres kerja yang tinggi akibat beban kerja yang berlebihan.
  • Bahaya konflik atau ketegangan antar pekerja atau dengan atasan.
Identifikasi Bahaya Lingkungan:Bahaya terjatuh atau terpeleset karena lantai yang licin.
  • Bahaya kebakaran akibat bahan mudah terbakar yang tersimpan tidak tepat.
Identifikasi Bahaya Listrik:Bahaya terkena sengatan listrik dari kabel atau peralatan yang terpapar.
  • Bahaya kebakaran akibat korsleting listrik.
Identifikasi Bahaya Ketinggian:Bahaya terjatuh dari ketinggian akibat tidak menggunakan alat pengaman yang tepat.
  • Bahaya kerusakan atau kegagalan peralatan pada ketinggian tertentu.
  • Pencegahan Kecelakaan: Menyampaikan informasi tentang praktik-praktik kerja aman, prosedur keselamatan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tepat. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera yang dapat dihindari.

Upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko dan memastikan lingkungan kerja aman bagi para pekerja. Berikut adalah beberapa contoh usaha pencegahan kecelakaan kerja yang dapat dilakukan di tempat kerja:
  1. Pelatihan Keselamatan: Melakukan pelatihan keselamatan secara rutin kepada semua pekerja untuk memberikan pemahaman tentang bahaya, prosedur keselamatan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan benar.
  2. Identifikasi Bahaya: Lakukan identifikasi bahaya secara menyeluruh di lingkungan kerja dan dokumentasikan semua potensi risiko. Ini termasuk bahaya fisik, kimia, biologis, ergonomi, radiasi, dan lainnya.
  3. Evaluasi Risiko: Evaluasi risiko yang ada berdasarkan identifikasi bahaya untuk menentukan tingkat risiko dan prioritas tindakan pencegahan yang harus diambil.
  4. Tanda dan Marka Keselamatan: Pasang tanda, marka, atau rambu keselamatan di tempat-tempat strategis untuk memberikan informasi dan peringatan tentang bahaya serta instruksi tindakan yang harus diambil.
  5. Perencanaan Tugas: Rencanakan setiap tugas dengan cermat, termasuk menentukan langkah-langkah keselamatan dan peralatan yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan.
  6. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Pastikan bahwa pekerja dilengkapi dengan APD yang sesuai dan mendapatkan pelatihan tentang penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan APD dengan benar.
  7. Pemeriksaan Rutin Peralatan: Lakukan pemeriksaan rutin pada peralatan dan mesin untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik dan aman digunakan.
  8. Pengawasan Keselamatan: Pastikan ada pengawasan keselamatan yang memadai oleh pengawas atau manajer di lingkungan kerja untuk memastikan para pekerja mengikuti prosedur keselamatan.
  9. Program Kesehatan dan Kesejahteraan: Lakukan program kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja, termasuk penanganan stres, pengelolaan kelelahan, dan penanganan masalah kesehatan mental.
  10. Pelaporan dan Investigasi Insiden: Mendorong para pekerja untuk melaporkan hampir kecelakaan atau insiden keselamatan, dan lakukan investigasi untuk menemukan akar penyebab dan mengambil langkah-langkah pencegahan.
  11. Budaya Keselamatan: Bangun budaya keselamatan di lingkungan kerja di mana keselamatan diutamakan dan dijadikan nilai utama oleh semua anggota tim.
  12. Pencegahan kecelakaan kerja harus menjadi prioritas utama dalam setiap lingkungan kerja. Melibatkan semua anggota tim dalam usaha pencegahan akan meningkatkan efektivitasnya dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

  • Pemahaman Prosedur: Memastikan bahwa para pekerja memahami prosedur keselamatan yang harus diikuti dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Hal ini dapat mencakup tata cara menggunakan alat atau peralatan, prosedur evakuasi darurat, dan tindakan yang harus diambil dalam situasi kritis.Budaya Keselamatan: Membangun budaya keselamatan di tempat kerja di mana para pekerja saling peduli dan bertanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain. Safety talk dapat menjadi platform untuk berbagi pengalaman dan pelajaran dari insiden atau kecelakaan yang pernah terjadi.
  • Komunikasi Terbuka: Mendorong terbukanya saluran komunikasi tentang masalah keselamatan antara manajemen, pengawas, dan pekerja. Safety talk dapat menjadi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan, masukan, atau laporan insiden tanpa takut represif.
  • Peningkatan Produktivitas: Ketika para pekerja merasa aman dan nyaman di tempat kerja, hal ini dapat meningkatkan kinerja mereka dan produktivitas keseluruhan.
  • Keselamatan di Luar Tempat Kerja: Kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang ditanamkan melalui safety talk juga dapat berdampak positif pada keselamatan di luar tempat kerja, seperti di rumah atau saat melakukan aktivitas sehari-hari
Tema-tema  atau materi yang dapat disampaikan dalam safety talk
Tema Keselamatan Kerja
  • Pentingnya K3 (Tujuan K3 dan Dasar Hukum)
  • Sosialisasi peraturan K3 di lingkungan kerja ( KIMPER/ APD dll)
  • Pengenalan fungsi alat keselamatan kerja pada unit peralatan ( sabuk pengaman, rotary lamp, alarm vessel, alarm mundur, spion dll)
  • Fungsi dan Manfaat Penggunaan APD dan tugas tanggungjawab pekerja 
  • Kondisi lingkungan area kerja aman dan tidak aman
  • Perilaku kerja aman dan tidak aman
  • Pentingnya P2H (Pemeriksaan Harian Unit)
  • Budaya pemahaman kesadaran tentang K3 ( Menghentikan, Menegur, Mengingatkan, Memperbaiki)
  • Kondisi DARURAT, (penerapan kata sandi, pelaporan kondisi darurat, tindakan pertolongan pertama, penentuan rute jalur evakuasi)
  • Kondisi lingkungan kerja serta trik dan cara mengatasinya (Iklim kerja/  Tingkat Kebisingan/Cuaca/Gelombang Radio/ Debu Jalan Licin/ Tekanan Udara / Pencahayaan/KebersihanLingkungan) area kerja
  • Bekerja sesuai arahan standard/SOP yang berlaku bukan berdasarkan OPINI atau ASUMSI
  • Fungsi dan Cara Penempatan dan penggunaan APAR yang benar.
  • Sosialisasi rambu-rambu lalu lintas
  • Issue seputar penemuan pelanggaran K3
  • Penerapan good housekeeping budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) di lingkungan kerja.
  • SAFETY DRIVING (Pengoperasian Unit/Peralatan Kerja dengan Aman).
  • Pengetahuan resiko-resiko bahaya yang terjadi 
  • Kecelakaan kerja ( sebab akibat) Sebab secara langsung/tidak langsung dan berakibat kerugian (Studi Kasus). Contoh : Penggunaan Ganjal Ban/ Alarm Mundur dll.
  • Pengetahuan dasar peralatan dan bahan material resiko bahaya yang ditimbulkan dan tindakan yang harus dilakukan.
  • Pengetahuan dasar fungsi alat keselamatan dan cara menggunakannya (Safety Belt/ Safety Cone/Helmet/ Sarung Tangan/Rompi Safety/ear flug /masker dll
  • Pentingnya Laporan kejadian NEARMISS terhadap potensi rasio tingkat kecelakaan kerja 
  • LOTO (Lock Out Tag Out) 
  • Pemahaman JALUR EVAKUASI/ TITIK KUMPUL
  • FIRST AID (Pertolongan Pertama pada kecelakaan)
  • Disiplin kerja 
  • Bekerja di area ketinggian atau di ruangan terbatas.
  • Work Permitt ( Ijin Kerja Khusus) 
  • Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja (Saya TIDAK LIHAT/TIDAK TAHU/TIDAK BERPIKIR)
  • Pentingnya INVESTIGASI terhadap terjadinya kecelakaan kerja 
Tema Kesehatan Kerja
  • Fatigue
  • Gangguan Mental /Stress (Beban Kerja Berlebihan)
  • Dehidrasi
  • PAK (Penyakit Akibat Kerja)
  • Pola Makan dan istirahat
  • Sikap Kerja ergonomis
  • Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di area kerja
  • Bahaya Konsumsi Minuman Alkohol pada saat jam kerja
  • Disiplin kerja
  • Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja
  • Cara kerja sehat dan aman


SLOGAN  Safety:
Berangkat SEHAT Kerja SEMANGAT Pulang SELAMAT
Safety YES Accident NO
Mencegah lebih baik daripada Mengobati
BAHAYA adalah sumber KECELAKAAN
Semangat Pagi.....Pagi Pagi Luarrrrr Biasa
Keselamatan dimulai dari diri kita sendiri
Lindungi  diri dengan APD
Bekerjalah dengan aman keluarga dan orang yang kita sayangi menanti di rumah
Ceroboh pangkal CELAKA  Aman pangkal SELAMAT 
Lebih baik DITEGUR  daripada DIKUBUR
Penyesalan  selalu datang di akhir


Manfaat budaya keselamatan di tempat kerja :

  • Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan/ kelalaian yang dilakukan individu

  • Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan/ kelalaian

  • Mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur aman dalam semua tahap pekerjaan

  • Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan / kekurangan sekecil apapun yang terjadi untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

7 Faktor Penentu Keberhasilan Membangun Budaya Keselamatan di Perusahaan.

  • Komitmen Manajemen Terhadap Keselamatan Kerja.

  • Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja.

  • Komunikasi.

  • Keterlibatan Pekerja dalam Keselamatan Kerja. 

  • Lingkungan Sosial Pekerja. 

  • Perilaku Keselamatan Kerja.

  • Kepemimpinan Keselamatan (Safety Leadership)





PENGELOLAAN DAPUR UMUM PROYEK

Pengelolaan Dapur Umum dalam Proyek adalah kegiatan untuk memastikan bahwa kebutuhan makanan dan minuman seluruh pekerja proyek terpenuhi d...