Showing posts with label Grade Material Perkerasan Jalan Kebun. Show all posts
Showing posts with label Grade Material Perkerasan Jalan Kebun. Show all posts

Friday 9 June 2017

Perkerasan JaLan Kebun dengan Laterite

TIMBUNAN JALAN KEBUN

Sistem Perkerasan Tanah Laterite

Jalan merupakan sarana utama yang harus dimiliki perkebunan kelapa sawit. Peran dan fungsi utama jalan di perkebunan sawit adalah sebagai sarana transportasi untuk mempertinggi intensitas kontrol, pengangkutan dan komunikasi. Kurang baiknya kondisi jalan dan jembatan akan menurunkan mutu produksi dan peningkatan biaya perawatan alat-alat angkut, oleh karena itu perawatan/pemeliharaan perencanaan pembangunan jalan dilakukan secara rutin. Jalan mempunyai fungsi yang sangat vital di perkebunan sawit. Beberapa fungsi yang paling utama, antara lain : 
  • Sebagai jalur transportasi CPO dari pabrik ke luar kebun
  • Sebagai jalur transportasi pupuk dari dan ke gudang
  • Sebagai batas blok
  • Sebagai jalur transportasi karyawan dari dan ke blok
Pembangunan jalan di kebun harus dengan sasaran dapat dilalui dalam segala cuaca (“all weather road”), terkait dengan fungsi dan peranan jalan sangat vital.

Kemampuan beban jalan tanah dapat dihitung dengan mengacu pada teori perencanaan dan desain jalan yang mencakup analisis struktural dan analisis daya dukung tanah. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menghitung kemampuan beban jalan tanah:
  • Penentuan Beban yang Diharapkan: Identifikasi dan tentukan beban yang diharapkan yang akan diterapkan pada jalan. Beban ini bisa berupa berat kendaraan tertentu, lalu lintas harian rata-rata, atau beban maksimum yang diizinkan untuk jalan tersebut.
  • Pengumpulan Data Tanah: Lakukan pengujian tanah di lokasi jalan untuk mendapatkan data tentang sifat-sifat geoteknik tanah, termasuk nilai CBR (California Bearing Ratio), daya dukung tanah, kekuatan geser tanah, dan parameter geoteknik lainnya.
  • Perhitungan Daya Dukung Tanah: Berdasarkan data tanah yang dikumpulkan, hitung daya dukung tanah di bawah lapisan jalan yang direncanakan. Metode pengujian seperti Plate Load Test atau Cone Penetration Test dapat digunakan untuk mengestimasi daya dukung tanah.
  • Analisis Struktural: Lakukan analisis struktural untuk menghitung kekuatan dan stabilitas jalan. Pertimbangkan juga faktor-faktor seperti beban dinamis, deformasi, dan faktor keamanan.
  • Penentuan Ketebalan Lapisan Jalan: Berdasarkan analisis struktural dan daya dukung tanah, tentukan ketebalan lapisan jalan yang diperlukan untuk menahan beban yang diharapkan.
  • Pengaturan Drainase: Pastikan sistem drainase yang baik untuk menghindari penumpukan air dan potensi kerusakan pada jalan.
  • Pemilihan Material Konstruksi: Pilih material konstruksi yang sesuai untuk lapisan jalan berdasarkan analisis struktural dan daya dukung tanah.
  • Perhitungan Kemampuan Beban: Hitung kemampuan beban jalan tanah dengan menggunakan data dari analisis struktural dan perhitungan daya dukung tanah.
Perlu diingat bahwa perhitungan kemampuan beban jalan tanah ini harus dilakukan oleh ahli teknik sipil atau geoteknik yang berpengalaman dan menggunakan perangkat lunak atau metode analisis yang sesuai. Analisis yang tepat diperlukan untuk memastikan bahwa jalan dapat menahan beban dengan aman dan efisien sesuai dengan standar perencanaan dan desain yang berlaku.

KUALITAS MATERIAL LATERITE
Kualitas laterite sebagai material perkerasan jalan sangat penting untuk memastikan konstruksi jalan yang kokoh dan tahan lama. Laterite adalah jenis tanah liat merah yang umumnya digunakan dalam pembuatan perkerasan jalan di beberapa daerah. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas laterite sebagai perkerasan jalan adalah sebagai berikut:
  • Kandungan Tanah Liat: Kualitas laterite dipengaruhi oleh kandungan tanah liat yang ada di dalamnya. Tanah liat yang berlebihan dapat membuat laterite menjadi lunak dan tidak kuat untuk perkerasan jalan.
  • Kepadatan: Laterite harus cukup padat untuk menahan beban kendaraan dan mencegah perkerasan jalan dari kerusakan akibat kompresi dan deformasi.
  • Konten Batuan: Laterite yang berkualitas baik harus mengandung cukup banyak butiran batu atau agregat yang memberikan kekuatan dan stabilitas pada perkerasan jalan.
  • Kandungan Air: Kualitas laterite dipengaruhi oleh kadar airnya. Terlalu basah dapat menyebabkan laterite menjadi lunak dan lemah.
  • Daya Dukung: Laterite harus memiliki daya dukung yang memadai untuk menahan beban lalu lintas dan beban lain yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya.
  • Karakteristik Drainase: Laterite harus memiliki karakteristik drainase yang baik untuk menghindari masalah perendaman dan kerusakan yang disebabkan oleh air yang tergenang.
  • Kekerasan: Laterite harus memiliki kekerasan yang cukup untuk menahan abrasi dan deformasi yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan.
  • Daya Serap: Laterite yang baik harus mampu menyerap dan mendistribusikan beban kendaraan secara merata di seluruh permukaan perkerasan jalan.
Untuk memastikan kualitas laterite yang baik sebagai perkerasan jalan, diperlukan uji laboratorium yang mencakup uji kandungan tanah liat, uji kepadatan, uji kekuatan, dan uji daya dukung. Selain itu, pemilihan lokasi dan perencanaan konstruksi yang tepat juga akan berkontribusi pada kualitas perkerasan jalan. Penting untuk bekerja sama dengan ahli teknis dan mengikuti standar dan spesifikasi teknis yang berlaku dalam penggunaan laterite sebagai perkerasan jalan.


RUMUS DAYA DUKUNG TANAH 
Perhitungan daya dukung tanah dapat dilakukan menggunakan beberapa rumus tergantung pada metode atau pengujian yang digunakan. Berikut ini beberapa rumus umum yang sering digunakan untuk menghitung daya dukung tanah:

  • Rumus Daya Dukung Berdasarkan CBR (California Bearing Ratio): Daya Dukung (kN/m²) = CBR x Daya Dukung Standar Tanah Agregat Padat (Biasanya sekitar 2,25 kN/m²)
  • Rumus Daya Dukung Berdasarkan Perhitungan Terzaghi
Daya Dukung (kN/m²) = ∑γ_i * N_i + q_u + 0.5 * ∑γ_i * B_i * (N_i - N_i-1) 
di mana: γ_i = Berat Volume Jenis tanah pada lapisan i (kN/m³) 
N_i = Jumlah pukulan SPT pada lapisan i 
q_u = Tekanan permukaan dari beban tambahan (misalnya beban kendaraan) 
B_i = Tebal lapisan tanah pada lapisan i (m)
  • Rumus Daya Dukung Berdasarkan Metode Meyerhof
Daya Dukung (kN/m²) = C * N_c + q_N * N_q + 0.5 * γ * B * N_γ 
di mana: 
N_c, N_q, N_γ = Faktor koreksi berdasarkan koefisien geser tanah
C, q_N, γ = Parameter tanah terkait metode Meyerhof 
B = Tebal lapisan tanah (m)
  • Rumus Daya Dukung Berdasarkan Metode Terzaghi-Peck: 
Daya Dukung (kN/m²) = P + 0.5 * γ * B * N_k 
di mana: 
P = Tekanan permukaan dari beban tambahan (misalnya beban kendaraan) 
γ = Berat volume jenis tanah (kN/m³) 
B = Tebal lapisan tanah (m) 
N_k = Faktor koreksi berdasarkan koefisien geser tanah


ALAT UKUR DAYA DUKUNG TANAH
Ada beberapa alat ukur daya dukung tanah yang digunakan untuk melakukan pengujian di lapangan guna menentukan daya dukung tanah. Beberapa alat ini termasuk:
  • Sampeletronic atau CPT (Cone Penetration Test): CPT adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran daya dukung tanah dengan mendorong konus (cone) ke dalam tanah. Alat ini akan mengukur tekanan dan geseran di sepanjang perjalanan konus dalam tanah. Data yang diperoleh dari CPT dapat digunakan untuk mengevaluasi daya dukung tanah dan sifat geoteknik lainnya.
  • Alat CBR (California Bearing Ratio) Test: Alat ini digunakan untuk melakukan pengujian CBR untuk menentukan daya dukung tanah di bawah kondisi tertentu. Pengujian ini melibatkan penetrasian piston dengan diameter tertentu ke dalam sampel tanah pada kondisi kelembaban tertentu untuk mengukur resistansi tanah terhadap penetrasi.
  • Plate Load Test (Pengujian Beban Pelat): Pengujian ini melibatkan penerapan beban pada pelat yang ditempatkan di permukaan tanah. Beban diterapkan secara bertahap untuk mengukur penurunan tanah. Dari data penurunan, daya dukung tanah dapat dihitung.
  • Vane Shear Test: Alat ini digunakan untuk mengukur tahanan geseran tanah dengan menggunakan pendorong berbentuk vane yang ditempatkan di dalam tanah. Daya tahan geseran tanah dapat dihitung berdasarkan torsi yang diperlukan untuk memutar vane.
  • Plate Bearing Test: Pengujian ini mirip dengan Plate Load Test, tetapi dilakukan pada lapisan tanah yang dalam dan lebih padat, misalnya untuk mengukur daya dukung fondasi.
  • DCP (Dynamic Cone Penetrometer): DCP adalah alat portabel yang digunakan untuk mengukur ketahanan tanah terhadap penetrasi palu dinamis dengan berat tertentu. Alat ini dapat memberikan indikasi daya dukung tanah di lokasi yang sulit dijangkau oleh alat lain.

Penggunaan alat ukur daya dukung tanah ini harus dilakukan oleh petugas yang terlatih dan berpengalaman, dan hasil pengukuran perlu diproses secara tepat sesuai dengan metode standar yang berlaku untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah yang akurat.

Jaringan jalan dengan kondisi yang dapat dilalui setiap saat dan menjangkau keseluruh areal merupakan hal penting pada perkembangan kelapa sawit. Jalan akan dipakai untuk pengangkutan bahan-bahan seperti pupuk, tenaga kerja, bibit, pengangkutan hasil pengawasan dan lain-lain. Beberapa jalan penting harus didahulukan pembuatannya sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan sekaligus tentu tidak dianjurkan karena kegunaannya sebagian belum begitu mendesak, sehingga pembangunan harus dibuat secara bertahap. Konstruksi jalan biasanya terdiri atas badan jalan, bahu jalan, kaki lima, dan parit kiri kanan jalan.Pembangunan jalan dan kondisinya sangat dipengaruhi oleh topografi, sifat fisik dana dan cuaca. Jaringan jalan pada areal datar berombak umumnya lurus dan cukup mudah dibangun dan dapat berfungsi sebagai batas blok. Pada areal bergelombang, berbukit. Jalan akan lebih panjang perhektarnya dan harus dibentuk sesuai keadaan topografi. Pada kondisi seperti ini jalan biasanya tidak lurus.
    Strategi Perbaikan dan Perawatan Jalan Kebun Kelapa Sawit. Jalan merupakan sarana utama yang harus dimiliki prkebunan kelapa sawit. Peran dan fungsi utama jalan di perkebunan sawit adalah sebagai sarana transportasi untuk mempertinggi intensitas kontrol, pengangkutan dan komunikasi. Kurang baiknya kondisi jalan dan jembatan akan menurunkan mutu produksi dan peningkatan biaya perawatan alat-alat angkut, oleh karena itu perawatan jalan dan jembatan perlu dilakukan secara rutin. Karena fungsinya yang sangat vital tersebut, maka perawatan jalan harus direncanakan dengan baik sehingga bisa perawatan jalan bisa maksimal. Perawatan yang tidak terencana dengan baik, menyebabkan kerusakan jalan (terutama pada musim hujan) dapat mencapai persentase yang tinggi. Pada ujungnya dapat mengganggu sebagian besar operasional di kebun (pengangkutan TBS, pupuk, CPO, dll).
    Jalan dan jembatan sangat penting di usaha kebun sawit, mulai dari pembangunan kebun baru sampai pengangkutan hasil panen.
    Fungsi jalan adalah sebagai sarana pengangkutan peralatan dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan pekerjaan serta sarana pengawasan dan pemeriksaan pelaksanaan kegiatan pekerjaan
    Jalan sebagai batas areal blok dan juga sebagai batas kegiatan pekerjaan pada setiap areal blok, sehingga dengan adanya jalan tersebut akan mempermudah pengawasan dan pemeriksaan kemajuan pekerjaan.
    Salah satu kriteria penilaian kualitas usaha kebun sawit adalah baik tidaknya kualitas jalan dan jalan yang terawat akan membantu kelancaran kegiatan pekerjaan fisik lapangan pada usaha kebun kelapa sawit.
    Jalan pada usaha kebun kelapa sawit merupakan penyediaan akses yang dapat menghubungkan pusat antar kegiatan, sebagai sarana transportasi material, TBS hasil panen dan pengawasan.
    Bagian jalan tanah adalah badan jalan, benteng/tanggul jalan, parit jalan dan talang air jalan atau saluran air dari badan jalan ke parit jalan.
    Jembatan adalah suatu bangunan yang dipakai untuk menghubungkan jalan yang terputus akibat adanya saluran air yang memutus jalan, dan bangunan tersebut tidak menghalangi aliran air. Dengan konsep sebagai berikut :
    Memiliki tebal total yang cukup, sehingga mendapatkan nilai CBR yang mampu menahan beban rencana.
    Mampu mencegah masuknya air , baik dari luar maupun dari dalam, dengan teknis pemadatan, penambahan zat tambahan atau soil stabilizer, mencegah terjadinya genangan air pada badan jalan dengan memperhatikan drainase.
    Memiliki permukaan yang rata, elevasi darin yang cukup, tidak licin, awet terhadap distorsi oleh lalu lintas dan cuaca.
    Perawatan jalan yang terpenting adalah menjaga bentuk jalan tetap cembung (Camber) atau kemiringan sekitar 5% dan tali air pada tepi badan jalan. Air tidak boleh tergenang di permukaan badan jalan karena akan menyebabkan terbentuk lubang pada titik-titik yang lemah pada akhirnya merusak jalan.



    Pemeliharaan jalan di kebun kelapa sawit dilakukan dengan dua cara yaitu :
    secara manual. Perbaikan secara manual dilakukan oleh tenaga kerja pria dengan membuang air dari lubang dan menimbunya kembali setelah lubang kering dan menunas daun kelapa sawit yang telah menutupijalan yang sering disebut dengan istilah rempes. Untuk pemeliharaan jalan dapat menggunakan cara manual yaitu dengan cara mencangkul, menggaruk yang mana dapat digunakan untuk menutup lobang.

    mekanis. Kerusakan dalam skala besar akan diperbaiki dengan Motor Grader dan Vibro Compactor dengan sistem teknik Chamber agar air hujan tersebut mengalir ke parit.Pemeliharaan jalan dilakukan secara manual tetapi diusahakan menggunakan alat grader dan compactor. Permukaan jalan diusahakan cembung sehingga pada saat hujan turun air tidak menggenang, pemeliharaan jalan dilakukan setiap enam bulan sekali, sementara parit drainase dibangun untuk mengeluarkan kelebihan air agar areal tanaman kelapa sawit tidak tergenang dengan cara mengangkat/ menggali tanah yang menutup parit. Pada areal TBM parit dibuat dengan lebar 1 m dengan kedalaman 1,5 meter. Pembuatan parit ini menggunakan tenaga borongan dengan target 100 m/hk.


    Untuk menjaga agar jalan di perkebunan kelapa sawit tetap terjaga dalam kondisi aman maka berikut adalah strategi untuk memperbaiki jalan di perkebunan kelapa sawit :
    1. Membuang semua air yang melewati badan jalan ke parit
    Agar hal ini bisa tercapai maka jalan di perkebunan kelapa sawit harus di buat dalam bentuk chember dan jika sudah panjang maka di tegah jalan dapat dibuat polisi tidur atau parit kecil agar air di badan jalan cepat mengalir ke parit jalan.
    2. Cross Drain (gorong -gorong)
    Agar air yang berada di parit sebelah atas (arah tebing ) dapat menyeberangi jalan tanpa merusak jalan maka harus di pasang yang namanya cross drain (penyeberangan air) tujuannya agar air menyeberangi jalan tanpa merusak badan jalan. ada beberapa jenis cross drain di perkebunan sawit :
    a. Jembatan betina
    Dapat dibuat dari kayu atau beton dengan cara pemasangan hanya di badan jalan yang akan di lalui oleh ban kendaraan saja.
    b. Gorong - gorong
    Dapat dipasang sesuai dengan kebutuhan biasanya untuk jalan koleksi sebanyak 5 pcs sedangkan untuk jalan poros biasanya mencapai 10 s/d 12 pcs
    c. Pipa paralon 14 inci
    Dapat dipasang sebagai pengaanti gorong-gorong beton karena proses pemasangan mudah dan pengangkutan bahan juga lebih praktis bila dibandingkan dengan gorong -gorong beton
    3. Parit dan Sodetan
    Parit merupakan kunci agar jalan awet karena jika air mengalir lewatbadan jalan maka jalan akan cepat rusak
    Sedangkan sodetan adalah untuk membuang air di parit ke dalam kebun sawit agar volume air yang mengalir sepanjang parit tidak terlalau banyak. Jarak sodetan dapat disesuaikan dengan volume air yang mengalir biasanya jaraknya sekitar 50 meter.
    4. Laterite dan sirtu
    Untuk mengeraskan jalan maka dapat dilakukan penimbunan dengan laterik atau sirtu dengan ketebalan 10 s/d 20 cm.
    5. Rempes jalan
    Tujuannya agar cahaya matahari cepat sampai kepermukaan tanah sehingga jalan cepat kering setelah hujan datang.

    Konsep dasar desain lapis perkerasan jalan :
    Memperbaiki / meningkatkan CBR dari subbase ataupun base course dengan bahan yang lebih baik
    Mengimprove (memperbaiki mutu) lapis tanah dasar dengan cara :stabilisasi kimia
    stabilisasi mekanis
    menimbun tanah dasar asli dengan bahan tanah timbunan yang lebih baik (CBR yang lebih tinggi)
    Mempertebal lapisan sub base maupun base course
    Dengan cara-cara antara lain dengan menambah lapisan penguat tipis antara tanah dasar dengan lapis pondasi dengan menggunakan bahan-bahan geosintetik (geotextil, geogrid, soil semen, bio soil stabilizer dl
  • l).

 

Kerusakan-kerusakan yang terjadi terutama disebabkan oleh air dan beban muatan. Beberapa kemungkinan kerusakan yang akan terjadi sebagai berikut :
  • Pengausan .Dengan adanya kandungan air yang meningkat maka daya ikat yang ada semakin menurun. Pada saat pembebanan terjadi, roda kendaraan akan mengikis lapisan permukaan yang mengakibatkan batuan akan terlepas sehingga jalan tidak rata
  • Bergelombang.Pada saat ikatan perkerasannya melemah, maka pada butiran yang berukuran kecil akan mudah terlepas dan pada akhirnya akan mengumpul tersendiri dalam satu gundukan, sedangkan batuan butiran kasar akan terlihat, yang mengakibatkan jalan menjadi bergelombang.
  • Alur dan Cekungan. Dengan bertambahnya air pada perkerasan jalan tadi akan menurunkan daya dukung tanah. Akibat beban lalu lintas, beban roda akan mengakibatkan turunnya permukaan jalan. Mengingat jalan dikebun yang sempit, maka jejak roda akan terjadi pada tempat yang sama, sehingga akan terjadi alur/cekungan yang mengakibatkan jalan tidak rata.
  • Lubang .Pada kondisi jalan yang memiliki perkerasan yang ikatan batuannya lemah, maka batuan akan terlepas yang mengakibatkan timbulnya lubang-lubang yang semakin lama akan semakin besar akibat adanya beban lalu lintas.
  • Erosi Permukaan dan Bahu Jalan. Hal ini biasanya terjadi pada daerah tanjakan dan turunan karena air akan mengalir pada arah yang sama sehingga akan terjadi pengumpulan air. Apabila kelandaian jalannya besar, maka aliran air akan semakin deras yang akan mengakibatkan erosi.
  • Tanah Dasar menjadi lembek. Hal ini terjadi karena air akan merembes ke dalam tanah akibat dari :
  • Jalan yang tidak rata dapat mengakibatkan air menggenang dan merembes ke dalam badan jalan dan tanah dasar.
  • Muka air tanah yang tinggi akibat parit yang kurang dalam akan mengakibatkan air merembes ke badan jalan dan tanah dasar.
  • Kondisi parit yang kurang baik, aliran air pada parit tidak baik, akan mengakibatkan air merembes, sehingga tanah dasar akan kenyang air dan daya dukungnya akan turun.
Mengingat desain perencanaan untuk jalan perkebunan kelapa sawit adalah perkerasan menggunakan material tanah pilihan (tanah laterite). Desain rencana untuk perkerasan jalan perkebunan dialokasikan sesuai dengan tingkat beban lalu lintas yang menjadi pembebanan struktur jalan ; 
  • Jalan Koleksi (Pengumpul) / Collection Roads (CR) dengan panjang 1000-2000 meter perbloknya dengan lebar badan 4 - 4,50 meter. Untuk design blok 30 Ha ( 300 x 1000 meter)  = 33,3 meter/Ha atau design blok 40 Ha ( 200 x 2000) maka CR = 50 meter.
  • Jalan Produksi/ Main Roads (MR) dengan panjang 200-300 meter perbloknya dengan lebar badan 5 meter. Untuk design blok 30 Ha ( 300 x 1000 meter)  = 10 meter/Ha atau design blok 40 Ha ( 200 x 2000) maka CR = 5 meter.
  • Jalan akses /Jalan Poros/Utama biasa direncanakan untuk sebagai jalan akses utama transportasi angkutan TBS dari estate/ divisi ke lokasi pabrik, dan atau dari PKS ke lokasi Jetty atau dermaga . Biasa direncanakan lebar badan jalan 8-10 meter.
 
Penimbunan dan Pengerasan Jalan
a. Waktu Pelaksanaan 
  • Perencanaan penimbunan/pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun dengan memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada musim hujan
  • Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun/dikeraskan, disertai data panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan digunakan
b. Sarana Pekerjaan 
  • Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan dalam kondisi baik
  • Jenis sarana pekerjaan : grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader, dump truk, roller/vibrating compactor 6 ton dan lainnya
  • Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan
c. Pengadaan Bahan
  • Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan/ pengerasan jalan.
  • Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.
Untuk melakukan perawatan jalan secara efektif kita harus memperhatikan beberapa hal, Adapun teknik rawat jalan yang diterapkan tergantung dari jenis kerusakan dan tujuan perawatan.berdasarkan jenis jalan dan dalam melaksanakan perawatan harus mempertimbangkan sebagai berikut :
  • Jenis jalan yang akan dilaksanakan perawatan nya (Main Road, Production Road, Collection Road, Harvesting Road, dll)
  • Kondisi Cuaca dan Iklim ( Curah hujan dan hari hujan, musim penghujan atau kemarau)
  • Tenaga Kerja (jumlah tenaga rawat jalan)
  • Alat berat ( Roada Grader, excavator, truck dll)
  • Ketersediaan Batu padas, Sirtu dll
Perawatan jalan akses (acces road) harus lebih tinggi proporsinya dari pada jalan lain, karena intensitas di lewati dan tingkat dampak apabila rusak terhadap aspek lain lebih besar. Jalan utama ( Main Road) menjadi prioritas selanjutnya, dilanjutkan dengan jalan collection dan jalan kountur. Yang di maksud dengan jalan akses adalah jalan yang di gunakan sebagai akses menuju kebun dari lingkungan luar (jalan utama untuk keluar-masuk kebun). Jalan akses biasanya mempunyai beban yang cukup berat karena dilewati oleh truk atau kendaraan dengan kapasitas muatan besar (bisa sampai 40 ton) seperti truk pengangkut pupuk, truk kernel, mobil tangki CPO dll.
 

 
 
Tahap pekerjaan pada pembuatan jalan tanah dilahan gambut dapat diurut sebagai berikut :
  • Pembersihan lahan
  • Pembentukan badan jalan dan parit sisi jalan
  • Penggambangan
  • Penimbunan badan jalan dan gambangan
  • Perataan muka jalan dan pemadatan
  • Perkerasan muka jalan
  • Pemasangan rambu-rambu.
  • Pembersihan Lahan. Pembersihan lahan (land clearing) dapat dilaksanakan dengan alat-alat berat seperti swamp dozer atau excavator track lebar. Tetapi karena masalah transportasi atau mobilisasi alat-alat berat atau karena masalah lain seperti efektivitas atau segi praktisnya, selalu dipilih cara manual dengan menggunakan gergaji mesin (chain saw) untuk pelaksanaan land clearing.
  • Badan Jalan Dan Parit Sisi Jalan. Volume pekerjaan badan jalan yang besar, maka pekerjaan meninggikan dan membentuk badan jalan harus dilaksanakan dengan alat berat yaitu excavator yang berlengan panjang. Pemilihan alat berat untuk pekerjaan ini, harus diteliti dari spesifikasi masing - masing untuk dapat digunakan dilapangan dimana jalan akan dibangun.
  • Penggambangan. Penggambangan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan daya dukung tanah, badan jalan dengan cara menyusun kayu bulat dengan diameter 15 cm, panjang 5,0 meter melintang sumbu jalan sepanjang badan jalan yang kondisinya lembek. Pelaksanaan dapat dilakukan secara manual atau dengan dibantu satu unit excavator yang meratakan permukaan badan jalan sebelum gambangan dipasang.
  • Penimbunan muka jalan dan gambangan .Penimbunan dan meratakan serta memadatkan permukaan jalan bertujuan :
  • Meningkatkan dan memantapkan kayu gambangan agar tidak beerserak. 
  • Meningkatkan daya dukung tanah badan jalan.
  • Memindahkan beban roda kendaraan ke atas badan jalan secara lebih merata dan menyebar.
  • Mendapatkan permukaan jalan yang lebih rata
  • Mengurangi infiltrasi air hujan yang jatuh diatas jalan
  • Tanah untuk timbunan permukaan jalan haruslah dari jenis tanah liat yang sedikit mengandung silt (atau butiran-butiran pasir yang sangat halus) dan mempunyai kandungan air yang optimum untuk pemadatan.
  • Perkerasan Jalan Biasanya permukaan jalan tanah diperkeras dengan batu-batuan, atau campuran batu- batuan dengan tanah dan pasir. Tujaun dari perkerasan permukaan jalan adalah mengurangi atau memperkecil perusakan jalan akibat gesekan roda kendaraan. Pada jalan tanah diperkebunan, biasanya tebal perkeraasan antara 10 cm sampai 15 cm dengan lebar antara 3,0 m sampai 4,0 meter.
KLASIFIKASI JALAN
1. Jalan Utama (Main Road)
  • Adalah jalan yang menghubungkan antara kantor kebun dengan divisi, antar divisi dan jalan akses keluar dari emplasmen ke luar kebun
  • Lebar jalan adalah 8 m, dengan rincian 5 meter badan jalan, serta 1 x 2 m bahu jalan dan 0,5 x 2 adalah parit jalan
  • Dalam pembuatan jalan Utama, tidak ada barisan tanaman yang hilang
  • Pembuatan jalan dilaksanakan secara mekanis dengan permukaan jalan cembung serta kiri kana dibuat parit.
2. Jalan Produksi (Production Road)
  • Jalan yang dibuat antar blok dengan arah Utara - Selatan dan digunakan sebagai sarana transportasi panen dan pemupukan, serta fungsi lainnya.
  • Setiap batas tertentu, biasanya 100 m dibuatkan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
  • Dalam Pembuatannya akan ada baris tanaman yang hilang.
3. Jalan Koleksi (Collection Road)
  • Letak jalan adalah ditengah blok antara Timur – Barat
  • Dalam pembuatannya adanya tanaman yang hilang
  • Berfungsi sebagai sarana pengangkutan buah dari blok ke TPH, juga untuk sarana pengangkutan pupuk dan bahan kimia langsung ke dalam blok
  • Dalam hal pemeliharaan jalan di gabungkan pada saat perawatan blok yang bersangkutan
4. Jalan Panen (Harvesting Road)
  • Adalah jalan kecil yang dibuat sejajar dengan baris tanaman Utara – selatan
  • Berfungsi mengangkut tandan buah ke TPH, atau fungsi lainnya terutama pemupukan
  • Lebar jalan 0,75 s/d 1 m dan badan jalan dibiarkan tertutup rumput tipis, dan setiap 3 bulan sekali dilakukan perawatan
5. Jalan Pringgan
Adalah jalan yang dibuat dan terletak di batas luar afdeling dan juga sebagai batas afdeling, dan berfungsi sebagai pengawasan jaringan

PERAWATAN JALAN
 
1. Jalan Utama
  • Jalan utama harus dirawat secara mekanis/greader dan pengikisan dilakukan setipis mungkin, dan permukaan tanah diusahakan tetap dalam keadaan cembung.
  • Permukaan tanah di giling dengan menggunakan Roadroller dan diberi lapisan batu yang tipis atau cangkang.
  • Tempat tempat yang terus menerua rusak harus menjadi prioritas utama dalam perawatan
2. Jalan Produksi dan Pringgan
  • Perawatan dilaksanakan dengan manual dan bersamaan dengan perawatan blok tanam bersangkutan
  • Pemakaian batu ditaburkan sebanyak 2x dalam setahun atau 3 m³ /km ( 3 meter kubik/km)
  • Penaburan cangkang 4x dalam setahun atau 3m³ /km 
  • Permukaan jalan harus tetap dipertahankan dalam kondisi cembung
3. Pemeliharaan jalan secara mekanis dengan menggunakan greader 4x dalam 1 tahun Jalan Utama. Main Road

ALAT DAN BAHAN
1. Graeder
2. Parang/egrek
3. Cangkul/sekop
4. Batu-batuan
5. Cangkang
6. Truk
7. Road Roller 
8. dan traktor

PROSEDUR KERJA
1. Perawatan jalan mekanis 
  • Material pengerasan yang ada di tepi jalan dikembalikan pada badan jalan
  • Bentuk kembali badan jalan dan dibuat chamber serta tali air yang cukup sekitar 25 atau 50 meter satu tali air ke parit/tepi badan jalan.
  • Road roller melakukan pemadatan di belakang graeder setelah 1 km jalan di grading.
  • Hanya dilakukan grading ringan pada badan jalan yang sudah keras/padat dan pisau tidak menggali terlalu dalam
  • Pada musim kering prioritas pada rendahan. Pada musim hujan tidak diperkenankan grading jalan.
  • Pertahankan bentuk permukaan jalan selalu cembung.
  • Norma 3 HM/Km atau 8 HM/2.5 Km atau sekitar 2.5 km/hari
2. Perawatan Manual :
  • Lakukan tunas pelepah jalan agar cahaya matahari tembus ke badan jalan, terutama di jalan koleksi. Potong ½ dari panjang pelepah pada 3 lingkaran daun terbawah.
  • Pada kondisi jalan berlobang dirawat manual dengan mengisi batu-batu atau gunakan cangkul untuk menutup lobang dari material sekitar.
  • Buang air yang tergenang di badan jalan melalui tali air ke blok atau parit.
  • Bersihkan jembatan dari tanah-tanah diatas jembatan.
  • Bersihkan kayu-kayu atau rumput yang menghambat aliran air di bawah jembatan/gorong-gorong.
  • Norma : 0.06 Hk/Ha potong pelepah dan 0.06 Hk/Ha untuk manual jalan dan 0.06 Hk/Ha rawat jembatan
Pengerasan Ulang :
Sama dengan prosedur pengerasan awal (dalam SOP……….TBM). Namun spesifikasinya dengan ketebalan 5 cm dan lakukan penyisipan pada lokasi yang tidak dikeraskan lagi namun terdapat kerusakan/lobang. Khusus untuk akses road dan key road harus disisip setiap tahun.



A = DMJ (Daerah Milik Jalan)
B = Pinggir Jalan
C = Parit Jalan
D = Bahu Jalan
E = Badan Jalan

PELAPORAN
Setiap hari mandor/petugas melaporkan hasil kerja kepada asisten mengenai jumlah m3/ton material, jumlah panjang jalan, jenis jalan, lokasi timbun, No BPB. Juga laporan hasil kerja manual seperti: Panjang jalan, Identitas jalan, No blok dan Jumlah Tenaga kerja
Setiap minggu asisten yang bertanggung jawab harus membuat laporan dan analisa hasil kerja dan pengukuran dari pos masuk, lokasi terima material dan catatan dari quari kemudian dilaporkan ke manajer unit.

Secara teknis dari teknis (SOP) pembuatan jalan kebun dapat dikategorikan sebagai berikut :
2.1. Pembuatan Jalan
2.1.1.  Pembuatan Jalan Darat
2.1.1.1.  Pembuatan jalan bersamaan dengan pembuatan blok
2.1.1.2.  Alat untuk pembuatan jalan adalah Buldozer.
2.1.1.3.  Pembuatan parit pada satu sisi baik di MR atau CR bila dianggap diperlukan.
2.1.1.4.  Pembentukan jalan dengan motor greder harus berbentuk cembung pada bagian tengah badan jalan agar air tidak tertahan
2.1.1.5.  Pemadatan badan jalan menggunakan Vibrating Compector setelah terlebih dahulu dilakukan greading jalan.

2.1.2.  Pembuatan Jalan Di Areal Gambut / Rawa
2.1.2.1.  Umumnya dibuat sistem tanggulan dengan membuat parit pada satu sisi jalan hal ini akan mengurangi jumlah titi panen (jika kondisi areal tinggi genangan maka parit dibuat dua sisi).
2.1.2.2.  Pembuatan desain jalan bersamaan dengan pembuatan blok.
2.1.2.3.  Penetapan sisi badan jalan yang akan dibuat parit harus ditetapkan satu arah berdasarkan pertimbangan lokasi rendahan yang dominan agar parit yang terbentuk dapat mengalirkan air dengan lancar.
2.1.2.4.  Pembuatan jalan dengan cara menggali parit pada satu sisi jalan dengan menggunakan excavator dan tanah hasil galian ditimbunkan pada badan jalan.
2.1.2.5.  Untuk pemadatan jalan bila kayu sudah tidak ada maka dilakukan penggalian sisi blok dengan alat Long Arm diambil tanah putih dan ditimbunkan kebadan jalan dengan ketinggian 0,5 - 1 m.
2.1.2.6.  Tanah timbunan dalam waktu 3 bulan akan kering dan dilakukan kompec dengan buldozer kemudian dibentuk dengan menggunakan greader selanjutnya dipadatkan dengan compektor selanjutnya badan jalan dapat dikeraskan dengan tanah laterit yang ada mengandung batu.

2.1.3.  Pembuatan Jalan Kontur.
Jalan kontur harus dibangun sebelum pembuatan teras dengan cara :
2.1.3.1.  Jalan harus memotong kontur/teras.
2.1.3.2.  Badan jalan dibuat miring kearah tebing.
2.1.3.3 Kemiringan sudut (gradien) dibuat pada umumnya harus 1 : 30 walaupun masih dimungkinkan 1 : 15 pada jarak terpendek dan 1:8 pada lereng yang lebih curam.

2.1. Penimbunan & Pengerasan Jalan
2.1.1.  Waktu Pelaksanaan
Penimbuanan jalan dan penerasan jalan sesuai dengan kebutuhan kebun dan diutamakan pada saat keadaan iklim musim kering.
Volume penimbunan/pengerasan jalan sisesuaikan dengan anggaran yang telah disetujui oleh Top management.

2.1.2.  Pengadaan bahan
Bahan yang dipakai diutamakan yang tersedia dilokasi kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan/pengerasan jalan. Quari harus disurvei untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan. Kualitas bahan harus dipertimbangkan seperti kandungan batu,pasir dan tanah.

2.1.3.  Penimbunan Jalan
Penimbunan jalan pada areal gambut/rawa dilakukan setelah terlebih dahulu tanah putih dari dalam pinggiran blok diambil dan ditimbunkan dibadan jalan. setelah kering maka dicompek kemudian dan dipadatkan.
Penimbunan dengan tanah laterit dilakukan dengan lebar 4 m pada CR dan 5 m pada MR hasil padat timbunan adalah 15-20 cm.

Ketebalan timbun tanah laterit dan sirtu adalah sbb :

Jenis Jalan
Ketebalan Tanah Laterit
Ketebalan Sirtu
1. Jalan Koleksi
20  cm padat
10 cm
2. Jalan Utama
20 cm padat
15 cm
3. Jalan Akses
20 cm padat
20     m




2.1.4.  Pengerasan jalan
Pengerasan jalan umumnya dilakukan dengan batu sirtu atau padas serta dilakukan secara bertahap :
2.1.4.1.  Tahap I pada saat tanaman sudah TBM 2 maka pengerasan jalan untuk MR sudah 100 % dan CR 25 %.
2.1.4.2.  Tahap II pada saat tanaman sudah TBM 3 maka pengerasan  lan untuk CR 50 %.
2.1.4.3.  Tahap III pada saat tanaman sudah TM 1 maka pengerasan jalan CR 25 % dimana semua jalan sudah dapat dilalui.
2.1.4.4.  Pada tanah gambut pengerasan jalan dilakukan setelah 1 tahun dilakukan penimbunan jalan baru dikerskan dengan batu.
Peralatan  :
Tahap Kontruksi :
a. Unit Dump Truck 4 Ton, sebagai alat angkut material tanah laterite dari kuari ke lokasi jalan yang ditimbun.
b. Bulldozer D untuk menghampar material tanah laterite pada jalan yang ditimbun atau diperkeras.
c. Vibro Compactor untuk melakukan pemadatan sementara terhadap material yang sudah dihampar/ timbun material laterite.
d. Excavator PC 200 atau PC 300 sebagai alat untuk loading dan penggalian material laterite di sumber galian (Kuari)

Tahap Finishing (pembentukan badan jalan)
a. Motor Grader membentuk kemiringan badan jalan sesuai dengan kebutuhan drainase jalan atau kemiringan 4% , membentuk side drain (parit saluran) pinggir badan jalan.
b. Vibro Compactor untuk melakukan pemadatan akhir pada badan jalan yang telah ditimbun dan dibentuk dengan tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu tanah; menaikkan kuat geser tanah; memperbaiki daya dukung tanah
2. Memperkecil terjadinya penurunan, memperkecil permeablitas tanah.
3. Mengontrol perubahan volume relatif (susut) sebagai akibat pemadatan.
 

Untuk menghitung perencanaan progress pelaksanaan pekerjaan dapat diestimasikan sebagai berikut :

Cara diatas menggunakan perhitungan :
Rata-rata waktu loading dan pengisian material = 10menit
dengan menggunakan cara V = S/T atau sebaliknya T = S/V
dimana  V = Kecepatam Kendaraan rata-rata (30 Km/Jam) 
              S = Jarak Lintasan tempuh pulang pergi
               T = Waktu
Contoh jika : pada jarak 0-5 atau dihitung total lintasan = 10 Km , maka waktu yang dibutuhkan untuk tempuh adalah T = S/V =10 /30 = 0,33 Jam atau = 20 menit 
Maka waktu yang dibutuhkan = 15 menit + 10 menit = 25 menit
Jika waktu jam kerja = 8 jam = 480 menit , maka produksi unit diperhitungkan 480/30 = 16 Trip atau 16 Ritase/Hari untuk 1 unit kendaraan dump truck.

maka dapat dihitung jika beroperasi 10 unit makan untuk jarak 0-5 Km dapat dilakukan penimbunan jalan sepanjang 80 x 10 = 800 meter / perhari.





Tekstur tanah

Untuk tekstur lempung berpasir tekstur ini jika terkena hujan akan licin dan cepat mengering jika terkena sinar matahari sehingga membutuhkan waktu yang cepat untuk pengeringan. Tekstur tanah yang labil sehingga jika dilalui oleh kendaraan akan merusak jalan.

Ada 5 faktor penyebab kerusakan jalan yaitu:
  • Air: Air merupakan salah satu faktor utama penyebab kerusakan jalan. Air dapat menyebabkan pengikisan pada material jalan dan menurunkan daya dukung tanah, terutama pada tanah lempung dan material aspal. Air juga dapat menyebabkan retak dan pothole (lubang) pada permukaan jalan.
  • Bahan Organik: Bahan organik seperti daun, rumput, dan akar tanaman yang menumpuk di permukaan jalan dapat menahan kelembapan dan menyebabkan kerusakan karena meningkatkan tingkat kelembaban dan menurunkan daya tahan jalan.
  • Kurangnya Cahaya Matahari: Area yang tertutup oleh vegetasi atau bangunan, sehingga mendapat sedikit cahaya matahari, dapat memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dan menyebabkan pertumbuhan lumut atau alga di permukaan jalan. Lumut dan alga dapat membuat jalan licin dan menyebabkan bahaya bagi pengguna jalan.
  • Sifat Tanah (Tekstur dan Struktur): Sifat tanah, termasuk tekstur (kandungan pasir, lempung, dan debu) dan struktur (susunan butiran tanah), mempengaruhi daya dukung dan stabilitas jalan. Tanah dengan komposisi yang tidak sesuai untuk perkerasan jalan dapat menyebabkan penurunan permukaan dan deformasi.
  • Beban Angkutan yang Berlebihan: Beban angkutan yang melebihi kapasitas desain jalan dapat menyebabkan kerusakan struktural pada jalan, termasuk retak dan kerusakan pada lapisan perkerasan. Beban angkutan yang berlebihan juga dapat menyebabkan penurunan permukaan dan deformasi pada jalan.
Batas beban jalan atau kapasitas beban jalan pada tanah laterite dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk perencanaa ketebalan perkerasan, jenis laterite, kondisi geoteknik, dan lingkungan lalu lintas di lokasi tersebut dengan lebh lanjut dilakukan uji daya dukung atau CBR.




kondisi jalan rusak

Pemeliharaan jalan di kebun kelapa sawit dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Secara manual
Perbaikan secara manual dilakukan oleh tenaga kerja pria dengan membuang air dari lubang dan menimbunya kembali setelah lubang kering dan menunas daun kelapa sawit yang telah menutupi jalan yang sering disebut dengan istilah rempes.
2. Mekanis
Kerusakan dalam skala besar akan diperbaiki dengan Grader Catepillar seri 120 G dengan sistem Chamber agar air hujan tersebut mengalir ke parit.

2.1. Perawatan Jalan
Perawatan jalan yang terpenting adalah perawatan bentuk jalan dan tali air pada tepi badan jalan.
2.1.1.  Grading jalan dengan Motor Grader
2.1.1.1.  Sirtu atau material pengeras jalan yang berada ditepi badan jalan harus dikembalikan pada badan jalan.
2.1.1.2.  Bentuk kembali badan jalan dan buat camber serta tali air yang cukup pada tepi badan jalan.
2.1.1.3.  Pisau mata grader jangan manggali terlalu dalam agar tanah liat tidak terikut terutama pada pembentukan kembali badan jalan.
2.1.1.4.  Pada jalan yang sudah padat hanya diperbolehkan untuk grading jalan ringan saja agar jalan tidak berlubang saja.
2.1.1.5.  Musim kering grading jalan diproritaskan pada jalan di areal rendahan.
2.1.1.6.  Pada hari hujan tidak diijinkan melaksanakan grading jalan.

Pemeliharaan jalan dilakukan secara manual tetapi diusahakan menggunakan alat grader dan compactor. Permukaan jalan diusahakan cembung sehingga pada saat hujan turun air tidak menggenang, pemeliharaan jalan dilakukan setiap enam bulan sekali, sementara parit drainase dibangun untuk mengeluarkan kelebihan air agar areal tanaman kelapa sawit tidak tergenang dengan cara mengangkat/ menggali tanah yang menutup parit. Pada areal TBM parit dibuat dengan lebar 1 m dengan kedalaman 1,5 meter. Pembuatan parit ini menggunakan tenaga borongan dengan target 100 m/hk.

2.1.1.  Tunas Pelepah Jalan
Tunas pelepah atau rempes pelepah dilaksanakan pada pelepah tanaman yang telah menaungi badan jalan,rempes pelepah  dilakukan pada awal musim hujan. Rempes pelepah maksimum 1/2 dari panjang pelepah dan hanya pada 3 lingkaran daun terbawah.






Pengertian Tanah Laterite

Di planet Bumi (baca: struktur lapisan bumi), keberadaan tanah memang bisa ditemui dimana saja. Karena kebetulan kerak Bumi hanya terdiri dari daratan (baca: ekosistem darat) dan perairan saja. Sedangkan daratan sendiri paling banyak berupa tanah. Oleh karena itulah adalah yang wajar apabila tanah yang ada di Bumi berbeda- beda. Perbedaan tanah di setiap daerah ini dikarenakan berbagai macam faktor. Adapun salah satu jenis tanah yang ada adalah tanah Laterit. Tanah Laterit adalah tanah yang tidak sulit untuk kita temukan.
Tanah laterit dikenal juga sebagai tanah merah. Tanah laterit atau tanah merah merupakan tanah yang mempunyai warna merah hingga warna kecoklatan yang terbentuk pada lingkungan yang lembab, dingin, dan mungkin juga genangan- genangan air. Untuk informasi yang lebih mendetail dari tanah ini adalah mempunyai profil tanah yang dalam, mudah menyerap air, memiliki kandungan bahan organik yang sedang dan juga memiliki pH atau tingkat keasaman netral.

Karakteristik Tanah Laterit

Sebagai salah satu jenis tanah (baca: tanah humus) yang ada di Bumi, tanah Laterit berbeda debngan jenis tanah yang lainnya. Tanah laterit merupakan tanah yang mempunyai beberapa ciri tertentu. Adapun ciri- ciri dari tanah laterit antara lain sebagai berikut:
  • Merupakan tanah yang sudah berumur tua
Tanah laterit ini merupakan tanah yang sudah berumur tua atau sudah lama sekali. Dikatakan berumur tua karena memang tanah merupakan elemen di Bumi yang bisa dihitung menggunakan umur. Tanah yang sudah tua bisa melebur menjadi tanah dengan jenis yang berlainan. Sebagai contoh adalah tanah laterit ini.
  • Hanya cocok untuk ditumbuhi tanaman- tanaman tertentu saja
Tanah laterit bukanlah termasuk ke dalam golongan tanah yang subur (baca: ciri-ciri tanah subur dan tidak subur). Tanah laterit tidak banyak digunakan sebagai lahan pertanian maupun perkebunan. Namun keberadaan tanah ini bukan berarti tidak bisa ditumbuhi oleh jenis tumbuh- tumbuhan apapun.
Tanah laterit tetap bisa ditumbuhi oleh beberapa macam tumbuhan, mengingat tanah ini juga memiliki sifat mudah dalam menyerap air. Adapun beberapa tumbuhan yang biasa di tanam dalam tanah merah atau tanah laterit ini adalah tumbuh- tumbuhan palawija , jagung, kelapa sawit, cengkeh, coklat dan juga kopi. Tumbuh- tumbuhan tersebut bisa hidup di tanah Laterit atau tanah merah ini.
  • Kandungan bahan organiknya sedang
Tanah laterit juga merupakan tanah yang memiliki kandungan bahan organik yang sedang. Setiap tanah yang ada di bumi hampir selalu mempunyai kandungan bahan organik. Bahan organik sangatlah diperlukan untuk membuat tanaman bisa subur. Adapun perbedaannya adalah terletak pada jumlah bahan organik yang tersedia di tanah tersebut. Tanah laterit adalah tanah yang mengandung bahan organik tingkat rendah, sehingga tanah laterit ini tidak bisa dikatakan sebagai tanah yang sangat subur.
  • Memiliki pH netral
Selain kandungan bahan organik, tanah juga memiliki tingkat keasaman atau yang bisa sa disebut sebagai pH. Tingkat keasaman atau pH yang dimiliki masing- masing jenis tanah juga berbeda- beda. Tanah laterit memupunyi tingga keasaman atau pH netral, sehingga tidak terlalu asam.
  • Terbentuk pada lingkungan yang lembab, dingin atau pada genangan- genangan air
Salah satu ciri atau karekateristik dari tanah laterit adalah terbentuk pada lingkungan yang mempunyai cuaca lembab, dingin atau pada genangan- genangan air. Tanah laterit seringkali kita temui di daerah- daerah yang tidak terlalu panas, karena keberadaan tanah ini aada di tempat- tempat yang lembab dan memiliki cuaca yang dingin.
  • Mudah menyerap air
Karakteristik dari tanah laterit selanjunya adalah memiliki sifat mudah menyerap air. Sudah dibicarakan sebelumnya bahwa tanah laterit mudah untuk menyerap air. Sifat tanah yang asli adalah bisa menyerap air, namun jenis- jenis tanah yang berbeda akan membedakan kemampunan mereka dalam menyerap air. Seperti halnya dengan tanah laterit ini yang mudah untuk menyerap air.
  • Tekstur tanah reltif padat dan kokoh
Tanah laterit merupakan jenis tanah yang mempunyai sifat tekstur yang padat dan juga kokoh. Jenis tanah antara satu dan lainnya memiliki sifat tekstur yang berbeda- beda. Oleh karena tekstur tanah laterit ini padat dan kokoh, tanah ini sangat cocok untuk mendirikan suatu bangunan. Bangunan yang dibangun di atas tanah seperti ini mampu berdiri dengan kuat dan juga kokoh.

Kandungan Tanah Laterit

Tanah sebagai elemen dari Bumi yang keberadaannya sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itulah tanah merupakan elemen yang sangat pokok. Adapun fungsi tanah tidak hanya sebagai pijakan dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari- hari saja, namun masih banyak lagi fungsi atau manfaat dari tanah. Salah satu manfaat dari tanah adalah untuk bercocok tanam.
Agar tumbuh- tumbuhan hidup subur dengan menancapkan akar mereka di dalam tanah, maka tanah harus mempunyai kandungan- kandungan yang dapat menyuburkan tanaman. Semua jenis tanah di dunia ini mempunyai kandungan yang berbeda- beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga berlaku untuk tanah laterit. Tanah laterit mempunyai kandungan yang berbeda dengan tanah- tanah yang lainnya. Adapun kandungan yang dimiliki oleh tanah laterit antara lain adalah sebagai berikut:
  • Zat besi

Kandungan yang pertama yang ada di dalam tanah laterit adalah berupa zat besi. Itulah alasan mengapa tanah laterit ini mempunyai warna merah bata atau agak kecoklatan . Hal ini karena kandungan zat besi di tanah ini sangat banyak. Zat besi adalah jenis kandungan yang sangat dibutuhkan dan memiliki sifat sangat penting.
  • Alumunium
Selain zat besi, ada kandungan lain yang juga menyebabkan tanah laterit menjadi berwarna kemerahan adalah alumunium.  Sama halnya dengan zat besi, kandungan alumunium yang ada di dalam tanah ini juga sangat penting keberadaannya.


Standard Pengoperasian Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat)

  Standard Pengoperasian   Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat) 1. P2H (Pengecekan &   Pemeliharaan Harian) 2. ...