Friday 28 July 2023

PEMERIKSAAN PEKERJAAN LATERITE

 PEMERIKSAAN
PEKERJAAN BORONGAN ANGKUTAN TIMBUNAN PERKERASAN LATERITE JALAN PERKEBUNAN/PERTAMBANGAN

Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan atau pertambangan mencakup penilaian dan pengawasan terhadap aktivitas pengangkutan material laterit yang digunakan untuk membangun perkerasan jalan di perkebunan atau pertambangan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Beberapa hal yang mungkin termasuk dalam pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan/pertambangan adalah:
  • Kesesuaian Spesifikasi: Memastikan bahwa material laterit yang diangkut sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan, termasuk ukuran, kualitas, dan karakteristiknya.
  • Volume dan Berat: Memverifikasi volume dan berat material laterit yang diangkut untuk memastikan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam kontrak atau perjanjian borongan.
  • Kondisi Jalan: Memastikan bahwa jalur angkutan timbunan laterit telah dibangun dan dirawat dengan baik sehingga aman dan memungkinkan pengangkutan material secara efisien.
  • Keselamatan: Memeriksa langkah-langkah keselamatan yang diimplementasikan selama pengangkutan material, termasuk penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja dan kesesuaian armada angkutan.
  • Kualitas Material: Melakukan uji sampling dan pemeriksaan kualitas material laterit untuk memastikan bahwa material tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
  • Kemampuan Kontraktor: Menilai kemampuan kontraktor untuk memenuhi tenggat waktu dan kualitas pekerjaan sesuai dengan kontrak.
  • Pengendalian Lingkungan: Memeriksa apakah kegiatan pengangkutan timbunan laterit dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan peraturan yang berlaku.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan/pertambangan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama pelaksanaan proyek. Dalam pemeriksaan ini, penting untuk melibatkan tim yang terlatih dan ahli di bidang teknis dan keselamatan untuk memastikan kualitas dan keberhasilan proyek. Selain itu, hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dengan baik untuk kepentingan dokumentasi dan pengawasan lebih lanjut. 
Mekanisme serah terima pekerjaan borongan kontraktor angkutan laterite dilakukan oleh pihak kedua kontraktor selaku pemborong kontrak pekerjaan angkutan laterite berdasarkan SPK (Surat Perjanjian Kerja) yang ada dengan mengajukan permohonan pengajuan pemeriksaan progress pelaksanaan pekerjaan untuk proses selanjutnya BAPP ( Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan) sebagai dasar tagihan (invoice) kontraktor untuk proses pembayaran (BAP). Secara teknis perhitungan volume pekerjaan dapat disimulasikan dalam bentuk ; volume material tanah timbunan laterte (BCM/LCM), berdasarkan panjang jalan dengan ketentuan klasifikasi spesifikasi teknis ukuran design jalan yang sudah ditentukan  dengan lebar dan ketebalan tertentu.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan angkutan timbunan material laterit yang digunakan untuk membangun perkerasan jalan di perkebunan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar teknis, keselamatan, dan kualitas yang telah ditentukan dalam kontrak atau perjanjian borongan.

Beberapa aspek yang dapat menjadi fokus pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan antara lain:
  • Kesesuaian Spesifikasi: Memastikan bahwa material laterit yang diangkut sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam kontrak, termasuk ukuran, kualitas, dan karakteristiknya.
  • Volume dan Berat: Memverifikasi volume dan berat material laterite yang diangkut untuk memastikan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam kontrak.
  • Kondisi Jalan: Memastikan bahwa jalur angkutan timbunan laterit telah disiapkan dan dirawat dengan baik agar aman dan memungkinkan pengangkutan material secara efisien.
  • Pengendalian Keselamatan: Memeriksa langkah-langkah keselamatan yang diimplementasikan selama pengangkutan material, termasuk penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja dan kesesuaian armada angkutan.
  • Kualitas Material: Melakukan uji sampling dan pemeriksaan kualitas material laterit untuk memastikan bahwa material tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
  • Pengendalian Lingkungan: Memeriksa apakah kegiatan pengangkutan timbunan laterit dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan peraturan yang berlaku.
  • Pengawasan Masa Waktu: Memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam kontrak.
  • Administrasi dan Dokumentasi: Memastikan kelengkapan administrasi dan dokumentasi terkait pelaksanaan pekerjaan, termasuk laporan progres, catatan pengukuran, dan catatan keuangan.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama pelaksanaan proyek. Dalam pemeriksaan ini, penting untuk melibatkan tim yang terlatih dan ahli di bidang teknis, keselamatan, dan lingkungan untuk memastikan kualitas dan keberhasilan proyek. Hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dengan baik untuk kepentingan dokumentasi dan evaluasi pelaksanaan proyek lebih lanjut

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :

  1. Pengukuran Lebar Jalan, panjang jalan (GPS)/ Tarik Meter, tebal timbunan laterite yang diaplikasikan.
  2. Pemeriksaan visual fisik badan jalan pekerjaan pemadatan, pekerjaan pembentukan badan jalan, kemiringan (chamber) permukaan badan jalan ± 4%.
  3. Pengambilan titik koordinat pengukuran lapangan titik awal penimbunan dan akhir penimbunan , pemetaan GIS.
  4. Pencatatan/ BA pemeriksaan dan pengukuran bersama yang dilakukan oleh pihak owner dan pihak kontraktor dalam bentuk catatan pekerjaan tambah/kurang dalam pelaksanaan timbunan laterite, sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
  5. Pengambilan dokumentasi sebelum pekerjaan dimulai, pada saat pekerjaan dikerjakan, dan hasil akhir (jika dokumentasi diperlukan).

 
Catatan:

Rancangan perencanaan teknis jalan laterite mengacu pada desain atau spesifikasi teknis untuk membangun  jalan dengan menggunakan laterite sebagai bahan utama. Laterite adalah jenis tanah liat merah atau coklat kemerahan yang banyak ditemukan di wilayah tropis dan subtropis. Tanah ini memiliki karakteristik yang cocok untuk digunakan sebagai bahan konstruksi untuk jalan tanah.

Berikut adalah beberapa langkah yang biasanya tercakup dalam rancangan teknis  jalan laterite:
  1. Studi Penyelidikan: Studi penyelidikan dilakukan untuk mengevaluasi kondisi tanah dan topografi wilayah yang akan dibangun jalan laterite. Hal ini membantu dalam pemilihan trase jalan dan menentukan metode konstruksi yang tepat.
  2. Perencanaan Trase Jalan: Berdasarkan hasil penyelidikan, direncanakan trase jalan yang mengikuti kontur tanah dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti drainase, topografi, dan lingkungan sekitar.
  3. Perencanaan Dimensi Jalan: Menentukan lebar jalan, tinggi embung, kemiringan, dan ketebalan lapisan laterite yang akan digunakan untuk mencapai kekuatan dan daya dukung yang sesuai.
  4. Perhitungan Struktur: Jika diperlukan, dilakukan perhitungan struktural atau daya dukung jalan terhadap beban lintasan untuk memastikan jalan dapat menahan beban kendaraan yang akan melewatinya.
  5. Pemadatan Tanah: Sebelum penempatan lapisan laterite, tanah dasar harus dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat seperti roller atau wale plate untuk mencapai kepadatan yang optimal.
  6. Penempatan Lapisan Laterite: Lapisan laterite ditempatkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan dan diatur dalam ketebalan yang ditentukan dalam perencanaan.
  7. Pemadatan Lapisan Laterite: Setelah penempatan, lapisan laterite juga harus dipadatkan dengan alat pemadat untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatannya.
  8. Penyelesaian Permukaan: Jika diperlukan, permukaan jalan laterite dapat diperbaiki dengan metode pengaspalan atau aplikasi bahan tambahan lainnya untuk meningkatkan daya tahan dan kenyamanan berkendara.
  9. Penanganan Drainase: Pengaturan drainase yang baik sangat penting untuk menjaga kondisi jalan, sehingga drainase yang tepat harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pembangunan jalan laterite.
  10. Pemeliharaan Rutin: Setelah jalan selesai dibangun, perawatan rutin harus dilakukan untuk memastikan jalan tetap dalam kondisi baik dan berfungsi dengan optimal.
Daya Dukung Tanah Laterite dapat dikonversikan dalam bentuk CBR
Hasil dari pengujian CBR diekspresikan sebagai persentase daya dukung tanah tersebut dibandingkan dengan daya dukung standar tanah pengujian. Daya dukung standar yang digunakan adalah dari tanah agregat (75 mm) yang padat dan kering. Sebagai contoh, jika CBR tanah tersebut adalah 80%, berarti tanah tersebut memiliki daya dukung 80% dari daya dukung standar tanah agregat yang padat dan kering.
Berikut adalah beberapa kisaran umum hasil CBR untuk tanah yang berbeda:CBR > 80%: Tanah sangat baik daya dukungnya dan cocok untuk konstruksi jalan dan landasan pacu bandara yang berat.
  • 50% < CBR < 80%: Tanah memiliki daya dukung yang baik dan sesuai untuk konstruksi jalan ringan dan landasan pacu bandara yang ringan.
  • 30% < CBR < 50%: Tanah memiliki daya dukung yang cukup baik dan bisa digunakan untuk konstruksi jalan lokal dengan lalu lintas ringan.
  • CBR < 30%: Tanah memiliki daya dukung yang rendah dan tidak cocok untuk konstruksi jalan atau landasan pacu bandara. Perlu perhatian khusus atau tindakan perbaikan sebelum digunakan.
Pengujian CBR merupakan informasi penting dalam perencanaan dan desain struktur yang membutuhkan dasar yang kokoh, seperti jalan, landasan pacu, dan fondasi bangunan. Hasil CBR membantu insinyur dalam memilih bahan dan metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada.
California Bearing Ratio (CBR) tidak langsung berkaitan dengan beban muatan tertentu. CBR adalah metode pengujian untuk mengukur daya dukung tanah pada kondisi tertentu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Nilai CBR diukur dalam persentase dan menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan beban dari standar tanah agregat yang padat dan kering.
Sementara itu, beban muatan yang dapat ditahan oleh tanah tergantung pada beberapa faktor, termasuk ketebalan dan jenis tanah, kondisi kelembapan tanah, desain struktur, dan lain sebagainya. Selain CBR, perhitungan dan analisis struktural dilakukan untuk menentukan beban muatan maksimum yang dapat ditangani oleh tanah dalam kondisi tertentu.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
Dalam perencanaan struktur, termasuk jalan, landasan pacu bandara, atau fondasi bangunan, diperlukan beban muatan yang diantisipasi akan diterapkan pada struktur tersebut. Beban ini dapat berasal dari berat kendaraan, lalu lintas, atau beban statis seperti bangunan atau peralatan.
Kemudian, diperlukan perhitungan dan analisis struktural untuk menentukan distribusi beban ke dalam tanah di bawah struktur tersebut. Analisis ini mempertimbangkan daya dukung tanah, dimensi struktur, dan asumsi lain yang relevan.
Hasil analisis struktural akan menentukan apakah daya dukung tanah (CBR) sudah cukup untuk menangani beban muatan yang diantisipasi. Jika CBR tanah kurang, mungkin diperlukan langkah-langkah perbaikan atau penguatan tanah sebelum membangun struktur.
Dengan demikian, CBR adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan daya dukung tanah, tetapi tidak ada hubungan langsung antara nilai CBR dengan beban muatan tertentu. Proses perencanaan dan desain melibatkan analisis struktural yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa struktur dapat menangani beban muatan dengan aman dan efisien.
Konversi nilai CBR (California Bearing Ratio) ke daya dukung tanah (bearing capacity) dapat dilakukan menggunakan beberapa metode empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai ahli. Perlu diingat bahwa hasil konversi ini hanya merupakan perkiraan dan tidak selalu akurat untuk semua jenis tanah dan kondisi.

Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode yang dikembangkan oleh AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials). Berikut adalah rumus konversi CBR ke daya dukung tanah berdasarkan metode AASHTO:
  • Untuk tanah yang mengandung kerikil dan bebatuan kasar: Daya Dukung (kN/m²) = 30 x CBR
  • Untuk tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir: Daya Dukung (kN/m²) = 22 x CBR
Misalnya, jika nilai CBR tanah adalah 20%, maka untuk tanah yang mengandung kerikil dan bebatuan kasar, daya dukungnya diperkirakan sekitar 30 x 20% = 600 kN/m². Sedangkan untuk tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir, daya dukungnya diperkirakan sekitar 22 x 20% = 440 kN/m².
Namun, perlu diingat bahwa hasil konversi ini hanya perkiraan dan dapat bervariasi tergantung pada sifat dan kondisi tanah yang sebenarnya. Untuk mendapatkan estimasi yang lebih akurat, direkomendasikan untuk melakukan pengujian lapangan atau laboratorium yang lebih komprehensif dengan metode standar yang sesuai untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah yang lebih tepat. Selalu konsultasikan dengan ahli teknik sipil atau geoteknik untuk analisis yang lebih mendalam dan akurat.















BANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT



Bangunan yang dimaksud adalah bangunan struktur sarana fasilitas bangunan untuk tempat tinggal dan bangunan kantor, gudang, rumah mesin, workshop dan lainnya di areal perkebunan kelapa sawit. Bangunan khusus untuk perumahan karyawan disesuaikan dengan jabatan/ golongan masing-masing di areal perkebunan.
Bangunan ini dapat dikategorikan bangunan permanen dan bangunan semi permanen. Bangunan sarana penunjang lainnya adalah bangunan infrastruktur  sebagai sarana penunjang operasional perkebunan kelapa sawit  misalnya ; jembatan, titi panen, patok blok, patok batas areal, pintu air, gorong-gorong, gerbang, sign board (papan peringatan) dan lain-lain.
Bangunan struktur :
1. Bangunan Rumah Karyawan
    a. Bangunan Type G1
    b. Bangunan Type G2
    c. Bangunan Type G4
    d. Bangunan Type G5
    e. Bangunan Type G6
    f.  Bangunan Type G10
2. Bangunan Sarana :
    a. Kantor Besar Kebun (Estate)
    b. Kantor Divisi
    c. Aula Bersama
    d. Bangunan Gudang Pupuk, Chemical.
    e. Bangunan Gudang Sparepart
    f.  Bangunan Gudang BBM / Tangki BBM dan Olie
    g. Bangunan Rumah Genset
    h. Bangunan Rumah Pompa AIr ( Water Treatment Plan)
    i.  Bangunan Manggala Agni (Pemadam Kebakaran)
    j.  Bangunan Kantin/ Koperasi Karyawan
    k. Bangunan Klinik Kesehatan
    l.  Bangunan sarana ibadah mesjid/gereja/lainnya.
    m.Bangunan TPA ( Tempat Penitipan Anak)
    n. Lapangan Olahraga
    o. Bangunan Garage/ Parkir Kendaraan roda 2 & 4
    p. Bangunan Pos Keamanan (Security Guard)
    q. Bangunan Workshop/ Bengkel
        dan lainnya termasuk helipad, dermaga .......
3. Bangunan Sarana Prasarana
  • Gorong- Gorong/ Box Culvert
  • TPH
  • TPS/Tempat Pembuanan Sampah dari emplacement
  • Rumah Hujan/Pondok Hujan
  • Tower Menara Pemantau Api
  • Jembatan
  • Titi panen
  • Patok Blok 
  • Pintu Air/ Stop Log
  • Rambu-Rambu Jalan
  • Parit/Drainase
  • Tandon/waduk/Kolam Air Bersih
  • Box Controll
sedangkan untuk bangunan pabrik kelapa sawit dibuat tersendiri dan menjadi satu kesatuan termasuk bangunan sarana penunjang lainnya  termasuk untuk kebutuhan karyawan pabrik.
Pembangunan infrastuktur yang menunjang kegiatan pelaksanaan produksi perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan kawasan perkebunan.







Lebih Lanjut 






Wednesday 26 July 2023

Materi Safety Talk


MATERI SAFETY TALK

Safety Talk adalah kegiatan komunikasi singkat yang dilakukan di tempat kerja atau lingkungan lainnya untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan dari Safety Talk adalah untuk menyampaikan pesan-pesan penting tentang keselamatan kepada para pekerja dan mengingatkan mereka tentang potensi bahaya serta cara-cara untuk mencegah kecelakaan atau cedera. Berikut adalah beberapa materi yang dapat diangkat dalam Safety Talk:
  • Identifikasi Bahaya: Berbicara tentang berbagai bahaya yang ada di tempat kerja, seperti bahaya fisik (misalnya, jalan berlubang, kabel listrik yang terkelupas), bahaya kimia (misalnya, bahan beracun), dan bahaya ergonomi (misalnya, beban berat yang diangkat tanpa teknik yang tepat).
  • Prosedur Keselamatan: Menyampaikan prosedur keselamatan yang harus diikuti oleh para pekerja untuk menghindari kecelakaan atau cedera. Ini bisa mencakup cara menggunakan alat dengan aman, mengenakan perlengkapan keselamatan seperti helm, sarung tangan, atau kacamata pelindung, dan aturan-aturan khusus yang berlaku di tempat kerja.
  • Kecelakaan Terkini: Jika ada kecelakaan atau insiden keselamatan yang baru-baru ini terjadi di tempat kerja, gunakan kesempatan Safety Talk untuk membahasnya dan mengidentifikasi langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan.
  • Penanganan Darurat: Berbicara tentang prosedur penanganan darurat yang harus diikuti jika terjadi insiden atau kecelakaan di tempat kerja, seperti menghubungi nomor darurat, memadamkan kebakaran, atau memberikan pertolongan pertama.
  • Kesehatan Mental dan Kesejahteraan: Mengingatkan pentingnya kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan, serta memberikan informasi tentang sumber daya yang tersedia untuk membantu mengatasi stres atau masalah kesehatan mental lainnya.
  • Alat Pelindung Diri (APD): Memastikan para pekerja memahami pentingnya menggunakan APD dengan benar dan menyampaikan informasi tentang jenis APD yang harus digunakan untuk pekerjaan tertentu.
  • Pengawasan Keselamatan: Menjelaskan peran pengawas atau manajer dalam mengawasi keselamatan di tempat kerja dan mendorong para pekerja untuk melaporkan masalah keselamatan yang mereka temui.
  • Partisipasi dan Komunikasi: Mendorong partisipasi aktif dari para pekerja dalam upaya keselamatan dan membangun budaya komunikasi terbuka tentang masalah keselamatan di tempat kerja.
  • Laporan dan Investigasi Insiden: Menjelaskan pentingnya melaporkan insiden atau hampir kecelakaan, serta prosedur untuk melakukan investigasi insiden guna mencegah terulangnya insiden serupa.
Safety Talk sebaiknya disampaikan secara singkat, jelas, dan menarik agar pesan tentang keselamatan dapat dengan mudah dipahami dan diingat oleh para pekerja. Penting untuk merencanakan materi yang akan disampaikan sebelumnya dan menyampaikannya dengan pendekatan yang positif dan mendukung untuk mencapai efek yang diharapkan dalam membangun budaya keselamatan di tempat kerja.

Safety Talk/ P5M/ Tool Box Meeting bertujuan sebagai salah satu upaya membudayakan sistem  keselamatan di tempat kerja guna mengurangi kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan/ kelalaian individu; meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan / kelalaian; mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur aman dalam semua tahap pekerjaan; dan mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan/ kekurangan sekecil apapun untuk menghindari kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

Materi : materi disesuaikan dengan area kerja dan berhunbungan dengan pekerjaan yang dilakukan, menurut OHSAS: sifatnya spesifik sesuai area kerja, dilakukan di area lingkungan kerja dan tidak diperluka ruang khusus,cukup memberikan briefing di area terbuka yang intinya penyampaian bagaimana mengimplementasikan aturan K3
Mekanisme penyampaian :
Dilakukan setiap awal sebelum mulai pekerjaan (waktu awal shift kerja)/ pada saat mulai pekerjaan baru disampaikan dengan singkat jelas

Tujuan dari safety talk adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang keselamatan dan kesehatan kerja di kalangan para pekerja atau personel di tempat kerja. Safety talk biasanya dilakukan dalam bentuk sesi komunikasi singkat dan langsung, dengan tujuan sebagai berikut:
  • Kesadaran Bahaya: Meningkatkan kesadaran para pekerja terhadap bahaya potensial di tempat kerja. Dalam safety talk, bahaya-bahaya tersebut diidentifikasi dan dijelaskan dengan jelas sehingga para pekerja dapat lebih waspada dan berhati-hati.
Berikut adalah beberapa contoh pokok materi dalam identifikasi bahaya di lingkungan kerja:
Identifikasi Bahaya Fisik:Bahaya jalan berlubang atau retakan di area lalu lintas.
  • Bahaya alat berat yang beroperasi di sekitar pekerja.
  • Bahaya kabel listrik terkelupas atau terjepit.
Identifikasi Bahaya Kimia:Bahaya terpapar bahan kimia beracun atau berbahaya.
  • Bahaya kebakaran atau ledakan akibat penyimpanan bahan kimia yang tidak tepat.
  • Bahaya iritasi kulit akibat kontak dengan bahan kimia.
Identifikasi Bahaya Ergonomi:Bahaya beban berat yang diangkat tanpa teknik yang tepat.
  • Bahaya postur tubuh yang buruk saat duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama.
  • Bahaya penggunaan peralatan yang tidak ergonomis.
Identifikasi Bahaya Biologis:Bahaya terpapar patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit.
  • Bahaya kontaminasi dari limbah medis atau biologis.
Identifikasi Bahaya Radiasi:Bahaya paparan radiasi di lingkungan kerja yang menggunakan sumber radiasi.
  • Bahaya tidak menggunakan peralatan pelindung radiasi dengan benar.
Identifikasi Bahaya Kebisingan:Bahaya kerusakan pendengaran akibat paparan kebisingan tingkat tinggi.
  • Bahaya kurangnya kesadaran di sekitar tempat kerja yang bising.
Identifikasi Bahaya Faktor Psikososial:Bahaya stres kerja yang tinggi akibat beban kerja yang berlebihan.
  • Bahaya konflik atau ketegangan antar pekerja atau dengan atasan.
Identifikasi Bahaya Lingkungan:Bahaya terjatuh atau terpeleset karena lantai yang licin.
  • Bahaya kebakaran akibat bahan mudah terbakar yang tersimpan tidak tepat.
Identifikasi Bahaya Listrik:Bahaya terkena sengatan listrik dari kabel atau peralatan yang terpapar.
  • Bahaya kebakaran akibat korsleting listrik.
Identifikasi Bahaya Ketinggian:Bahaya terjatuh dari ketinggian akibat tidak menggunakan alat pengaman yang tepat.
  • Bahaya kerusakan atau kegagalan peralatan pada ketinggian tertentu.
  • Pencegahan Kecelakaan: Menyampaikan informasi tentang praktik-praktik kerja aman, prosedur keselamatan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tepat. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera yang dapat dihindari.

Upaya pencegahan kecelakaan kerja adalah langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko dan memastikan lingkungan kerja aman bagi para pekerja. Berikut adalah beberapa contoh usaha pencegahan kecelakaan kerja yang dapat dilakukan di tempat kerja:
  1. Pelatihan Keselamatan: Melakukan pelatihan keselamatan secara rutin kepada semua pekerja untuk memberikan pemahaman tentang bahaya, prosedur keselamatan, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan benar.
  2. Identifikasi Bahaya: Lakukan identifikasi bahaya secara menyeluruh di lingkungan kerja dan dokumentasikan semua potensi risiko. Ini termasuk bahaya fisik, kimia, biologis, ergonomi, radiasi, dan lainnya.
  3. Evaluasi Risiko: Evaluasi risiko yang ada berdasarkan identifikasi bahaya untuk menentukan tingkat risiko dan prioritas tindakan pencegahan yang harus diambil.
  4. Tanda dan Marka Keselamatan: Pasang tanda, marka, atau rambu keselamatan di tempat-tempat strategis untuk memberikan informasi dan peringatan tentang bahaya serta instruksi tindakan yang harus diambil.
  5. Perencanaan Tugas: Rencanakan setiap tugas dengan cermat, termasuk menentukan langkah-langkah keselamatan dan peralatan yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan.
  6. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Pastikan bahwa pekerja dilengkapi dengan APD yang sesuai dan mendapatkan pelatihan tentang penggunaan, pemeliharaan, dan penyimpanan APD dengan benar.
  7. Pemeriksaan Rutin Peralatan: Lakukan pemeriksaan rutin pada peralatan dan mesin untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik dan aman digunakan.
  8. Pengawasan Keselamatan: Pastikan ada pengawasan keselamatan yang memadai oleh pengawas atau manajer di lingkungan kerja untuk memastikan para pekerja mengikuti prosedur keselamatan.
  9. Program Kesehatan dan Kesejahteraan: Lakukan program kesehatan dan kesejahteraan di tempat kerja, termasuk penanganan stres, pengelolaan kelelahan, dan penanganan masalah kesehatan mental.
  10. Pelaporan dan Investigasi Insiden: Mendorong para pekerja untuk melaporkan hampir kecelakaan atau insiden keselamatan, dan lakukan investigasi untuk menemukan akar penyebab dan mengambil langkah-langkah pencegahan.
  11. Budaya Keselamatan: Bangun budaya keselamatan di lingkungan kerja di mana keselamatan diutamakan dan dijadikan nilai utama oleh semua anggota tim.
  12. Pencegahan kecelakaan kerja harus menjadi prioritas utama dalam setiap lingkungan kerja. Melibatkan semua anggota tim dalam usaha pencegahan akan meningkatkan efektivitasnya dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

  • Pemahaman Prosedur: Memastikan bahwa para pekerja memahami prosedur keselamatan yang harus diikuti dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Hal ini dapat mencakup tata cara menggunakan alat atau peralatan, prosedur evakuasi darurat, dan tindakan yang harus diambil dalam situasi kritis.Budaya Keselamatan: Membangun budaya keselamatan di tempat kerja di mana para pekerja saling peduli dan bertanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain. Safety talk dapat menjadi platform untuk berbagi pengalaman dan pelajaran dari insiden atau kecelakaan yang pernah terjadi.
  • Komunikasi Terbuka: Mendorong terbukanya saluran komunikasi tentang masalah keselamatan antara manajemen, pengawas, dan pekerja. Safety talk dapat menjadi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan, masukan, atau laporan insiden tanpa takut represif.
  • Peningkatan Produktivitas: Ketika para pekerja merasa aman dan nyaman di tempat kerja, hal ini dapat meningkatkan kinerja mereka dan produktivitas keseluruhan.
  • Keselamatan di Luar Tempat Kerja: Kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang ditanamkan melalui safety talk juga dapat berdampak positif pada keselamatan di luar tempat kerja, seperti di rumah atau saat melakukan aktivitas sehari-hari
Tema-tema  atau materi yang dapat disampaikan dalam safety talk
Tema Keselamatan Kerja
  • Pentingnya K3 (Tujuan K3 dan Dasar Hukum)
  • Sosialisasi peraturan K3 di lingkungan kerja ( KIMPER/ APD dll)
  • Pengenalan fungsi alat keselamatan kerja pada unit peralatan ( sabuk pengaman, rotary lamp, alarm vessel, alarm mundur, spion dll)
  • Fungsi dan Manfaat Penggunaan APD dan tugas tanggungjawab pekerja 
  • Kondisi lingkungan area kerja aman dan tidak aman
  • Perilaku kerja aman dan tidak aman
  • Pentingnya P2H (Pemeriksaan Harian Unit)
  • Budaya pemahaman kesadaran tentang K3 ( Menghentikan, Menegur, Mengingatkan, Memperbaiki)
  • Kondisi DARURAT, (penerapan kata sandi, pelaporan kondisi darurat, tindakan pertolongan pertama, penentuan rute jalur evakuasi)
  • Kondisi lingkungan kerja serta trik dan cara mengatasinya (Iklim kerja/  Tingkat Kebisingan/Cuaca/Gelombang Radio/ Debu Jalan Licin/ Tekanan Udara / Pencahayaan/KebersihanLingkungan) area kerja
  • Bekerja sesuai arahan standard/SOP yang berlaku bukan berdasarkan OPINI atau ASUMSI
  • Fungsi dan Cara Penempatan dan penggunaan APAR yang benar.
  • Sosialisasi rambu-rambu lalu lintas
  • Issue seputar penemuan pelanggaran K3
  • Penerapan good housekeeping budaya 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) di lingkungan kerja.
  • SAFETY DRIVING (Pengoperasian Unit/Peralatan Kerja dengan Aman).
  • Pengetahuan resiko-resiko bahaya yang terjadi 
  • Kecelakaan kerja ( sebab akibat) Sebab secara langsung/tidak langsung dan berakibat kerugian (Studi Kasus). Contoh : Penggunaan Ganjal Ban/ Alarm Mundur dll.
  • Pengetahuan dasar peralatan dan bahan material resiko bahaya yang ditimbulkan dan tindakan yang harus dilakukan.
  • Pengetahuan dasar fungsi alat keselamatan dan cara menggunakannya (Safety Belt/ Safety Cone/Helmet/ Sarung Tangan/Rompi Safety/ear flug /masker dll
  • Pentingnya Laporan kejadian NEARMISS terhadap potensi rasio tingkat kecelakaan kerja 
  • LOTO (Lock Out Tag Out) 
  • Pemahaman JALUR EVAKUASI/ TITIK KUMPUL
  • FIRST AID (Pertolongan Pertama pada kecelakaan)
  • Disiplin kerja 
  • Bekerja di area ketinggian atau di ruangan terbatas.
  • Work Permitt ( Ijin Kerja Khusus) 
  • Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja (Saya TIDAK LIHAT/TIDAK TAHU/TIDAK BERPIKIR)
  • Pentingnya INVESTIGASI terhadap terjadinya kecelakaan kerja 
Tema Kesehatan Kerja
  • Fatigue
  • Gangguan Mental /Stress (Beban Kerja Berlebihan)
  • Dehidrasi
  • PAK (Penyakit Akibat Kerja)
  • Pola Makan dan istirahat
  • Sikap Kerja ergonomis
  • Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di area kerja
  • Bahaya Konsumsi Minuman Alkohol pada saat jam kerja
  • Disiplin kerja
  • Pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja
  • Cara kerja sehat dan aman


SLOGAN  Safety:
Berangkat SEHAT Kerja SEMANGAT Pulang SELAMAT
Safety YES Accident NO
Mencegah lebih baik daripada Mengobati
BAHAYA adalah sumber KECELAKAAN
Semangat Pagi.....Pagi Pagi Luarrrrr Biasa
Keselamatan dimulai dari diri kita sendiri
Lindungi  diri dengan APD
Bekerjalah dengan aman keluarga dan orang yang kita sayangi menanti di rumah
Ceroboh pangkal CELAKA  Aman pangkal SELAMAT 
Lebih baik DITEGUR  daripada DIKUBUR
Penyesalan  selalu datang di akhir


Manfaat budaya keselamatan di tempat kerja :

  • Meminimalkan kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan/ kelalaian yang dilakukan individu

  • Meningkatkan kesadaran akan bahaya melakukan kesalahan/ kelalaian

  • Mendorong pekerja untuk menjalani setiap prosedur aman dalam semua tahap pekerjaan

  • Mendorong pekerja untuk melaporkan kesalahan / kekurangan sekecil apapun yang terjadi untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

7 Faktor Penentu Keberhasilan Membangun Budaya Keselamatan di Perusahaan.

  • Komitmen Manajemen Terhadap Keselamatan Kerja.

  • Peraturan dan Prosedur Keselamatan Kerja.

  • Komunikasi.

  • Keterlibatan Pekerja dalam Keselamatan Kerja. 

  • Lingkungan Sosial Pekerja. 

  • Perilaku Keselamatan Kerja.

  • Kepemimpinan Keselamatan (Safety Leadership)





Standard Pengoperasian Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat)

  Standard Pengoperasian   Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat) 1. P2H (Pengecekan &   Pemeliharaan Harian) 2. ...