Sebagai sumber daya alam, tanah mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Sumber unsur hara bagi tanaman.
b. Matriks tempat perkembangan akar tumbuhan dan air tanah tersimpan.
c. Tempat untuk menampung penambahan unsur hara &air.
d. Media tempat aktivitas mikroorganisme.
Fungsi-fungsi tersebut dapat berkurang atau hilang disebabkan oleh kerusakan tanah. Hilangnya fungsi pertama dapat diperbaiki dengan pemupukan secara terus menerus, tetapi hilangnya fungsi yg lain tidak mudah dikembalikan karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah. Produksi maksimal suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan jika sifat-sifat fisik tanah baik. Pemupukan tidak akan menguntungkan sebelum dilakukan usaha-usaha pencegahan erosi, perbaikan aerasi tanah dan air, pemeliharaan bahan organik tanah, pemulihan tanah-tanah rusak atau perbaikan drainase tanah. Hilangnya kesuburan tanah adalah berkurangnya unsur mineral atau bahan organik di dalam tanah, kehilangan unsur hara terjadi melalui kekurangan air di dalam tanah.
Ada 3 (tiga) tipe kehilangan air dari tanah :
Gerakan air bebas ke bawah (perkolasi) yg berasal dari air berkelebihan (jumlah air hujan yg masuk ke dalam tanah melebihi kapasitas menahan air) pada permukaan tanah dan sub soil bagian atas. Perkolasi biasanya mengakibatkan hilangnya garam/larutan Kalsium, Magnesium dan Sulfur
Run off merupakan air yg berlebihan melalui tanah permukaan. Kehilangan karena Run Off mencakup tidak hanya air akan tetapi juga sejumlah tanah (erosi)
Evaporasi merupakan kehilangan air karena penguapan.
a. Sumber unsur hara bagi tanaman.
b. Matriks tempat perkembangan akar tumbuhan dan air tanah tersimpan.
c. Tempat untuk menampung penambahan unsur hara &air.
d. Media tempat aktivitas mikroorganisme.
Fungsi-fungsi tersebut dapat berkurang atau hilang disebabkan oleh kerusakan tanah. Hilangnya fungsi pertama dapat diperbaiki dengan pemupukan secara terus menerus, tetapi hilangnya fungsi yg lain tidak mudah dikembalikan karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah. Produksi maksimal suatu tanaman dapat dicapai dengan pemupukan jika sifat-sifat fisik tanah baik. Pemupukan tidak akan menguntungkan sebelum dilakukan usaha-usaha pencegahan erosi, perbaikan aerasi tanah dan air, pemeliharaan bahan organik tanah, pemulihan tanah-tanah rusak atau perbaikan drainase tanah. Hilangnya kesuburan tanah adalah berkurangnya unsur mineral atau bahan organik di dalam tanah, kehilangan unsur hara terjadi melalui kekurangan air di dalam tanah.
Ada 3 (tiga) tipe kehilangan air dari tanah :
Gerakan air bebas ke bawah (perkolasi) yg berasal dari air berkelebihan (jumlah air hujan yg masuk ke dalam tanah melebihi kapasitas menahan air) pada permukaan tanah dan sub soil bagian atas. Perkolasi biasanya mengakibatkan hilangnya garam/larutan Kalsium, Magnesium dan Sulfur
Run off merupakan air yg berlebihan melalui tanah permukaan. Kehilangan karena Run Off mencakup tidak hanya air akan tetapi juga sejumlah tanah (erosi)
Evaporasi merupakan kehilangan air karena penguapan.
Mencegah perkolasi berlebihan, run off berlebihan, dan evaporasi berlebih adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan air di lingkungan, terutama dalam konteks pertanian dan pengelolaan sumber daya alam. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah masing-masing tipe kehilangan air:
1. Mencegah Perkolasi Berlebihan:Penyusunan Tanaman Penutup Tanah: Tanaman penutup tanah seperti rumput atau tanaman legum dapat membantu mengurangi laju perkolasi dengan menahan air di permukaan tanah.
Praktek Pengolahan Tanah Konservasi: Teknik seperti pemberian tutupan tanaman di musim dingin, aliran air tetesan, dan penggunaan gulma untuk menutupi permukaan tanah dapat membantu mengurangi perkolasi.
Pengelolaan Irigasi: Mengelola irigasi dengan bijak untuk menghindari penyiraman berlebih yang dapat menyebabkan perkolasi berlebihan.
2. Mencegah Run Off Berlebihan:Konservasi Tanah: Menerapkan praktik-praktik seperti penanaman tanaman penutup tanah, kontur perkebunan, dan menghindari penggemburan tanah yang berlebihan untuk mengurangi erosi dan run off.
Tata Air: Membuat saluran air atau alur yang tepat di lapangan pertanian untuk mengalirkan air hujan dengan perlahan ke dalam tanah, mengurangi laju run off.
3. Mencegah Evaporasi Berlebihan:Penggunaan Penutup Tanah: Menutupi permukaan tanah dengan mulsa organik atau anorganik (misalnya, jerami, daun, atau plastik) dapat membantu mengurangi evaporasi dengan memblokir paparan langsung sinar matahari.
Pengaturan Pengairan: Menghindari pengairan saat suhu udara sangat tinggi atau saat sinar matahari paling kuat untuk mengurangi penguapan yang terjadi selama pengairan.
Pengaturan Ketinggian Air Tanah: Mengatur ketinggian air tanah dengan bijak melalui irigasi yang sesuai untuk menghindari kondisi yang mendukung penguapan berlebihan.
4. Konservasi Air Umum:Penerapan Praktik Hemat Air: Menggunakan teknik irigasi tetes atau mikroirigasi, menyimpan air hujan di bak penampungan, dan menghindari pemborosan air dapat membantu mengurangi kehilangan air secara keseluruhan.
Praktik Pertanian Berkelanjutan: Menggunakan rotasi tanaman, pola tanam yang tepat, dan praktik pertanian berkelanjutan lainnya dapat membantu mengurangi kebutuhan air dan mengelola air dengan lebih efisien.
Memahami kondisi lingkungan setempat dan menerapkan praktik-praktik yang sesuai untuk mencegah kehilangan air yang berlebihan akan membantu menjaga keberlanjutan lingkungan dan pertanian/perkebunan.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya erosi :
a. Pemindahan vegetasi penutup alam.
b. Ditanami dengan tanaman yang tidak menutupi tanah tsb.
Teknik sarana pengawetan tanah dan air
Laju subsiden = 0,04 x kedalaman saluran drainase (DID dan LAWOO, 1996).
b. Ditanami dengan tanaman yang tidak menutupi tanah tsb.
Pengawetan tanah berarti penggunaan setiap bidang tanah dengan cara benar yg sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya dengan syarat-syarat yg diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (erosi, kerusakan struktur tanah dan sebagainya). Sedangkan pengawetan air prinsipnya adalah penggunaan air yg jatuh ke tanah seefisien mungkin dan pengaturan aliran sehingga tidak terjadi banjir pada musim hujan serta terdapat cukup air pada musim kemarau.
- Pemeliharaan tanaman penutup tanah
- Aplikasi janjangan kosong
- Penyusunan pelepah
- Tapak kuda (planting plaform)
- Benteng teras (countour bund) dan rorak
- Teras Kontur (countour terrace)
- Stop Log / Bendungan Water level (Blockage)
Tanah gambut atau tanah organik adalah tanah yang berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0.5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0) kandungan unsur hara rendah.
Lahan rawa gambut merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi hidrologi dan fungsi ekologi lain yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Nilai penting inilah yang menjadikan lahan rawa gambut harus dilindungi dan dipertahankan kelestariannya
Reklamasi dan konversi lahan rawa untuk pembangunan pertanian pada beberapa dasa warsa yang lalu dan mungkin selanjutnya akan selalu berhadapan dengan pembuatan jaringan drainase dan suplesi berskala luas. Seringkali rancang bangun jaringan reklamasi mengarah pada eksistensi tata saluran yang intensif, reklamasi rawa ini dapat menyebabkan terjadinya subsiden, kering tak balik dan dekomposisi tanah gambut.
Subsiden dipengaruh oleh 4 faktor utama, yaitu 1) pengerutan (vertical shrinkage) pada lapisan atas karena pengeringan, 2) konsolidasi pada lapisan bawah akibat hilangnya kemampuan apung (buoyant force) air tanah akan terjadi pembebanan pada lapisan bawah, 3) oksidasi bahan organik, dan 4) pemampatan (compaction) pada lapisan di bawah lapisan olah akibat pengolahan yang intensif (Slusher, dkk. 1974)
Laju subsiden = 0,04 x kedalaman saluran drainase (DID dan LAWOO, 1996).
Semakin dalam drainase mengakibatkan laju subsidensi semakin cepat, dan semakin mentah gambut akan diikuti dengan semakin tinggi laju subsiden. Laju subsiden juga sangat dipengaruhi oleh ketebalan gambut, dimana pada gambut dalam laju subsiden akan lebih besar dibanding pada gambut sedang dan gambut dangkal
Pengelolaan tanah dan air (soil and water management) merupakan kunci utama untuk keberhasilan pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut, termasuk tanah sulfat masam. Pengelolaan tanah dan air ini meliputi jaringan tata air makro maupun mikro, penataan lahan, ameliorasi, dan pemupukan.
Tata Air Makro .Pembuatan saluran baik primer, sekunder dan tersier perlu memperhatikan tata letak, dimensi dan cara pembuatan salurannya disesuaikan dengan fisiografi dan kondisi lahan sehingga menunjang kelestarian dan produktivitas lahan. Pembuatan saluran harus mengikuti atau memperhatikan garis kontur dan tipologi lahannya. Saluran dengan mempertimbangkan garis kontur maka aliran air dapat mengalir dengan baik, tinggi air di saluran rata , dan fungsi dari jaringan pengairan rawa, yaitu 1) berfungsi sebagai saluran drainase, 2) sebagai pemasukan air, 3) sebagai alat trasportasi, 4) berfungsi sebagai konservasi sumberdaya air rawa, dan 5) sebagai pendukung bagi proses reklamasi.
Pengelolaan Tata Air Mikro berfungsi untuk : (1) mencukupi kebutuhan evapotranspirasi tanaman, (2) mencegah pertumbuhan tanaman liar, (3) mencegah terjadinya bahan beracun bagi tanaman melalui penggelontoran dan pencucian, (4) mengatur tinggi muka air, dan (5) menjaga kualitas air di petakan lahan dan di saluran. Untuk lebih memperlancar keluar masuknya air pada petakan lahan yang sekaligus memperlancar pencucian bahan racun, Widjaja-Adhi (1995) menganjurkan pembuatan saluran cacing pada petakan lahan dan di sekeliling petakan lahan.
Pengelolaan tanah dan air (soil and water management) merupakan kunci utama untuk keberhasilan pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut, termasuk tanah sulfat masam. Pengelolaan tanah dan air ini meliputi jaringan tata air makro maupun mikro, penataan lahan, ameliorasi, dan pemupukan.
Tata Air Makro .Pembuatan saluran baik primer, sekunder dan tersier perlu memperhatikan tata letak, dimensi dan cara pembuatan salurannya disesuaikan dengan fisiografi dan kondisi lahan sehingga menunjang kelestarian dan produktivitas lahan. Pembuatan saluran harus mengikuti atau memperhatikan garis kontur dan tipologi lahannya. Saluran dengan mempertimbangkan garis kontur maka aliran air dapat mengalir dengan baik, tinggi air di saluran rata , dan fungsi dari jaringan pengairan rawa, yaitu 1) berfungsi sebagai saluran drainase, 2) sebagai pemasukan air, 3) sebagai alat trasportasi, 4) berfungsi sebagai konservasi sumberdaya air rawa, dan 5) sebagai pendukung bagi proses reklamasi.
Pengelolaan Tata Air Mikro berfungsi untuk : (1) mencukupi kebutuhan evapotranspirasi tanaman, (2) mencegah pertumbuhan tanaman liar, (3) mencegah terjadinya bahan beracun bagi tanaman melalui penggelontoran dan pencucian, (4) mengatur tinggi muka air, dan (5) menjaga kualitas air di petakan lahan dan di saluran. Untuk lebih memperlancar keluar masuknya air pada petakan lahan yang sekaligus memperlancar pencucian bahan racun, Widjaja-Adhi (1995) menganjurkan pembuatan saluran cacing pada petakan lahan dan di sekeliling petakan lahan.
.
Teknik Zero Burning. Aplikasi teknik zero burning dilakukan pada saat pembukaan lahan kelapa sawit yang dilakukan untuk persiapan lahan Emisi CO2 (ton ha -1 tahun-1) , sebelum penanaman kelapa sawit. Pembukaan lahan dengan teknik ini dilakukan tanpa adanya pembakaran lahan. Teknik zero burning memiliki beberapa kelebihan antara lain: 27 - Menurunkan emisi karbon. - Mencegah polusi udara (asap). - Menjaga kelembaban tanah dan mencegah terjadinya kebakaran gambut. - Menjaga biodiversitas tanah.
Best Management Practice (BMP). Emisi CO2 dari perkebunan kelapa sawit di lahan gambut merupakan fungsi dari faktor kedalaman muka air tanah (ground water table); kadar abu dalam gambut; tanaman penutup tanah (cover crops) dan umur tanaman kelapa sawit. Dalam upaya mitigasi emisi karbon dan sekaligus meningkatkan produksi kelapa sawit pada lahan gambut secara berkelanjutan maka harus ada penerapan BMP. Penerapan BMP antara lain melalui water management dengan mengelola muka air tanah pada kisaran 60-80 cm dari permukaan tanah, penambahan bahan amelioran (meningkatkan kadar abu), pengendalian hama dan penyakit secara hayati, pemupukan rendah emisi (pupuk hayati, coated urea, coated fert.), dan pengelolaan tanaman penutup tanah. Penerapan BMP mampu menurunkan emisi CO2 menjadi sekitar 28-38 ton CO2/ha/tahun dari 48-52 ton CO2/ha/tahun. 29 Selanjutnya CO2 yang masih diemisikan oleh tanah gambut tersebut akan diserap oleh tanaman kelapa sawit melalui asimilasi untuk memproduksi 20-24 ton TBS/ha/tahun.
1) Peta Topografi dan Peta Tanah
Peta dapat memberikan informasi mengenai pola lahan dan kontur dari lahan yang dibutuhkan. Juga dapat memberikan informasi untuk menentukan posisi outlet . Penentuan posisi dilakukan berdasarkan kebijakan teknis dan aspek sosial. Sistem drainase dan pola cuaca dapat memprediksi volume debit air yang ada pada lahan rencana lokasi perkebunan tersebut.
2) Membuat Master plan untuk Water Management. Faktor utama yang sangat penting dalam melakukan design master plan tata air di gambut adalah system drainase. Posisi outlet harus ditentukan. Zona air dibuat bersamaan dengan system kanalisasinya yaitu kanal primer, kanal sekunder, kanal kolektor dan kanal tersier. Juga menentukan posisi sistem pengontrolan air seperti Watergate, overflow, tidal clap, dll.
3) Implementasi
Posisi dan arah kanal harus ditentukan segera sebelum dilakukan penggalian. Bangunan air seperti Watergate, overflow, dll harus dibangun untuk dapat mengontrol air lahan. Pendataan dimensi penampang saluran yang ada untuk keperluan, drainase serta perencanaan design struktur , biaya dan tata letak bangunan infrastruktur air
4) Sistem Pengaturan Air dan Aturannya
Pengontrolan pembuangan air (drainage) harus diatur secara konstan dan terus menerus karena adanya pengaruh curah hujan. Watergate dan overflow harus ditempatkan diposisi yang tepat untuk kontrol pembuangan air. Pengaturan water level dan table dari lahan harus dijaga sedemikian rupa karena merupakan faktor pendukung penting untuk pencapaian target produksi Tanaman Kelapa Sawit.
Ada beberapa konsep-konsep dasar yang harus diperhatikan untuk perencanaan dan pembuatan sistem tata air pada daerah gambut dalam membantu pengelolaan tanaman industri seperti tanaman acacia, sawit, tebu, kelapa dan lain sebagainya, yaitu:
1. Sistem Hidrologi
2. Sistem Kanalisasi
3. Sistem Hidrolika
4. Sistem Lingkungan (environmental)
2.1 Sistem Hidrologi
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam penetapan sistem hidrologi ini adalah:
Kondisi Cuaca seperti curah hujan, musim hujan dan kemarau, arah dan kecepatan angin, tingkat evaporasi dan sea tidal.
Kondisi Hidrologi (Water Catchment Areas).
Panjang dan kedalaman dari sungai, apabila lahan sangat berdekatan dengan sungai yang ada.
2.2 Sistem Kanalisasi
Dalam merancang dan mendesain sistem kanalisasi, hal yang dilakukan adalah:
a. Menentukan jenis, bentuk, panjang dan volume kanal agar sistem kanal dapat dipergunakan untuk kelancaran transportasi dan drainasi secara efektif dan efisien. Pada umunya dinamakan kanal primer, sekunder, tertier dan kolektor sesuai dengan fungsinya masing-masing.
b. Mendesain dan merancang sistem tata air sedemikian rupa sehingga akan mudah mendapatkan dan memonitor water level/table yang sesuai untuk kebutuhan tanaman (misalnya tanaman sawit berkisar 60-80 cm).
c. Melakukan pembagian zona tata air (water zone). Pembagian zona suatu wilayah ditentukan oleh tinggi rendahnya (topografi) dan garis kontur. Tujuan utama dibentuknya pembagian zona air wilayah ini untuk mencegah over drain dan water log dan dapat menetapkan tinggi water table yang baik.
d. Penempatan Outlet. Outlet adalah saluran air yang berfungsi untuk membuang kelebihan air dari suatu areal menuju keluar areal yaitu biasanya menuju sungai atau laut. Pada outlet ini dibuat bangunan air. Data curah hujan adalah faktor penting untuk mengetahui berapa debit air yang harus dibuang dan dipertahankan.
2.3 Sistem Hidrolika
Pekerjaan yang dilakukan dalam hal ini adalah:
a. Merancang/mendesain dan memodifikasi sistem kanal sedemikian rupa serta melakukan pendesainan bangunan air agar kelebihan air dapat dibuang adalam keadaan air sungai/laut mengalami pasang surut. Dalam arti pada kondisi air sungi/laut pasang air tidak akan masuk/ meggenangi lahan sedangkan pada saat surut kelebihan air di lahan akan dibuang dengan lancar, sesuai dengan kebutuhan tanaman.
b. Dapat mengatur keseimbangan air di lahan sesuai dengan kebutuhan yaitu membuang kelebihan air pada waktu hujan dan mempertahankan air yang dibutuhkan pada saat musim kemarau.
c. Penempatan dan pembangunan Bangunan Air (Water Building)
Bangunan air berfungsi untuk mengatur keseimbangan air di lahan sesuai dengan kebutuhan yaitu membuang kelebihan air pada waktu hujan dan mempertahankan air yang dibutuhkan pada saat musim kemarau.
Ada beberapa perhitungan yang dilakukan dalam sistem hidrolika ini adalah:
a. Perhitungan kekuatan struktur bangunan dan elevasi mercu dari bangunan.
b. Perhitungan debit drainase
c. Perhitungan volume kelebihan air yang dibuang.
2.4 Sistem Lingkungan (environmental)
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam penetapan sistem lingkungan ini adalah:
Kondisi topografi areal (garis kontur) Memberikan gambaran kondisi alam areal yang dipetakan seperti, bentuk relief tanah, luas areal, kondisi alam yang ada seperti sungai, kampung, vegetasi dan lain-lain.
Kondisi tata guna lahan.
Jenis tanah.
Meliputi pengamatan ketebalan dan kematangan gambut serta pendeteksian terhadap kedalaman lapisan pirit, yang pada akhirnya akan diinventarisasikan mengenai:
· Sifat dan penyebaran jenis dan macam tanah secara visual.
· Ketebalan gambut dan kematangan gambut.
· Kedalaman lapisan pirit.
Isu Pengolahan Lahan Gambut . Isu yang sudah mendunia perihal pengelolaan lahan gambut antara lain adalah:a) Subsiden, yaitu terjadinya penurunan permukaan lahan gambut diakibatkan karena sistem drainase yang salah, bahan gambut (nutrient) dan adanya pemanenan di lahan gambut itu sendiri (rotation of crop).
Subsiden tanah gambut yang di drainase dipengaruhi oleh faktor konsolidasi (pemadatan mekanik lapisan gambut jenuh secara permanen di bawah permukaan air tanah, oksidasi (akibat hilangnya bahan organik karena dekomposisi), dan shrinkage (pengurangan volume tanah gambut di atas permukaan air tanah akibat pengeringan20 . Kajian Winarna (2015)21 memperoleh rata-rata subsiden tanah gambut di perkebunan kelapa sawit umur 6 tahun adalah sebesar 2,25 cm/tahun.
Pada kondisi water management yang baik, gambut yang umumnya lebih basah mengalami subsiden lebih lambat sekitar 1,0–1,5 cm/tahun.22 Subsiden tersebut tidak semata-mata karena kehilangan karbon tetapi juga karena adanya pemadatan tanah gambut,
b) Lahan kering meningkatnya bahaya kebakaran lahan.c) Emisi gas rumah kaca (Global Warming) dan Keanekaragaman Hayati(Biodiversity) adalah: Suatu kesatuan kehidupan yang kompleks di suatu kawasan tertentu, di atas permukaan bumi
Water Management. Manajemen air merupakan faktor penting dalam pertanaman kelapa sawit di lahan gambut. Kedalaman muka air tanah yang tepat untuk kelapa sawit adalah berkisar 60-80 cm dari permukaan tanah. Kondisi ini sangat penting untuk perkembangan akar dan menjaga kondisi tanah gambut (lapisan atas) agar tidak kering dan mudah terbakar. Selain itu, manajemen air ini juga memiliki peran yang penting dalam menurunkan emisi karbon dengan mereduksi dekomposisi dari gambut dan subsiden tanah. Kedalaman muka air tanah untuk kelapa sawit < 60 cm dari permukaan tanah menghasilkan emisi CO2 lebih rendah dari faktor emisi CO2 yang ditetapkan oleh IPCC (2014) sebesar 40 ton CO2/ha/tahun
Meningkatkan C-Sink. Upaya peningkatan carbon-sink antara lain dapat dilakukan dengan pengembangan kelapa sawit pada lahan terdegradasi (lahan pasir), mix farming (tanaman semusim dengan kelapa sawit TBM), dan pengelolaan tanaman penutup tanah (cover crops). Mix farming dapat dilakukan dengan memanfaatkan ruang diantara tanaman kelapa sawit (tanaman TBM) dengan tanaman penutup tanah di lahan gambut yang dapat meningkatkan kelembaban, mencegah terjadinya kekeringan dan kebakaran gambut terutama pada saat musim kering
Best Management Practice (BMP). Emisi CO2 dari perkebunan kelapa sawit di lahan gambut merupakan fungsi dari faktor kedalaman muka air tanah (ground water table); kadar abu dalam gambut; tanaman penutup tanah (cover crops) dan umur tanaman kelapa sawit. Dalam upaya mitigasi emisi karbon dan sekaligus meningkatkan produksi kelapa sawit pada lahan gambut secara berkelanjutan maka harus ada penerapan BMP. Penerapan BMP antara lain melalui water management dengan mengelola muka air tanah pada kisaran 60-80 cm dari permukaan tanah, penambahan bahan amelioran (meningkatkan kadar abu), pengendalian hama dan penyakit secara hayati, pemupukan rendah emisi (pupuk hayati, coated urea, coated fert.), dan pengelolaan tanaman penutup tanah. Penerapan BMP mampu menurunkan emisi CO2 menjadi sekitar 28-38 ton CO2/ha/tahun dari 48-52 ton CO2/ha/tahun. 29 Selanjutnya CO2 yang masih diemisikan oleh tanah gambut tersebut akan diserap oleh tanaman kelapa sawit melalui asimilasi untuk memproduksi 20-24 ton TBS/ha/tahun.
1) Peta Topografi dan Peta Tanah
Peta dapat memberikan informasi mengenai pola lahan dan kontur dari lahan yang dibutuhkan. Juga dapat memberikan informasi untuk menentukan posisi outlet . Penentuan posisi dilakukan berdasarkan kebijakan teknis dan aspek sosial. Sistem drainase dan pola cuaca dapat memprediksi volume debit air yang ada pada lahan rencana lokasi perkebunan tersebut.
2) Membuat Master plan untuk Water Management. Faktor utama yang sangat penting dalam melakukan design master plan tata air di gambut adalah system drainase. Posisi outlet harus ditentukan. Zona air dibuat bersamaan dengan system kanalisasinya yaitu kanal primer, kanal sekunder, kanal kolektor dan kanal tersier. Juga menentukan posisi sistem pengontrolan air seperti Watergate, overflow, tidal clap, dll.
3) Implementasi
Posisi dan arah kanal harus ditentukan segera sebelum dilakukan penggalian. Bangunan air seperti Watergate, overflow, dll harus dibangun untuk dapat mengontrol air lahan. Pendataan dimensi penampang saluran yang ada untuk keperluan, drainase serta perencanaan design struktur , biaya dan tata letak bangunan infrastruktur air
4) Sistem Pengaturan Air dan Aturannya
Pengontrolan pembuangan air (drainage) harus diatur secara konstan dan terus menerus karena adanya pengaruh curah hujan. Watergate dan overflow harus ditempatkan diposisi yang tepat untuk kontrol pembuangan air. Pengaturan water level dan table dari lahan harus dijaga sedemikian rupa karena merupakan faktor pendukung penting untuk pencapaian target produksi Tanaman Kelapa Sawit.
Ada beberapa konsep-konsep dasar yang harus diperhatikan untuk perencanaan dan pembuatan sistem tata air pada daerah gambut dalam membantu pengelolaan tanaman industri seperti tanaman acacia, sawit, tebu, kelapa dan lain sebagainya, yaitu:
1. Sistem Hidrologi
2. Sistem Kanalisasi
3. Sistem Hidrolika
4. Sistem Lingkungan (environmental)
2.1 Sistem Hidrologi
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam penetapan sistem hidrologi ini adalah:
Kondisi Cuaca seperti curah hujan, musim hujan dan kemarau, arah dan kecepatan angin, tingkat evaporasi dan sea tidal.
Kondisi Hidrologi (Water Catchment Areas).
Panjang dan kedalaman dari sungai, apabila lahan sangat berdekatan dengan sungai yang ada.
2.2 Sistem Kanalisasi
Dalam merancang dan mendesain sistem kanalisasi, hal yang dilakukan adalah:
a. Menentukan jenis, bentuk, panjang dan volume kanal agar sistem kanal dapat dipergunakan untuk kelancaran transportasi dan drainasi secara efektif dan efisien. Pada umunya dinamakan kanal primer, sekunder, tertier dan kolektor sesuai dengan fungsinya masing-masing.
b. Mendesain dan merancang sistem tata air sedemikian rupa sehingga akan mudah mendapatkan dan memonitor water level/table yang sesuai untuk kebutuhan tanaman (misalnya tanaman sawit berkisar 60-80 cm).
c. Melakukan pembagian zona tata air (water zone). Pembagian zona suatu wilayah ditentukan oleh tinggi rendahnya (topografi) dan garis kontur. Tujuan utama dibentuknya pembagian zona air wilayah ini untuk mencegah over drain dan water log dan dapat menetapkan tinggi water table yang baik.
d. Penempatan Outlet. Outlet adalah saluran air yang berfungsi untuk membuang kelebihan air dari suatu areal menuju keluar areal yaitu biasanya menuju sungai atau laut. Pada outlet ini dibuat bangunan air. Data curah hujan adalah faktor penting untuk mengetahui berapa debit air yang harus dibuang dan dipertahankan.
2.3 Sistem Hidrolika
Pekerjaan yang dilakukan dalam hal ini adalah:
a. Merancang/mendesain dan memodifikasi sistem kanal sedemikian rupa serta melakukan pendesainan bangunan air agar kelebihan air dapat dibuang adalam keadaan air sungai/laut mengalami pasang surut. Dalam arti pada kondisi air sungi/laut pasang air tidak akan masuk/ meggenangi lahan sedangkan pada saat surut kelebihan air di lahan akan dibuang dengan lancar, sesuai dengan kebutuhan tanaman.
b. Dapat mengatur keseimbangan air di lahan sesuai dengan kebutuhan yaitu membuang kelebihan air pada waktu hujan dan mempertahankan air yang dibutuhkan pada saat musim kemarau.
c. Penempatan dan pembangunan Bangunan Air (Water Building)
Bangunan air berfungsi untuk mengatur keseimbangan air di lahan sesuai dengan kebutuhan yaitu membuang kelebihan air pada waktu hujan dan mempertahankan air yang dibutuhkan pada saat musim kemarau.
Ada beberapa perhitungan yang dilakukan dalam sistem hidrolika ini adalah:
a. Perhitungan kekuatan struktur bangunan dan elevasi mercu dari bangunan.
b. Perhitungan debit drainase
c. Perhitungan volume kelebihan air yang dibuang.
2.4 Sistem Lingkungan (environmental)
Dalam melakukan perencanaan sistem tata air hal yang harus diperhatikan dalam penetapan sistem lingkungan ini adalah:
Kondisi topografi areal (garis kontur) Memberikan gambaran kondisi alam areal yang dipetakan seperti, bentuk relief tanah, luas areal, kondisi alam yang ada seperti sungai, kampung, vegetasi dan lain-lain.
Kondisi tata guna lahan.
Jenis tanah.
Meliputi pengamatan ketebalan dan kematangan gambut serta pendeteksian terhadap kedalaman lapisan pirit, yang pada akhirnya akan diinventarisasikan mengenai:
· Sifat dan penyebaran jenis dan macam tanah secara visual.
· Ketebalan gambut dan kematangan gambut.
· Kedalaman lapisan pirit.
Isu Pengolahan Lahan Gambut . Isu yang sudah mendunia perihal pengelolaan lahan gambut antara lain adalah:a) Subsiden, yaitu terjadinya penurunan permukaan lahan gambut diakibatkan karena sistem drainase yang salah, bahan gambut (nutrient) dan adanya pemanenan di lahan gambut itu sendiri (rotation of crop).
Subsiden tanah gambut yang di drainase dipengaruhi oleh faktor konsolidasi (pemadatan mekanik lapisan gambut jenuh secara permanen di bawah permukaan air tanah, oksidasi (akibat hilangnya bahan organik karena dekomposisi), dan shrinkage (pengurangan volume tanah gambut di atas permukaan air tanah akibat pengeringan20 . Kajian Winarna (2015)21 memperoleh rata-rata subsiden tanah gambut di perkebunan kelapa sawit umur 6 tahun adalah sebesar 2,25 cm/tahun.
Pada kondisi water management yang baik, gambut yang umumnya lebih basah mengalami subsiden lebih lambat sekitar 1,0–1,5 cm/tahun.22 Subsiden tersebut tidak semata-mata karena kehilangan karbon tetapi juga karena adanya pemadatan tanah gambut,
b) Lahan kering meningkatnya bahaya kebakaran lahan.c) Emisi gas rumah kaca (Global Warming) dan Keanekaragaman Hayati(Biodiversity) adalah: Suatu kesatuan kehidupan yang kompleks di suatu kawasan tertentu, di atas permukaan bumi
Water Management. Manajemen air merupakan faktor penting dalam pertanaman kelapa sawit di lahan gambut. Kedalaman muka air tanah yang tepat untuk kelapa sawit adalah berkisar 60-80 cm dari permukaan tanah. Kondisi ini sangat penting untuk perkembangan akar dan menjaga kondisi tanah gambut (lapisan atas) agar tidak kering dan mudah terbakar. Selain itu, manajemen air ini juga memiliki peran yang penting dalam menurunkan emisi karbon dengan mereduksi dekomposisi dari gambut dan subsiden tanah. Kedalaman muka air tanah untuk kelapa sawit < 60 cm dari permukaan tanah menghasilkan emisi CO2 lebih rendah dari faktor emisi CO2 yang ditetapkan oleh IPCC (2014) sebesar 40 ton CO2/ha/tahun
Meningkatkan C-Sink. Upaya peningkatan carbon-sink antara lain dapat dilakukan dengan pengembangan kelapa sawit pada lahan terdegradasi (lahan pasir), mix farming (tanaman semusim dengan kelapa sawit TBM), dan pengelolaan tanaman penutup tanah (cover crops). Mix farming dapat dilakukan dengan memanfaatkan ruang diantara tanaman kelapa sawit (tanaman TBM) dengan tanaman penutup tanah di lahan gambut yang dapat meningkatkan kelembaban, mencegah terjadinya kekeringan dan kebakaran gambut terutama pada saat musim kering
Biaya awal untuk pengembangan lahan gambut, terutama pembangunan bangunan sarana infrastruktur dengan biaya tinggi. Hal ini diperlukan perencanaan dan survey untuk mengidentifikasi permasalahan pada masing-masing area lahan. Strategi untuk memecahkan masalah dibuat dengan mekanisme yang harus sesuai untuk meminimalkan biaya investasi pembangunan perkebunan kelapa sawit yang berwawasan lingkungan.
Pengelolaan Air (Water Management System) adalah kunci untuk secara berkelanjutan mengurangi dampak negatif dari penurunan tanah, pembakaran lahan dalam upaya memperbaiki produksi kelapa sawit. Target Pengelolaan Air (WMS) ditetapkan sebagai berikut:
1. Membuang air yang berlebih (genangan) dan menjaga air dibawah permukaan tanah 60-80 Cm.
2. Pengawasan terhadap tinggi permukaan air tanah
3. Pencegahan pencemaran air.
Pentingnya Pengelolaan Air (Water Management System) dalam pertanian kelapa sawit dan menetapkan tiga target yang penting dalam upaya untuk memperbaiki produksi kelapa sawit secara berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang setiap target yang ditetapkan:
1. Membuang Air yang Berlebih dan Menjaga Kedalaman Air Tanah:Membuang air yang berlebih (genangan) sangat penting untuk menghindari kondisi perairan tergenang yang dapat merusak akar tanaman dan mengurangi produktivitas.
Menjaga kedalaman air tanah pada kisaran 60-80 cm di bawah permukaan tanah adalah tujuan yang penting. Ini membantu mengatur ketersediaan air untuk tanaman dan memastikan bahwa akar memiliki akses ke air dan nutrisi yang cukup.
2. Pengawasan Terhadap Tinggi Permukaan Air Tanah:Memantau tinggi permukaan air tanah secara teratur memungkinkan Anda untuk melacak perubahan dalam ketersediaan air di lahan.
Dengan pemantauan yang tepat, Anda dapat mengambil langkah-langkah korektif jika tinggi permukaan air tanah terlalu rendah atau terlalu tinggi, menjaga keseimbangan yang tepat untuk pertumbuhan tanaman.
3. Pencegahan Pencemaran Air:Pencegahan pencemaran air melibatkan pengelolaan praktik-praktik pertanian dan pemantauan yang dapat mencegah bahan kimia dan limbah masuk ke dalam sumber air.
Penggunaan pupuk yang bijak, penanganan limbah yang benar, dan perlindungan vegetasi sekitar sumber air merupakan langkah-langkah penting untuk menjaga kualitas air.
Dengan mengikuti tiga target ini dalam Pengelolaan Air, Anda dapat memastikan bahwa penggunaan air yang efisien, tanah yang sehat, dan lingkungan yang terlindungi menjadi prioritas utama dalam produksi kelapa sawit. Praktek-praktek yang berkelanjutan dalam pengelolaan air akan membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendukung keberlanjutan produksi pertanian.
Pengelolaan Air (Water Management System) adalah kunci untuk secara berkelanjutan mengurangi dampak negatif dari penurunan tanah, pembakaran lahan dalam upaya memperbaiki produksi kelapa sawit. Target Pengelolaan Air (WMS) ditetapkan sebagai berikut:
1. Membuang air yang berlebih (genangan) dan menjaga air dibawah permukaan tanah 60-80 Cm.
2. Pengawasan terhadap tinggi permukaan air tanah
3. Pencegahan pencemaran air.
Pentingnya Pengelolaan Air (Water Management System) dalam pertanian kelapa sawit dan menetapkan tiga target yang penting dalam upaya untuk memperbaiki produksi kelapa sawit secara berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang setiap target yang ditetapkan:
1. Membuang Air yang Berlebih dan Menjaga Kedalaman Air Tanah:Membuang air yang berlebih (genangan) sangat penting untuk menghindari kondisi perairan tergenang yang dapat merusak akar tanaman dan mengurangi produktivitas.
Menjaga kedalaman air tanah pada kisaran 60-80 cm di bawah permukaan tanah adalah tujuan yang penting. Ini membantu mengatur ketersediaan air untuk tanaman dan memastikan bahwa akar memiliki akses ke air dan nutrisi yang cukup.
2. Pengawasan Terhadap Tinggi Permukaan Air Tanah:Memantau tinggi permukaan air tanah secara teratur memungkinkan Anda untuk melacak perubahan dalam ketersediaan air di lahan.
Dengan pemantauan yang tepat, Anda dapat mengambil langkah-langkah korektif jika tinggi permukaan air tanah terlalu rendah atau terlalu tinggi, menjaga keseimbangan yang tepat untuk pertumbuhan tanaman.
3. Pencegahan Pencemaran Air:Pencegahan pencemaran air melibatkan pengelolaan praktik-praktik pertanian dan pemantauan yang dapat mencegah bahan kimia dan limbah masuk ke dalam sumber air.
Penggunaan pupuk yang bijak, penanganan limbah yang benar, dan perlindungan vegetasi sekitar sumber air merupakan langkah-langkah penting untuk menjaga kualitas air.
Dengan mengikuti tiga target ini dalam Pengelolaan Air, Anda dapat memastikan bahwa penggunaan air yang efisien, tanah yang sehat, dan lingkungan yang terlindungi menjadi prioritas utama dalam produksi kelapa sawit. Praktek-praktek yang berkelanjutan dalam pengelolaan air akan membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mendukung keberlanjutan produksi pertanian.
Water Management harus dipelajari dan fungsinya harus disiapkan untuk mengatasi masalah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kegiatan pembukaan lahan gambut merupakan pilihan yang tidak dapat dielakkan, mengingat ketersediaan tanah mineral untuk kegiatan pertanian skala besar semakin terbatas
2. Pengelolaan sistem tata air yang baik dapat memelihara kelembaban tanah agar tidak terlalu kering di musim kemarau dan tidak terlalu basah di musim hujan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kemasaman tanah serta menanggulangi asam-asam organik beracun. Dapat menjaga keseimbangan air dan mengontrol water level / water table lahan gambut sehingga resiko terjadinya subsiden akan terkurangi dan kebutuhan air untuk tanaman terpenuhi.
3. Sistem tata air yang baik, dapat mengatur kebutuhan air untuk tanaman, yaitu pada saat musim hujan lahan tidak kebanjiran dan pada saat musim kemarau lahan tidak kekeringan. Hal ini akan mencegah pula terjadinya penurunan pH gambut yang sangat drastis.
Saran
Sistem Water Management sangat mutlak dibutuhkan, untuk itu dianjurkan perencanaan (design) dan implementasi tata air kanal harus baik dan benar serta memiliki tenaga teknis yang baik agar dalam pengerjaanya tidak mengalami resiko yang berarti.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kegiatan pembukaan lahan gambut merupakan pilihan yang tidak dapat dielakkan, mengingat ketersediaan tanah mineral untuk kegiatan pertanian skala besar semakin terbatas
2. Pengelolaan sistem tata air yang baik dapat memelihara kelembaban tanah agar tidak terlalu kering di musim kemarau dan tidak terlalu basah di musim hujan, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kemasaman tanah serta menanggulangi asam-asam organik beracun. Dapat menjaga keseimbangan air dan mengontrol water level / water table lahan gambut sehingga resiko terjadinya subsiden akan terkurangi dan kebutuhan air untuk tanaman terpenuhi.
3. Sistem tata air yang baik, dapat mengatur kebutuhan air untuk tanaman, yaitu pada saat musim hujan lahan tidak kebanjiran dan pada saat musim kemarau lahan tidak kekeringan. Hal ini akan mencegah pula terjadinya penurunan pH gambut yang sangat drastis.
Saran
Sistem Water Management sangat mutlak dibutuhkan, untuk itu dianjurkan perencanaan (design) dan implementasi tata air kanal harus baik dan benar serta memiliki tenaga teknis yang baik agar dalam pengerjaanya tidak mengalami resiko yang berarti.