Friday 28 July 2023

PEMERIKSAAN PEKERJAAN LATERITE

 PEMERIKSAAN
PEKERJAAN BORONGAN ANGKUTAN TIMBUNAN PERKERASAN LATERITE JALAN PERKEBUNAN/PERTAMBANGAN

Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan atau pertambangan mencakup penilaian dan pengawasan terhadap aktivitas pengangkutan material laterit yang digunakan untuk membangun perkerasan jalan di perkebunan atau pertambangan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Beberapa hal yang mungkin termasuk dalam pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan/pertambangan adalah:
  • Kesesuaian Spesifikasi: Memastikan bahwa material laterit yang diangkut sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan, termasuk ukuran, kualitas, dan karakteristiknya.
  • Volume dan Berat: Memverifikasi volume dan berat material laterit yang diangkut untuk memastikan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dalam kontrak atau perjanjian borongan.
  • Kondisi Jalan: Memastikan bahwa jalur angkutan timbunan laterit telah dibangun dan dirawat dengan baik sehingga aman dan memungkinkan pengangkutan material secara efisien.
  • Keselamatan: Memeriksa langkah-langkah keselamatan yang diimplementasikan selama pengangkutan material, termasuk penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja dan kesesuaian armada angkutan.
  • Kualitas Material: Melakukan uji sampling dan pemeriksaan kualitas material laterit untuk memastikan bahwa material tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
  • Kemampuan Kontraktor: Menilai kemampuan kontraktor untuk memenuhi tenggat waktu dan kualitas pekerjaan sesuai dengan kontrak.
  • Pengendalian Lingkungan: Memeriksa apakah kegiatan pengangkutan timbunan laterit dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan peraturan yang berlaku.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan/pertambangan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama pelaksanaan proyek. Dalam pemeriksaan ini, penting untuk melibatkan tim yang terlatih dan ahli di bidang teknis dan keselamatan untuk memastikan kualitas dan keberhasilan proyek. Selain itu, hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dengan baik untuk kepentingan dokumentasi dan pengawasan lebih lanjut. 
Mekanisme serah terima pekerjaan borongan kontraktor angkutan laterite dilakukan oleh pihak kedua kontraktor selaku pemborong kontrak pekerjaan angkutan laterite berdasarkan SPK (Surat Perjanjian Kerja) yang ada dengan mengajukan permohonan pengajuan pemeriksaan progress pelaksanaan pekerjaan untuk proses selanjutnya BAPP ( Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan) sebagai dasar tagihan (invoice) kontraktor untuk proses pembayaran (BAP). Secara teknis perhitungan volume pekerjaan dapat disimulasikan dalam bentuk ; volume material tanah timbunan laterte (BCM/LCM), berdasarkan panjang jalan dengan ketentuan klasifikasi spesifikasi teknis ukuran design jalan yang sudah ditentukan  dengan lebar dan ketebalan tertentu.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan angkutan timbunan material laterit yang digunakan untuk membangun perkerasan jalan di perkebunan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan standar teknis, keselamatan, dan kualitas yang telah ditentukan dalam kontrak atau perjanjian borongan.

Beberapa aspek yang dapat menjadi fokus pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan antara lain:
  • Kesesuaian Spesifikasi: Memastikan bahwa material laterit yang diangkut sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditentukan dalam kontrak, termasuk ukuran, kualitas, dan karakteristiknya.
  • Volume dan Berat: Memverifikasi volume dan berat material laterite yang diangkut untuk memastikan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam kontrak.
  • Kondisi Jalan: Memastikan bahwa jalur angkutan timbunan laterit telah disiapkan dan dirawat dengan baik agar aman dan memungkinkan pengangkutan material secara efisien.
  • Pengendalian Keselamatan: Memeriksa langkah-langkah keselamatan yang diimplementasikan selama pengangkutan material, termasuk penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja dan kesesuaian armada angkutan.
  • Kualitas Material: Melakukan uji sampling dan pemeriksaan kualitas material laterit untuk memastikan bahwa material tersebut memenuhi standar yang diharapkan.
  • Pengendalian Lingkungan: Memeriksa apakah kegiatan pengangkutan timbunan laterit dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan dan peraturan yang berlaku.
  • Pengawasan Masa Waktu: Memastikan bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam kontrak.
  • Administrasi dan Dokumentasi: Memastikan kelengkapan administrasi dan dokumentasi terkait pelaksanaan pekerjaan, termasuk laporan progres, catatan pengukuran, dan catatan keuangan.
Pemeriksaan pekerjaan borongan angkutan timbunan perkerasan laterit jalan perkebunan harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama pelaksanaan proyek. Dalam pemeriksaan ini, penting untuk melibatkan tim yang terlatih dan ahli di bidang teknis, keselamatan, dan lingkungan untuk memastikan kualitas dan keberhasilan proyek. Hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dengan baik untuk kepentingan dokumentasi dan evaluasi pelaksanaan proyek lebih lanjut

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :

  1. Pengukuran Lebar Jalan, panjang jalan (GPS)/ Tarik Meter, tebal timbunan laterite yang diaplikasikan.
  2. Pemeriksaan visual fisik badan jalan pekerjaan pemadatan, pekerjaan pembentukan badan jalan, kemiringan (chamber) permukaan badan jalan ± 4%.
  3. Pengambilan titik koordinat pengukuran lapangan titik awal penimbunan dan akhir penimbunan , pemetaan GIS.
  4. Pencatatan/ BA pemeriksaan dan pengukuran bersama yang dilakukan oleh pihak owner dan pihak kontraktor dalam bentuk catatan pekerjaan tambah/kurang dalam pelaksanaan timbunan laterite, sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
  5. Pengambilan dokumentasi sebelum pekerjaan dimulai, pada saat pekerjaan dikerjakan, dan hasil akhir (jika dokumentasi diperlukan).

 
Catatan:

Rancangan perencanaan teknis jalan laterite mengacu pada desain atau spesifikasi teknis untuk membangun  jalan dengan menggunakan laterite sebagai bahan utama. Laterite adalah jenis tanah liat merah atau coklat kemerahan yang banyak ditemukan di wilayah tropis dan subtropis. Tanah ini memiliki karakteristik yang cocok untuk digunakan sebagai bahan konstruksi untuk jalan tanah.

Berikut adalah beberapa langkah yang biasanya tercakup dalam rancangan teknis  jalan laterite:
  1. Studi Penyelidikan: Studi penyelidikan dilakukan untuk mengevaluasi kondisi tanah dan topografi wilayah yang akan dibangun jalan laterite. Hal ini membantu dalam pemilihan trase jalan dan menentukan metode konstruksi yang tepat.
  2. Perencanaan Trase Jalan: Berdasarkan hasil penyelidikan, direncanakan trase jalan yang mengikuti kontur tanah dan mempertimbangkan faktor-faktor seperti drainase, topografi, dan lingkungan sekitar.
  3. Perencanaan Dimensi Jalan: Menentukan lebar jalan, tinggi embung, kemiringan, dan ketebalan lapisan laterite yang akan digunakan untuk mencapai kekuatan dan daya dukung yang sesuai.
  4. Perhitungan Struktur: Jika diperlukan, dilakukan perhitungan struktural atau daya dukung jalan terhadap beban lintasan untuk memastikan jalan dapat menahan beban kendaraan yang akan melewatinya.
  5. Pemadatan Tanah: Sebelum penempatan lapisan laterite, tanah dasar harus dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat seperti roller atau wale plate untuk mencapai kepadatan yang optimal.
  6. Penempatan Lapisan Laterite: Lapisan laterite ditempatkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan dan diatur dalam ketebalan yang ditentukan dalam perencanaan.
  7. Pemadatan Lapisan Laterite: Setelah penempatan, lapisan laterite juga harus dipadatkan dengan alat pemadat untuk meningkatkan kepadatan dan kekuatannya.
  8. Penyelesaian Permukaan: Jika diperlukan, permukaan jalan laterite dapat diperbaiki dengan metode pengaspalan atau aplikasi bahan tambahan lainnya untuk meningkatkan daya tahan dan kenyamanan berkendara.
  9. Penanganan Drainase: Pengaturan drainase yang baik sangat penting untuk menjaga kondisi jalan, sehingga drainase yang tepat harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pembangunan jalan laterite.
  10. Pemeliharaan Rutin: Setelah jalan selesai dibangun, perawatan rutin harus dilakukan untuk memastikan jalan tetap dalam kondisi baik dan berfungsi dengan optimal.
Daya Dukung Tanah Laterite dapat dikonversikan dalam bentuk CBR
Hasil dari pengujian CBR diekspresikan sebagai persentase daya dukung tanah tersebut dibandingkan dengan daya dukung standar tanah pengujian. Daya dukung standar yang digunakan adalah dari tanah agregat (75 mm) yang padat dan kering. Sebagai contoh, jika CBR tanah tersebut adalah 80%, berarti tanah tersebut memiliki daya dukung 80% dari daya dukung standar tanah agregat yang padat dan kering.
Berikut adalah beberapa kisaran umum hasil CBR untuk tanah yang berbeda:CBR > 80%: Tanah sangat baik daya dukungnya dan cocok untuk konstruksi jalan dan landasan pacu bandara yang berat.
  • 50% < CBR < 80%: Tanah memiliki daya dukung yang baik dan sesuai untuk konstruksi jalan ringan dan landasan pacu bandara yang ringan.
  • 30% < CBR < 50%: Tanah memiliki daya dukung yang cukup baik dan bisa digunakan untuk konstruksi jalan lokal dengan lalu lintas ringan.
  • CBR < 30%: Tanah memiliki daya dukung yang rendah dan tidak cocok untuk konstruksi jalan atau landasan pacu bandara. Perlu perhatian khusus atau tindakan perbaikan sebelum digunakan.
Pengujian CBR merupakan informasi penting dalam perencanaan dan desain struktur yang membutuhkan dasar yang kokoh, seperti jalan, landasan pacu, dan fondasi bangunan. Hasil CBR membantu insinyur dalam memilih bahan dan metode konstruksi yang sesuai dengan kondisi tanah yang ada.
California Bearing Ratio (CBR) tidak langsung berkaitan dengan beban muatan tertentu. CBR adalah metode pengujian untuk mengukur daya dukung tanah pada kondisi tertentu, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Nilai CBR diukur dalam persentase dan menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan beban dari standar tanah agregat yang padat dan kering.
Sementara itu, beban muatan yang dapat ditahan oleh tanah tergantung pada beberapa faktor, termasuk ketebalan dan jenis tanah, kondisi kelembapan tanah, desain struktur, dan lain sebagainya. Selain CBR, perhitungan dan analisis struktural dilakukan untuk menentukan beban muatan maksimum yang dapat ditangani oleh tanah dalam kondisi tertentu.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
Dalam perencanaan struktur, termasuk jalan, landasan pacu bandara, atau fondasi bangunan, diperlukan beban muatan yang diantisipasi akan diterapkan pada struktur tersebut. Beban ini dapat berasal dari berat kendaraan, lalu lintas, atau beban statis seperti bangunan atau peralatan.
Kemudian, diperlukan perhitungan dan analisis struktural untuk menentukan distribusi beban ke dalam tanah di bawah struktur tersebut. Analisis ini mempertimbangkan daya dukung tanah, dimensi struktur, dan asumsi lain yang relevan.
Hasil analisis struktural akan menentukan apakah daya dukung tanah (CBR) sudah cukup untuk menangani beban muatan yang diantisipasi. Jika CBR tanah kurang, mungkin diperlukan langkah-langkah perbaikan atau penguatan tanah sebelum membangun struktur.
Dengan demikian, CBR adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan daya dukung tanah, tetapi tidak ada hubungan langsung antara nilai CBR dengan beban muatan tertentu. Proses perencanaan dan desain melibatkan analisis struktural yang lebih mendalam untuk memastikan bahwa struktur dapat menangani beban muatan dengan aman dan efisien.
Konversi nilai CBR (California Bearing Ratio) ke daya dukung tanah (bearing capacity) dapat dilakukan menggunakan beberapa metode empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai ahli. Perlu diingat bahwa hasil konversi ini hanya merupakan perkiraan dan tidak selalu akurat untuk semua jenis tanah dan kondisi.

Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode yang dikembangkan oleh AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials). Berikut adalah rumus konversi CBR ke daya dukung tanah berdasarkan metode AASHTO:
  • Untuk tanah yang mengandung kerikil dan bebatuan kasar: Daya Dukung (kN/m²) = 30 x CBR
  • Untuk tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir: Daya Dukung (kN/m²) = 22 x CBR
Misalnya, jika nilai CBR tanah adalah 20%, maka untuk tanah yang mengandung kerikil dan bebatuan kasar, daya dukungnya diperkirakan sekitar 30 x 20% = 600 kN/m². Sedangkan untuk tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir, daya dukungnya diperkirakan sekitar 22 x 20% = 440 kN/m².
Namun, perlu diingat bahwa hasil konversi ini hanya perkiraan dan dapat bervariasi tergantung pada sifat dan kondisi tanah yang sebenarnya. Untuk mendapatkan estimasi yang lebih akurat, direkomendasikan untuk melakukan pengujian lapangan atau laboratorium yang lebih komprehensif dengan metode standar yang sesuai untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah yang lebih tepat. Selalu konsultasikan dengan ahli teknik sipil atau geoteknik untuk analisis yang lebih mendalam dan akurat.















1 comment:

Standard Pengoperasian Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat)

  Standard Pengoperasian   Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat) 1. P2H (Pengecekan &   Pemeliharaan Harian) 2. ...