Thursday, 10 August 2023

ISU MASALAH LNGKUNGAN AREA PERTAMBANGAN DAN SOLUSINYA


Isu masalah lingkungan pertambangan adalah perhatian besar karena aktivitas pertambangan dapat memiliki dampak negatif yang serius pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Beberapa isu lingkungan yang sering kali muncul dalam konteks pertambangan termasuk:
  • Pencemaran Air: Pertambangan dapat menyebabkan pencemaran air melalui pembuangan limbah dan tailing (sisa hasil pengolahan) yang mengandung zat-zat beracun seperti logam berat dan bahan kimia. Pencemaran ini dapat merusak ekosistem perairan dan berdampak pada kesehatan manusia dan hewan.
  • Pencemaran Tanah: Pengeboran dan peledakan dalam aktivitas pertambangan dapat menyebabkan erosi tanah dan kerusakan lahan. Penggunaan bahan kimia dalam proses pertambangan juga dapat mencemari tanah dan mengurangi kesuburan.
  • Deforestasi dan Hilangnya Habitat: Pertambangan seringkali mengakibatkan deforestasi dan hilangnya habitat alami untuk berbagai spesies flora dan fauna. Ini dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem dan mengancam keberlanjutan kehidupan hewan liar.
  • Gas Rumah Kaca: Proses pertambangan seperti pembakaran batu bara menghasilkan emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) yang berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global.
  • Kehidupan Masyarakat Lokal: Pertambangan dapat mengakibatkan relokasi paksa masyarakat lokal dari wilayah mereka, merusak mata pencaharian tradisional, dan mengganggu budaya mereka. Kehadiran pertambangan juga dapat menyebabkan konflik sosial dan ekonomi.
  • Penggunaan Air yang Berlebihan: Proses pertambangan membutuhkan air dalam jumlah besar untuk keperluan operasional, dan ini dapat menyebabkan penurunan kualitas dan ketersediaan air bagi masyarakat lokal dan ekosistem.
  • Penurunan Kualitas Udara: Aktivitas pertambangan dapat menghasilkan debu dan partikel yang berbahaya bagi kualitas udara dan kesehatan manusia.
  • Masalah Pasca Penambangan: Setelah penambangan selesai, seringkali terjadi masalah penanganan dan rekayasa ulang lahan bekas tambang yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan lebih lanjut.
  • Pencemaran Debu Udara: Pengeboran, peledakan, dan pengangkutan material di area pertambangan menghasilkan debu yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Debu ini mengandung partikel-partikel yang berbahaya dan dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.
  • Pencemaran Limbah Tailing: Tailing adalah sisa hasil pengolahan mineral yang sering kali mengandung zat-zat berbahaya. Jika tidak dikelola dengan baik, tailing dapat mencemari lingkungan, termasuk air dan tanah di sekitarnya.
  • Gangguan pada Ekosistem: Kegiatan pertambangan, termasuk deforestasi dan penghancuran lahan, dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem alami, termasuk kehilangan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna.
  • Pemanasan Global: Pertambangan, terutama tambang batu bara, berkontribusi pada emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2), yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.
  • Relokasi Paksa Masyarakat Lokal: Untuk memperluas wilayah pertambangan, sering kali masyarakat lokal harus direlokasi dari tanah mereka, yang menyebabkan gangguan sosial dan ekonomi serta potensi konflik.
Upaya mitigasi untuk mengatasi isu-isu lingkungan pertambangan meliputi penerapan teknologi yang lebih ramah lingkungan, penggunaan teknik pertambangan berkelanjutan, mengurangi pemborosan dan memperhatikan praktik pertambangan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, serta berkolaborasi dengan masyarakat lokal untuk memastikan keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya yang bijaksana. Peran pemerintah, industri pertambangan, dan masyarakat sangat penting dalam mencari solusi untuk melindungi lingkungan dari dampak negatif pertambangan.
Mitigasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghindari dampak negatif dari suatu aktivitas, seperti pertambangan, terhadap lingkungan dan masyarakat. Dalam konteks pertambangan, mitigasi bertujuan untuk mengurangi kerusakan lingkungan, mencegah pencemaran, dan meminimalkan dampak sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan. Berikut adalah beberapa contoh upaya mitigasi dalam industri pertambangan:
  • Penggunaan Teknologi Bersih: Mengadopsi teknologi pertambangan yang lebih ramah lingkungan dan efisien dapat mengurangi dampak negatif. Misalnya, menggunakan teknologi pengolahan limbah yang lebih efektif untuk mengurangi kadar zat beracun sebelum limbah dibuang.
  • Pengelolaan Air dan Limbah yang Baik: Pertambangan harus mengelola air secara hati-hati untuk mencegah pencemaran air. Ini bisa mencakup penangkapan dan pengolahan kembali air yang digunakan dalam proses pertambangan serta penyimpanan yang aman dari limbah tambang.
  • Reklamasi Lahan Bekas Tambang: Setelah pertambangan selesai, harus ada upaya untuk mereklamasi atau merestorasi lahan bekas tambang agar bisa kembali berfungsi dan mendukung kehidupan ekosistem. Ini melibatkan penanaman vegetasi, pembersihan, dan rekayasa ulang lahan bekas tambang.
  • Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: Mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh pertambangan.
  • Keterlibatan Masyarakat Lokal: Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengawasan operasional pertambangan dapat membantu mengidentifikasi isu-isu sosial dan lingkungan yang relevan serta mencari solusi bersama.
  • Pelatihan dan Peningkatan Kesadaran: Melatih pekerja tambang tentang praktik yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan, dapat membantu mengurangi dampak negatif dan mendorong praktik yang lebih bertanggung jawab.
  • Penerapan Peraturan dan Pengawasan: Pemerintah harus memberlakukan peraturan yang ketat terkait pertambangan dan lingkungan serta memastikan pengawasan yang efektif untuk memastikan perusahaan pertambangan mematuhi standar lingkungan yang ditetapkan.
  • Riset dan Inovasi: Mendorong riset dan inovasi dalam teknologi pertambangan dapat membuka jalan untuk solusi yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Melalui upaya mitigasi yang komprehensif dan berkelanjutan, industri pertambangan dapat berkontribusi pada pembangunan yang lebih berkelanjutan dan berdampak positif pada lingkungan dan masyarakat setempat.
Berikut adalah beberapa contoh riset dan inovasi dalam mengatasi masalah lingkungan di area tambang:
  • Teknologi Pengolahan Limbah yang Ramah Lingkungan: Penelitian dan inovasi dalam pengembangan teknologi pengolahan limbah tambang yang lebih efektif dan ramah lingkungan dapat membantu mengurangi dampak negatif pada air dan tanah. Misalnya, metode bio-remediasi menggunakan mikroorganisme untuk mendekomposisi zat beracun dalam limbah tambang.
  • Reklamasi Lahan Bekas Tambang dengan Teknik Bio-Rekayasa: Penelitian tentang pemanfaatan tanaman tertentu yang dapat tumbuh di lahan bekas tambang untuk mereklamasi lahan tersebut bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan daripada hanya mengandalkan rekayasa fisik.
  • Pemantauan Lingkungan dengan Teknologi Canggih: Penggunaan drone, satelit, dan teknologi sensor lainnya untuk pemantauan lingkungan dapat membantu memantau dampak pertambangan dengan lebih akurat dan efisien.
  • Penggunaan Energi Terbarukan: Penelitian tentang penerapan energi terbarukan seperti tenaga surya atau tenaga angin dalam operasional tambang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari penggunaan bahan bakar fosil.
  • Pengolahan Tailing untuk Mengurangi Dampak: Riset tentang cara mengolah tailing tambang menjadi bahan yang lebih aman dan berguna, seperti bata bata berbasis tailing, dapat mengurangi penumpukan limbah tambang.
  • Pengelolaan Air Tambang yang Efisien: Penelitian tentang teknologi pengolahan air yang inovatif dan hemat energi dapat membantu mengurangi penggunaan air dalam proses pertambangan dan mengelola air bekas penggunaan secara efisien.
  • Penggunaan Material Ramah Lingkungan: Inovasi dalam penggunaan material alternatif yang lebih ramah lingkungan dalam konstruksi tambang dan pengolahan mineral dapat mengurangi dampak eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
  • Penelitian Reklamasi Keanekaragaman Hayati: Studi tentang bagaimana mereklamasi lahan bekas tambang untuk mendukung keanekaragaman hayati setempat dan memfasilitasi regenerasi ekosistem alami.
  • Teknologi Pengurangan Debu dan Emisi: Riset dalam mengembangkan sistem pengurangan debu dan emisi yang lebih efisien di lokasi tambang dapat mengurangi dampak pencemaran udara.
  • Sistem Pemantauan Online untuk Kualitas Lingkungan: Penggunaan sistem pemantauan online yang real-time untuk mengukur parameter lingkungan seperti kualitas air, udara, dan tanah, sehingga memungkinkan respons cepat jika terjadi perubahan kondisi yang mencurigakan.
Semua riset dan inovasi ini bertujuan untuk mencari solusi yang lebih berkelanjutan dalam kegiatan pertambangan dan mengurangi dampak negatifnya pada lingkungan dan masyarakat.

MASALAH DEBU

Teknologi pengurangan debu dan emisi di area pertambangan terus berkembang untuk mengatasi masalah pencemaran udara dan melindungi lingkungan serta kesehatan pekerja. Berikut adalah beberapa contoh teknologi yang digunakan untuk mengurangi debu dan emisi di area pertambangan:
  • Sistem Penyiraman Air (Water Spraying Systems): Sistem penyiraman air digunakan untuk mengurangi debu di area pertambangan dengan menyemprotkan air pada material atau permukaan yang menimbulkan debu. Air ini mengikat partikel debu dan mencegahnya terangkat ke udara.
  • Penyemprotan Jalan (Road Dust Suppression): Untuk mengurangi debu yang dihasilkan oleh kendaraan di jalan akses pertambangan, digunakan sistem penyemprotan air pada jalan untuk menekan debu yang dihasilkan oleh kendaraan yang melintas.
  • Penggunaan Debu Pengikat (Dust Binders): Debu pengikat atau dust binders adalah bahan kimia yang ditambahkan ke material tambang untuk mengikat partikel debu, mencegahnya terbawa oleh angin, dan mengurangi pelepasan debu saat material ditangani atau diproses.
  • Penggunaan Penutup dan Selongsong (Covers and Enclosures): Penggunaan penutup dan selongsong pada alat atau peralatan yang menghasilkan debu, seperti conveyor, crusher, atau stacker, membantu mengurangi pelepasan debu ke lingkungan.
  • Sistem Penghisap Debu (Dust Collection Systems): Sistem penghisap debu, seperti kolektor debu atau dust collector, digunakan untuk menangkap dan mengumpulkan debu yang dihasilkan selama proses pertambangan atau pemrosesan material.
  • Penerapan Teknologi Kendaraan Bersih: Penggunaan teknologi kendaraan yang ramah lingkungan, seperti mesin diesel yang lebih efisien, dapat mengurangi emisi gas dan partikel debu dari kendaraan yang digunakan di area pertambangan.
  • Sistem Ventilasi dan Penggunaan Filter: Sistem ventilasi yang efisien di dalam tambang dan penggunaan filter pada peralatan atau mesin yang menghasilkan emisi dapat membantu mengurangi pelepasan gas berbahaya ke udara.
  • Penggunaan Tenaga Terbarukan: Mendorong penggunaan tenaga terbarukan seperti tenaga surya atau tenaga angin untuk memasok listrik di area pertambangan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan emisi gas rumah kaca.
  • Penerapan Kendali Pencemaran Terpadu (Integrated Pollution Control): Penerapan sistem pengendalian pencemaran terpadu yang komprehensif dan berkelanjutan dapat membantu mengurangi emisi dan dampak negatif lainnya dari aktivitas pertambangan.
Penggunaan kombinasi teknologi ini dengan penerapan praktik pertambangan yang berkelanjutan dan berorientasi pada lingkungan merupakan langkah penting untuk mengurangi dampak debu dan emisi di area pertambangan. Selain itu, peran aktif pemerintah dalam mengatur dan memantau kegiatan pertambangan juga sangat penting untuk memastikan kepatuhan dengan standar lingkungan dan keselamatan yang telah ditetapkan.

LIMBAH

Limbah pertambangan merupakan hasil sampingan dari kegiatan pertambangan yang dapat memiliki dampak lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Berikut adalah beberapa jenis limbah pertambangan:
  • Tailings (Bekas Pencucian): Limbah yang dihasilkan dari proses pencucian bahan galian, seperti bijih logam atau batuan berharga. Tailings biasanya berupa partikel-partikel kecil yang terpisah dari bijih selama proses pemisahan.
  • Overburden (Tumpukan Tanah Penutup): Tanah, pasir, atau batuan yang digali dan diangkut untuk mengakses lapisan bijih atau bahan galian berharga di bawahnya. Overburden dapat menghasilkan tumpukan besar yang perlu dikelola.
  • Waste Rock (Batuan Buangan): Batuan yang tidak mengandung bahan berharga dan ditinggalkan setelah proses penambangan. Batuan ini bisa mengandung bahan mineral atau logam yang tidak diinginkan.
  • Slag (Sisa Peleburan): Limbah yang dihasilkan dari proses peleburan logam. Slag bisa mengandung residu logam dan bahan beracun.
  • Acid Mine Drainage (AMD): Limbah cair yang dihasilkan saat air bersentuhan dengan batuan atau bijih yang mengandung belerang. AMD sering kali memiliki pH rendah dan dapat menghasilkan asam serta mengandung logam berat yang beracun.
  • Pit Lake (Danau Lubang Tambang): Bekas lubang tambang yang terisi oleh air hujan atau air tanah, bisa menghasilkan air yang mengandung logam berat atau bahan kimia.
  • Hazardous Chemicals and Substances (Bahan Kimia Berbahaya): Bahan kimia yang digunakan dalam proses pertambangan, seperti bahan peledak atau bahan kimia untuk pemisahan logam. Jika tidak dikelola dengan benar, dapat berdampak negatif pada lingkungan.
  • Dust and Particulate Matter (Debu dan Partikel Halus): Debu dan partikel halus yang dihasilkan selama proses penambangan dan pengolahan dapat menyebabkan pencemaran udara dan masalah kesehatan.
  • Noise and Vibrations (Bising dan Getaran): Kegiatan pertambangan dapat menghasilkan polusi suara dan getaran yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.
Penting untuk mengelola limbah pertambangan dengan baik melalui metode yang aman dan berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan dan kesehatan manusia. Berbagai tindakan seperti pengolahan, pemantauan, dan penanganan yang tepat harus dilakukan untuk mengurangi dampak negatif dari limbah pertambangan.

Mengelola limbah pertambangan dengan baik melalui metode yang aman dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa langkah dan metode yang dapat diterapkan:
  • Pengurangan di Sumber: Fokus pada pengurangan limbah pertambangan sejak awal, dengan merancang proses pertambangan yang lebih efisien untuk menghasilkan lebih sedikit limbah.
  • Penggunaan Teknologi Terbaru: Manfaatkan teknologi terbaru untuk mengolah bijih secara efisien sehingga menghasilkan lebih sedikit limbah tailings.
  • Recycling dan Reklamasi: Mempertimbangkan pemanfaatan kembali (recycling) atau penggunaan kembali tailings untuk tujuan lain, seperti dalam konstruksi atau pembuatan bahan bangunan.
  • Pengolahan Limbah: Menerapkan teknologi pengolahan lanjutan untuk mengurangi kontaminan dalam limbah pertambangan sebelum dibuang atau dikelola lebih lanjut.
  • Desain dan Manajemen Bendungan Tailings (Tailings Dam): Merancang dan mengelola bendungan tailings dengan ketat untuk mencegah kebocoran dan masalah pencemaran. Melibatkan teknologi pembuatan dan pengelolaan yang aman.
  • Pemantauan Rutin: Melakukan pemantauan rutin terhadap kondisi limbah pertambangan, termasuk kualitas air, udara, dan tanah di sekitar area pertambangan.
  • Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun): Bahan kimia berbahaya harus dikelola dengan ketat dan sesuai dengan regulasi yang berlaku untuk mencegah pencemaran dan bahaya kesehatan.
  • Pendidikan dan Pelatihan Karyawan: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang praktik terbaik dalam mengelola limbah pertambangan untuk meminimalkan dampak negatif.
  • Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat lokal dan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pengelolaan limbah pertambangan untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas dan menghindari konflik.
  • Konservasi Air dan Energi: Mengurangi penggunaan air dan energi dalam proses pertambangan juga dapat mengurangi limbah yang dihasilkan.
  • Pemantauan Jangka Panjang: Melakukan pemantauan jangka panjang untuk memastikan bahwa tindakan pengelolaan limbah berkelanjutan telah berhasil.
  • Penyuluhan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat dan para pihak terkait mengenai pentingnya mengelola limbah pertambangan dengan baik dan berkelanjutan.
Penting untuk mengadopsi pendekatan holistik dan berkelanjutan dalam pengelolaan limbah pertambangan. Setiap langkah harus didukung oleh regulasi yang kuat, komitmen perusahaan, dan partisipasi aktif dari semua pihak terkait.
Infrastruktur untuk pengelolaan limbah tambang sangat penting dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mencegah pencemaran. Beberapa jenis bangunan infrastruktur yang digunakan untuk penanganan limbah tambang meliputi:
  • Tailings Dam (Bendungan Tailings): Bendungan ini digunakan untuk menyimpan limbah tailings dari proses pertambangan. Tailings dam dirancang untuk mencegah kebocoran dan menyaring air dari limbah sebelum dilepaskan ke lingkungan.
  • Waste Rock Pile (Tumpukan Batuan Buangan): Tempat penyimpanan batuan buangan yang tidak mengandung bahan berharga. Area ini perlu dirancang untuk mencegah erosi dan merusak lingkungan sekitarnya.
  • Sedimentation Ponds (Kolam Sedimentasi): Kolam ini digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari limbah cair sebelum airnya dibuang ke lingkungan. Kolam ini membantu mengurangi kontaminan sebelum air keluar dari area pertambangan.
  • Water Treatment Plant (Pabrik Pengolahan Air): Bangunan ini digunakan untuk mengolah air limbah tambang sebelum dilepaskan ke lingkungan. Proses pengolahan meliputi filtrasi, penjernihan, dan pengurangan kontaminan.
  • Evaporation Ponds (Kolam Penguapan): Kolam ini digunakan untuk menguapkan air dari limbah cair, meninggalkan residu padat yang dapat diolah lebih lanjut.
  • Bioremediation Facilities (Fasilitas Bioremediasi): Tempat di mana mikroorganisme dan tanaman dapat digunakan untuk menguraikan atau menghilangkan bahan berbahaya dalam limbah, merombaknya menjadi bahan yang lebih aman.
  • Incineration Facilities (Fasilitas Pembakaran): Digunakan untuk menghilangkan limbah padat yang tidak dapat diuraikan melalui proses pembakaran.
  • Geotextile Liners and Covers (Pelapis dan Penutup Geotekstil): Digunakan untuk melapisi atau menutup area penyimpanan limbah, mencegah bocornya bahan berbahaya dan merusak lingkungan sekitarnya.
  • Monitoring Stations (Stasiun Pemantauan): Bangunan untuk mengamati kondisi lingkungan, air tanah, dan kualitas udara di sekitar area limbah tambang.
  • Emergency Response Facilities (Fasilitas Tanggap Darurat): Tempat yang dilengkapi dengan perlengkapan darurat dan tenaga khusus untuk mengatasi kecelakaan atau bencana terkait limbah tambang.
Semua jenis bangunan ini dirancang untuk menjaga limbah tambang agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya dan mencegah dampak negatif terhadap ekosistem dan manusia.

Reklamasi area tambang adalah proses mengembalikan area yang telah digunakan untuk pertambangan kembali menjadi kondisi yang mendekati atau mirip dengan kondisi aslinya sebelum pertambangan dilakukan. Reklamasi bertujuan untuk mengurangi dampak negatif lingkungan dan sosial dari aktivitas pertambangan. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam proses reklamasi area tambang:
  • Penyusunan Rencana Reklamasi: Membuat rencana terperinci untuk reklamasi area tambang, termasuk analisis kondisi tanah, vegetasi, dan lingkungan sekitarnya sebelum pertambangan dimulai.
  • Penghapusan Peralatan dan Infrastruktur: Menghapus semua peralatan pertambangan, instalasi, dan infrastruktur yang tidak lagi diperlukan.
  • Penyimpanan Sementara Limbah: Jika ada limbah tailings atau material berbahaya lainnya, mengolahnya atau menyimpannya dengan aman sebelum dilakukan reklamasi.
  • Pembersihan Area: Membersihkan limbah, tailings, dan material lainnya yang tidak diinginkan dari area pertambangan.
  • Penyusunan Tanah Kembali: Mengembalikan topografi dan susunan tanah yang sesuai dengan kondisi asli sebelum pertambangan. Ini mungkin melibatkan pemindahan tanah atau pembentukan kembali kontur tanah.
  • Revegetasi: Menanam tanaman asli atau tanaman yang cocok dengan lingkungan asli di area yang direklamasi untuk memulihkan ekosistem dan mencegah erosi.
  • Stabilisasi Tanah: Melakukan tindakan seperti penanaman pohon, penutupan permukaan dengan geotextile, atau penggunaan bahan pengikat untuk mencegah erosi dan merusaknya tanah.
  • Pengelolaan Air dan Drainase: Merancang sistem drainase yang baik untuk mengendalikan aliran air dan mencegah genangan air yang berlebihan.
  • Pemantauan dan Pemeliharaan: Melakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan bahwa area yang direklamasi tetap stabil dan sesuai dengan rencana reklamasi. Melakukan perawatan jika diperlukan.
  • Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam proses reklamasi untuk memastikan bahwa hasil reklamasi sesuai dengan kebutuhan lokal dan mendukung kepentingan masyarakat.
Reklamasi area tambang merupakan komitmen jangka panjang dalam mengembalikan lahan bekas pertambangan menjadi kondisi yang lebih baik. Proses ini melibatkan perencanaan yang hati-hati, pelaksanaan yang teliti, dan monitoring yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan reklamasi yang sukses.
Tata kelola lingkungan pertambangan dan area smelter merupakan upaya untuk mengelola dampak lingkungan yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan dan pengolahan mineral. Hal ini melibatkan serangkaian praktik dan langkah-langkah yang dirancang untuk melindungi lingkungan sekitar dan mencegah pencemaran. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam tata kelola lingkungan pertambangan dan area smelter:
  • Perencanaan Lingkungan: Membuat rencana yang komprehensif untuk mengelola dampak lingkungan sebelum memulai aktivitas pertambangan atau pembangunan smelter. Rencana ini harus mencakup strategi untuk mengurangi dampak dan mematuhi regulasi lingkungan.
  • Pemantauan Lingkungan: Melakukan pemantauan yang teratur terhadap kualitas air, tanah, udara, dan biota di sekitar lokasi pertambangan dan smelter. Pemantauan ini penting untuk mendeteksi perubahan atau pencemaran yang terjadi.
  • Pengelolaan Air: Mengelola penggunaan air, limbah cair, dan penanganan air hujan secara bijaksana. Menerapkan sistem pengolahan air limbah sebelum dibuang atau direklamasi.
  • Pengelolaan Limbah: Mengelola limbah padat dan berbahaya dengan aman. Meminimalkan limbah yang dihasilkan, mendaur ulang jika memungkinkan, dan mengurus pembuangan yang aman.
  • Reklamasi dan Restorasi: Merencanakan dan melaksanakan reklamasi area tambang serta restorasi ekosistem asli. Mengembalikan lahan bekas pertambangan kembali ke kondisi yang mendekati atau sama dengan kondisi aslinya.
  • Pencegahan Pencemaran Udara: Mengendalikan emisi berbahaya dari proses pertambangan dan smelter yang dapat mencemari udara. Menerapkan teknologi dan perlindungan yang sesuai.
  • Konservasi Biodiversitas: Memperhatikan perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati di sekitar area pertambangan dan smelter. Melakukan inventarisasi spesies dan memitigasi dampak terhadap habitat alami.
  • Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan terkait lingkungan. Mendengarkan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat lokal.
  • Pengelolaan Energi dan Sumber Daya: Mengoptimalkan penggunaan energi dan sumber daya alam untuk mengurangi jejak lingkungan dan dampak perubahan iklim.
  • Pelaporan dan Transparansi: Memberikan informasi tentang dampak lingkungan dan tindakan yang diambil kepada publik dan pihak berwenang. Transparansi dalam pelaporan menjadi penting dalam menjaga akuntabilitas.
  • Kepatuhan Regulasi: Mematuhi regulasi lingkungan yang berlaku dan berkoordinasi dengan badan pengawas lingkungan setempat.
  • Peningkatan Teknologi: Menggunakan teknologi terbaru dan inovatif yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi dampak pertambangan dan proses pengolahan.
Tata kelola lingkungan yang baik memerlukan komitmen dan kerjasama antara perusahaan pertambangan, pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan. Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan ekonomi dan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Pengolahan limbah adalah proses mengelola limbah agar tidak menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Ada dua pendekatan utama dalam pengolahan limbah, yaitu pencegahan dan pemanfaatan limbah. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai kedua pendekatan ini:
Pencegahan Limbah: Pencegahan limbah, juga dikenal sebagai pendekatan "3R" (Reduce, Reuse, Recycle), bertujuan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan sejak awal. Beberapa strategi pencegahan limbah meliputi:
Pengurangan Limbah: Mengurangi limbah pada sumbernya dengan menghindari penggunaan bahan atau produk yang menghasilkan limbah berlebihan. Misalnya, menggunakan botol air minum berulang kali daripada botol sekali pakai.
Penggunaan Kembali (Reuse): Menggunakan kembali bahan atau produk sebelum mempertimbangkan untuk membuangnya. Contohnya adalah mengisi ulang botol minuman daripada membeli botol baru setiap kali.
Pengolahan Ulang (Recycle): Memilah dan mendaur ulang bahan-bahan yang dapat diubah menjadi produk baru. Ini melibatkan daur ulang kertas, plastik, logam, dan sebagainya.
Pemanfaatan Limbah: Pemanfaatan limbah melibatkan konversi limbah menjadi sumber daya yang berguna atau energi. Beberapa metode pemanfaatan limbah meliputi:
Daur Ulang: Proses mengubah limbah menjadi bahan baku yang dapat digunakan kembali. Ini melibatkan pengumpulan, pemilahan, dan pengolahan limbah menjadi produk baru.
Komposisi: Penguraian bahan organik dari limbah untuk membuat kompos, yang dapat digunakan sebagai pupuk alami untuk pertanian dan kebun.
Pengolahan Energi: Limbah dapat diubah menjadi energi melalui proses seperti pirolisis (pemanasan dalam kondisi tanpa oksigen), pembakaran limbah (dengan pemurnian emisi), atau produksi biogas dari limbah organik.
Pengolahan Air Limbah: Limbah cair dapat diolah melalui berbagai metode seperti pengolahan lumpur aktif, filtrasi, sedimentasi, dan penggunaan tumbuhan air untuk membersihkan air limbah.
Penting untuk diingat bahwa setiap jenis limbah mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda. Pengelolaan limbah yang efektif menggabungkan berbagai strategi pencegahan dan pemanfaatan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat dari limbah yang dihasilkan. Selain itu, edukasi masyarakat tentang pentingnya pengurangan limbah dan partisipasi aktif dalam praktik pencegahan dan pemanfaatan limbah sangat penting untuk mencapai tujuan pengelolaan limbah yang berkelanjutan









MEKANISASI PERALATAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

 
MEKANISASI PERALATAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Lahan Rawa Gambut dan Lahan Mineral

Mekanisasi adalah sebuah proses penggantian dan penggunaan berbagai macam mesin serta beragam sarana teknik yang ditujukan untuk menjadi alat pengganti bagi tenaga manusia maupun. Dalam dunia industri, pengertian mekanisasi produksi adalah penggunaan mesin dan alat berat untuk menghasilkan barang. Pada umumnya proses mekanisasi banyak dilakukan di negara-negara yang sedang berkembang, hal ini ditujukan untuk mendongkrak pembangunan yang sedang berlangsung di negara tersebut, di mana segala aspek yang terkait di dalam pembangunan tersebut akan membutuhkan banyak sekali energi di dalam pelaksanaannya. Di Indonesia sendiri, proses mekanisasi telah dimulai sejak lama dan menjadi kunci penting di dalam perkembangan negara kita menuju sebuah negara maju. Salah satu mekanisasi yang berperan penting di dalam pembangunan di Indonesia adalah mekanisasi pertanian, di mana hal ini membuat kita dapat menjadi sebuah negara agraris. Pengertian mekanisasi pertanian adalah sebuah wujud dari pengaplikasian berbagai macam prinsip ilmu dan teknologi di bidang pertanian yang dilakukan dalam bentuk pengelolaan, pengendalian dan pemrosesan di dalam sektor pertanian itu sendiri.
Di dalam pelaksanaannya, mekanisasi ini akan melibatkan penggunaan berbagai macam mesin secara keseluruhan ataupun sebagian bidang, dengan tujuan menggantikan tenaga manusia dan Mekanisasi di dalam bidang pertanian tidaklah hanya mengacu kepada penggunaan traktor dan berbagai macam alat bermotor lainnya,namun hal ini juga terkait dengan keseluruhan alat yang digunakan untuk membantu dan menunjang terlaksananya berbagai macam kegiatan di dalam pertanian itu sendiri. Tujuan mekanisasi pertanian adalah:
  • Mengelola dan memaksimalkan hasil produksi di dalam sektor pertanian itu sendiri.
  • Mencapai target yang telah dicanangkan di dalam pertanian, hal ini menyangkut hasil panen dan pengendalian hasil setelah panen.
  • Memaksimalkan fungsi lahan pertanian, di mana akan banyak waktu pengelolaan tanah paska panen yang bisa dihemat dan kemudian digunakan sebagai masa tanam produktif pada lahan pertanian.
  • Menghindari terjadinya gagal panen yang diakibatkan oleh kurangnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh sektor pertanian, maka di dalam hal ini penggunaan alat-alat pertanian modern dapat membantu dan mengurangi resiko tersebut.
Mekanisasi yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit pada saat pembukaan lahan, pemeliharaan dan proses produksi dengan menggunakan mesin peralatan dan  alat berat dengan tujuan efisiensi waktu, biaya. Berikut peralatan yang sering dipergunakan di perkebunan kelapa sawit baik untuk kebutuhan industri tanaman kelapa sawit atapun konstruksi sarana dan prasaran infrastruktur penunjang.
Alat Berat penunjang yang umum digunakan di perkebunan kelapa sawit antara lain :
1. Excavator
2. Bulldozer
3. Motor Grader
4. Vibro Compactor
5. Farm Tractor/ Wheel Tractor
6. Mini Tractor
7. Mini Excvator.
8. Crawler Track
 
Di lahan gambut, penggunaan excavator yang sesuai sangat penting untuk menangani tantangan lingkungan yang unik. Berikut adalah beberapa jenis excavator yang umum digunakan khususnya di lahan gambut:
Long Reach Excavator: Excavator ini memiliki lengan yang lebih panjang dari excavator biasa, memungkinkan untuk mencapai area yang sulit diakses di atas permukaan gambut yang lembut.
Amphibious Excavator: Excavator jenis ini dirancang khusus untuk bekerja di lingkungan yang berair atau rawa-rawa, termasuk lahan gambut yang basah. Mereka memiliki pelampung atau trek yang apung untuk menjaga kestabilan saat beroperasi di permukaan yang lunak.
High Reach Demolition Excavator: Meskipun biasanya digunakan untuk pekerjaan pembongkaran, jenis excavator ini juga berguna di lahan gambut karena memungkinkan akses ke area yang tinggi atau sulit dijangkau.
Amphibious Long Reach Excavator: Kombinasi dari long reach dan amphibious excavator, alat ini ideal untuk mengatasi tantangan di lahan gambut yang sulit diakses.
Mini Excavator: Excavator berukuran mini juga bisa digunakan di lahan gambut untuk tugas-tugas yang membutuhkan akurasi dan akses terbatas.
Crawler Excavator: Excavator dengan trek rantai memberikan stabilitas tambahan saat beroperasi di tanah gambut yang lembut.
Pemilihan jenis excavator tergantung pada karakteristik khusus dari lahan gambut yang akan ditangani. Setiap jenis excavator memiliki kelebihan dan fungsi spesifik yang dapat mendukung pekerjaan dengan lebih efisien di lingkungan yang menantang seperti lahan gambut. Pastikan untuk memilih excavator yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lahan gambut yang akan dioperasikan.

Di perkebunan kelapa sawit, alat berat digunakan dalam berbagai kegiatan untuk mendukung pengelolaan, perawatan, dan produksi kelapa sawit. Berikut adalah beberapa kegiatan di perkebunan kelapa sawit yang melibatkan penggunaan alat berat:
Pembukaan Lahan:Alat berat digunakan untuk membersihkan lahan dari vegetasi dan tanah tidak produktif sebelum penanaman kelapa sawit.
Pemeliharaan Tanaman:Penggunaan alat berat dalam pembersihan saluran drainase dan irigasi untuk menjaga ketersediaan air yang baik bagi tanaman.
Perataan tanah untuk mencegah erosi dan menciptakan kondisi optimal bagi pertumbuhan tanaman.
Pemupukan:Traktor dan spreader digunakan untuk menyebarkan pupuk ke seluruh perkebunan secara merata.
Penanaman dan Replanting:Alat berat membantu dalam pembongkaran tanaman lama dan persiapan tanah untuk penanaman ulang kelapa sawit.
Pengendalian Hama dan Penyakit:Alat berat digunakan untuk mengatur dan membersihkan lahan dari tanaman yang terinfeksi penyakit atau hama.
Irigasi dan Drainase:Penggunaan alat berat dalam pembuatan dan perbaikan saluran irigasi serta drainase untuk menjaga kelembaban tanah.
Panen:Harvester atau pemanen kelapa sawit digunakan untuk memanen buah kelapa sawit secara efisien.
Transportasi:Truk dan alat berat lainnya digunakan untuk mengangkut hasil panen ke pabrik pengolahan kelapa sawit.
Infrastruktur:Alat berat digunakan untuk membangun dan memelihara infrastruktur di perkebunan seperti jalan, jembatan, dan bangunan lainnya.
Pengelolaan Air:Alat berat digunakan dalam pembuatan dan pemeliharaan saluran drainase dan pengelolaan air di lahan gambut.
Pengolahan Limbah:Alat berat digunakan dalam pengolahan limbah kelapa sawit seperti puing-puing dan bahan organik lainnya.
Setiap kegiatan ini memerlukan jenis alat berat yang sesuai dengan tugasnya. Penggunaan alat berat yang tepat akan membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas di perkebunan kelapa sawit.
 
 
 
 

 

 

Sunday, 6 August 2023

ASISTEN WORKSHOP / TRAKSI

Asisten workshop / traksi di perkebunan sawit adalah posisi yang bertanggung jawab untuk membantu mekanik dalam melakukan perbaikan dan pemeliharaan alat berat serta bertanggung jawab untuk memastikan bahwa alat berat  yang digunakan untuk dalam pemeliharaan kebun  dan penunjang sarana produksi yang digunakan di perkebunan.
Ada beberapa tips untuk menjadi asisten workshop yang sukses:
  • Memiliki pengetahuan dasar yang baik tentang mesin dan peralatan. Asisten workshop harus memiliki pengetahuan yang baik tentang mesin dan peralatan yang digunakan di bengkel. Ini termasuk pengetahuan tentang cara kerja mesin, cara menggunakannya, dan cara memperbaikinya.
  • Pengetahuan sistem peralatan dan mekanisme kerja bengkel. Asisten workshop/traksi mengatur pengadaan pemeliharaan dan mekanisme penggunaan peralatan kerja bengkel.
  • Dapat bekerja dengan aman dan efisien di lingkungan . Bengkel dan lingkungan pekerjaan adalah lingkungan yang banyak resiko kecelakaan kerja. Asisten workshop/ traksi mengatur manajemen peralatan produksi dengan aman, mengikuti prosedur keselamatan, dan bekerja dengan hati-hati.
  • Memiliki sikap kerja yang positif dan disiplin. Asisten workshop/traksi  harus memiliki sikap kerja yang positif dan disiplin. Bekerja dengan baik sebagai bagian dari tim yang menunjang pelaksanaan kegiatan produksi perkebunan, 
  • Mampu menyusun jadwal perencanaan pemeliharaan dan pengoperasian unit peralatan produksi.  
  • Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Asisten workshop/traksi  harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan mekanik, operator, dan pengguna alat produksi. 

    Langkah-langkah dan tindakan yang diperlukan dengan baik untuk meningkatkan produktivitas transportasi dan alat berat :

    1. Mengawasi Unit RKB & RKH Pengangkutan Buah/TBS dan Alat Berat:Memantau jadwal dan rute pengiriman barang: Pantau jadwal pengiriman dan pastikan unit berangkat sesuai waktu untuk menghindari keterlambatan.
    Mengidentifikasi potensi masalah dan mengambil tindakan: Pantau unit secara rutin untuk mengenali masalah seperti kerusakan atau perawatan yang dibutuhkan.
    Memastikan kondisi baik: Pastikan unit dalam kondisi yang baik dengan menjalankan perawatan teratur dan perbaikan yang diperlukan.
    Melatih operator: Sediakan pelatihan kepada operator untuk memastikan mereka memahami cara menggunakan unit secara aman dan efisien.
    2. Membuat Rencana Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas Transportasi & Alat Berat:Tetapkan tujuan: Tentukan tujuan yang ingin dicapai, seperti peningkatan efisiensi pengiriman atau pengurangan waktu henti alat berat.
    Rencanakan kegiatan: Tentukan langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mencapai tujuan tersebut.
    Alokasikan sumber daya: Pastikan Anda memiliki sumber daya yang cukup, termasuk anggaran dan personel, untuk melaksanakan rencana kerja.
    Tetapkan timeline: Tetapkan jangka waktu pelaksanaan setiap langkah dalam rencana kerja.
    Cara mengukur keberhasilan: Tetapkan indikator kinerja yang jelas untuk mengukur kesuksesan rencana kerja.
    3. Membuat Laporan Kegiatan Operasional:Laporan harian: Catat aktivitas, pengiriman, perawatan, dan masalah yang terjadi setiap harinya.
    Laporan bulanan/triwulanan: Berikan ikhtisar aktivitas selama periode tersebut, termasuk tren dan perubahan yang terjadi.
    Laporan tahunan: Evaluasi keseluruhan kinerja selama satu tahun, termasuk pencapaian tujuan dan perbaikan yang diterapkan.
    4. Membuat Kebutuhan Material/Suku Cadang:Jenis material/suku cadang: Identifikasi suku cadang yang paling sering diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan.
    Jumlah dan frekuensi: Tentukan berapa banyak suku cadang yang dibutuhkan dan seberapa sering perlu diganti.
    Pengadaan: Buat perencanaan pengadaan suku cadang agar Anda tidak kekurangan persediaan saat diperlukan.
    5. Analisis Ketersediaan Unit:Jumlah unit: Hitung berapa banyak unit yang Anda miliki dan pastikan mereka siap digunakan.
    Waktu tidak beroperasi: Pantau waktu di mana unit tidak beroperasi dan identifikasi penyebabnya.
    6. Analisis Hasil Pengangkutan & Hasil Kerja Alat Berat:Varians antara anggaran dan realisasi: Bandingkan anggaran dengan kinerja sebenarnya dan identifikasi penyimpangan. Ini membantu dalam mengidentifikasi area yang perlu perbaikan.
    7. Peningkatan Produktivitas Unit Transportasi & Alat Berat:Melakukan perawatan rutin: Lakukan pemeliharaan rutin untuk mencegah kerusakan yang dapat menghentikan operasi.
    Menggunakan unit secara efisien: Optimalkan penggunaan setiap unit untuk memaksimalkan produktivitas.
    Menghindari kecelakaan: Implementasikan praktik keselamatan yang ketat untuk menghindari kecelakaan yang menghentikan operasi.
    Pelatihan operator: Tingkatkan keterampilan operator untuk meningkatkan efisiensi dan keselamatan.
    8. Efisiensi Biaya Unit Transportasi & Pemeliharaan Alat Berat:Pembelian yang tepat: Beli unit yang sesuai dengan kebutuhan operasional untuk menghindari pemborosan.
    Melakukan perawatan rutin: Pemeliharaan preventif dapat mencegah kerusakan besar dan biaya tak terduga.
    Penggunaan yang efisien: Pastikan setiap penggunaan unit adalah untuk tujuan yang produktif dan efisien.
    Pelatihan operator: Operator yang terlatih dapat menghindari kerusakan yang disebabkan oleh penggunaan yang salah.
    Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan menerapkan praktik terbaik, Anda akan dapat meningkatkan produktivitas transportasi dan alat berat secara signifikan. Ingatlah untuk selalu melakukan evaluasi berkala dan penyesuaian agar tetap berada di jalur yang benar menuju efisiensi dan keberhasilan.

Hal-hal yang menjadi perhatian :
1. Analisis Biaya:Lakukan analisis biaya untuk setiap tahap operasional, termasuk pengangkutan dan pemeliharaan alat berat.
Identifikasi biaya utama seperti bahan bakar, suku cadang, biaya operasional, dan biaya tenaga kerja.
Analisis biaya membantu Anda mengidentifikasi area di mana penghematan dapat dicapai.
2. Efisiensi Unit/Alat Berat:Pantau konsumsi bahan bakar, kinerja operasional, dan pemeliharaan untuk mengukur efisiensi setiap unit.
Bandingkan efisiensi unit berbeda untuk mengidentifikasi yang paling produktif dan hemat biaya.
Lakukan penilaian rutin tentang bagaimana meningkatkan efisiensi dalam penggunaan alat berat.
3. Menyusun dan Menganalisa RKT, RKB & RKH Unit Pengangkutan Buah/TBS dan Alat Berat pemeliharan infrastruktur pendukung kegiatan produksi :RKT (Rencana Kebutuhan Transportasi), RKB (Rencana Kebutuhan Bahan), dan RKH (Rencana Kebutuhan Harian) adalah rencana yang merinci kebutuhan operasional harian dan jangka panjang.
Rencana ini termasuk jadwal pengangkutan, kebutuhan material, dan tindakan operasional yang diperlukan untuk mencapai tujuan produktivitas.
4. Membuat Laporan Kegiatan Operasional:Laporan harian, mingguan, bulanan/triwulan, tahunan harus mencakup segala aspek operasional seperti pengiriman, perawatan, kinerja alat berat, dan penggunaan material.
Laporan ini memberikan pandangan menyeluruh tentang bagaimana operasi berjalan dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik.
5. Membuat Kebutuhan Material/Sparepart:Identifikasi suku cadang dan sparepart yang dibutuhkan untuk perawatan dan perbaikan unit.
Buat perencanaan untuk pengadaan material secara tepat waktu agar tidak terjadi henti operasi yang tidak diinginkan.
6. Analisis Terhadap Availability Unit:Tinjau berapa banyak waktu unit tidak beroperasi dan identifikasi penyebabnya.
Analisis ini membantu Anda mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat produktivitas dan mencari solusi untuk mengurangi waktu henti.
7. Analisis Hasil Pengangkutan & Hasil Kerja Alat Berat (Budget vs Realisasi & Variance):Bandingkan anggaran yang direncanakan dengan kinerja sebenarnya untuk mengidentifikasi penyimpangan.
Analisis ini membantu Anda memahami di mana dan mengapa selisih terjadi, sehingga Anda dapat mengambil tindakan korektif.
8. Meningkatkan Produktivitas Unit Pengangkutan & Alat Berat:Dengan cara memaksimalkan produktivitas penggunaan alat berat sesuai dengan jadwal dan rencana yang telah ditentukan dengan jam operasi peralatan untuk kebutuhan kegiatan produksi.
Tinjau ulang data analisis untuk mengidentifikasi tren dan peluang peningkatan.
9. Efisiensi Biaya Perawatan Unit Transportasi & Alat Berat:Analisis biaya perawatan dan pemeliharaan untuk mengidentifikasi peluang penghematan.
Evaluasi pilihan perawatan preventif dan perbaikan reaktif untuk meminimalkan biaya.
Dengan menjalankan langkah-langkah ini secara cermat dan terus menerapkan evaluasi berkelanjutan, Anda dapat mengoptimalkan operasi transportasi dan alat berat Anda, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya.

Dalam peran sebagai seorang "Assistant Teknik/Workshop/Traksi" yang bertanggung jawab atas kelancaran operasional transportasi dan perawatan kendaraan serta alat berat di wilayah perkebunan, Anda memiliki peran kunci dalam menjaga agar operasi berjalan lancar dan efisien. Berikut adalah beberapa tugas dan tanggung jawab yang mungkin Anda jalankan:
  • Perencanaan Operasional:
  • Mengatur dan mengawasi jadwal operasional transportasi dan penggunaan alat berat.
  • Merencanakan rute pengiriman dan pergerakan alat berat yang efisien.
  • Pemeliharaan Kendaraan dan Alat Berat:
  • Mengorganisir perawatan rutin dan pemeliharaan preventif untuk kendaraan dan alat berat.
  • Mengidentifikasi kerusakan dan masalah teknis serta mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
  • Ketersediaan Suku Cadang:Memastikan tersedianya suku cadang yang diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan.
  • Mengelola stok suku cadang agar tidak ada kekurangan yang dapat mengganggu operasi.
  • Pengawasan Tim:
  • Mengoordinasikan tim teknisi dan operator transportasi untuk memastikan kegiatan operasional berjalan sesuai rencana.
  • Memberikan arahan kepada tim dalam menjalankan tugas-tugas harian.
  • Analisis dan Pelaporan:
  • Menganalisis data operasional, termasuk hasil pengangkutan, efisiensi penggunaan alat berat, dan kinerja keseluruhan.
  • Menyiapkan laporan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan tentang operasi dan pemeliharaan.
  • Efisiensi dan Peningkatan:Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan efisiensi operasional dan produktivitas.
  • Mengajukan rekomendasi perbaikan dan pengoptimalan proses.
  • Keselamatan dan Kepatuhan:
  • Memastikan bahwa semua operasi dilakukan sesuai dengan pedoman keselamatan dan peraturan yang berlaku.
  • Mengawasi pelatihan operator dan teknisi terkait keselamatan dan tata cara penggunaan alat.
  • Koordinasi dengan Pihak Terkait:
  • Berkomunikasi dengan manajemen perkebunan, pemasok suku cadang, dan pihak terkait lainnya untuk memastikan kelancaran operasional.
  • Pengendalian Biaya:
  • Mengelola anggaran operasional, termasuk biaya perawatan dan penggunaan bahan bakar.
  • Mencari cara untuk mengurangi biaya operasional tanpa mengorbankan kualitas.
  • Inovasi dan Perbaikan Berkelanjutan:Terus mencari peluang inovasi dalam penggunaan teknologi dan praktik terbaik untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Dengan menjalankan tanggung jawab ini dengan cermat dan proaktif, Anda dapat berkontribusi secara signifikan terhadap kesuksesan operasional transportasi dan perawatan alat berat di wilayah perkebunan.
Sebagai fungsi peran seorang "Maintenance Trainer " khusus untuk alat berat, Anda memiliki peran yang sangat penting dalam melatih, mengawasi, dan memastikan efektivitas tim pemeliharaan alat berat. Berikut adalah beberapa tanggung jawab dan tugas yang mungkin Anda lakukan:
Pelatihan dan Pengembangan:Merancang dan memberikan program pelatihan teknis kepada teknisi pemeliharaan baru maupun yang sudah ada.
Memastikan bahwa para teknisi memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pemeliharaan yang efisien dan akurat.
Koordinasi Pemeliharaan:Mengawasi dan mengarahkan tim teknisi dalam menjalankan pemeliharaan rutin, perbaikan, dan inspeksi alat berat.
Memastikan pemeliharaan sesuai dengan pedoman produsen dan standar keselamatan.
Perencanaan dan Penjadwalan:Merencanakan jadwal pemeliharaan dan perbaikan sesuai dengan prioritas dan ketersediaan alat.
Mengatur alokasi sumber daya untuk memastikan pemeliharaan dapat dilakukan secara efisien.
Pengawasan:Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan, memastikan pekerjaan dilakukan dengan benar dan dalam waktu yang ditentukan.
Memberikan arahan teknis kepada teknisi jika diperlukan.
Analisis dan Pemecahan Masalah:Menganalisis kerusakan dan masalah yang terjadi pada alat berat, serta merumuskan solusi yang efektif.
Mendukung teknisi dalam menemukan akar penyebab masalah dan mengambil tindakan perbaikan yang tepat.
Kualitas dan Keselamatan:Memastikan bahwa semua pekerjaan pemeliharaan dilakukan sesuai dengan standar kualitas dan prosedur keselamatan.
Menerapkan praktik keselamatan dalam setiap tahap pemeliharaan.
Pelaporan dan Dokumentasi:Membuat laporan pemeliharaan, termasuk detail pekerjaan yang dilakukan, suku cadang yang digunakan, dan waktu yang dihabiskan.
Menjaga catatan pemeliharaan yang akurat untuk setiap alat berat.
Pengadaan Suku Cadang:Berkoordinasi dengan bagian pengadaan untuk memastikan tersedianya suku cadang yang diperlukan untuk pemeliharaan.
Memantau stok suku cadang dan mengambil langkah-langkah jika ada kekurangan.
Pelatihan Lanjutan:Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan lanjutan untuk tim teknisi dan merancang program pelatihan sesuai.
Komitmen pada Peningkatan:Terus mencari cara untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja tim pemeliharaan.
Melibatkan diri dalam inisiatif perbaikan berkelanjutan.
Dalam peran sebagai fungsi peran Maintenance Trainer, Anda berperan penting dalam menjaga alat berat tetap beroperasi secara optimal melalui pelatihan, pengawasan, dan koordinasi pemeliharaan yang efisien.

Friday, 4 August 2023

BESI BETON



Besi beton ialah besi yang digunakan guna penulangan konstruksi beton. Sebutan yang juga populer ialah beton bertulang. Besi beton tulangan pada prinsipnya mempunyai dua bentuk yaitu beton ulir dan besi beton polos. Masing-masing juga disebut dengan plain bar dan deformed bar.Besi beton yang polos mempunyai penampang bundar dengan permukaan yang lumayan licin maupun tidak bersirip sedangkan besi beton ulir mempunyai bentuk permukaan berupa sirip melintang maupun rusuk memanjang dengan pola tertentu.
Material Besi Beton mengandung komposisi kimia mulai dari Carbon, Shulpur, Phosphorus dan biji besi. Kekerasan material ini sangat tinggi, sehingga kekuatan tariknya juga tinggi. Oleh karena itu besi beton sering digunakan sebagai tulang dalam membuat dinding cor.

 Sejarah Besi Beton

Perlu diketahui bahwa penggunaan beton pertama kalinya dilakukan oleh warga Perancis bernama Joseph Mounir dan Joseph Lambut. Hal ini terjadi pada tahun 1850. Saat itu keduanya tengah membuat perahu dan beton yang diberi tulang terbuat dari kawat besi disusun secara paralel. Berkat karyanya itu, Joseph Lambot dan Joseph Moenir dinyatakan sebagai penemu dari adanya konsep beton bertulang.

Pada Tahun 1867 Joseph Munir berhasil mendapatkan hak paten dari karya yang dibuatnya yakni sebuah kolam penyimpanan air yang bahannya terbuat dari beton dan diberi tulang konstruksi anyaman tulang. Besi penggunaan beton ini bisa membentuk konstruksi lebih ringan tetapi bagian betonnya mempunyai kekuatan yang maksimal. Sejak saat itu pula, Josep Munir juga mendapatkan hak paten konstruksi besi beton bertulang pada bangunan sungai besar seperti bendungan jembatan dan lain-lain. Pada tahun 1875, William E. Ward, seorang warga dari Inggris membuat bangunan menggunakan konstruksi tulang beton untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Tetapi dia menyatakan bahwa ide tersebut berasal dari buruh yang ada di Inggris. Dua tahun berikutnya yakni tahun 1877, Thaddeus Hyatt yang berasal dari Amerika berhasil membuat sebuah analisa tentang ketahanan beton terhadap panasnya api. William E. Ward bukan warga Amerika yang membuat bangunan menggunakan konstruksi beton karena di tahun 1870 Seorang warga San Francisco bernama E.L Ransome sudah berhasil menemukan besi beton bertulang yang bentuknya ulir. Tetapi penemuan E.L Ransom baru bisa mendapatkan hak paten sesudah 14 tahun kemudian yakni pada tahun 1884.

Keunggulan Besi Beton :

Terdapat beberapa keunggulan menggunakan besi beton yakni sebagai berikut:
Membantu memberikan Pondasi yang kuat terhadap suatu bangunan agar bisa tegak sesuai dengan konstruksi yang telah dirancang.
Bisa bertahan dalam temperatur yang tinggi sehingga akan cocok digunakan untuk bangunan bertingkat atau high rised building.
Sesudah menjadi bangunan dari segi biaya perawatan bisa dikatakan cukup rendah sehingga sangat efisien untuk dipilih.
Mempunyai kekuatan struktur yang tinggi sehingga sesudah selesai pembangunannya akan sangat sulit untuk dihancurkan kembali.

Jenis Jenis Besi Beton :
1. Besi beton polos.

Besi beton ini mempunyai permukaan yang mulus dan licin. Dari segi penampungannya pun berbentuk bundar mulus. Besi beton memiliki daya ikat dengan coran beton. Besi beton yang polos lebih mudah ditemukan dan dijual eceran. Besi beton yang polos sifatnya lentur dan cukup mudah untuk dibengkokkan serta mempunyai ketahanan tekan minimal 240 Mpa. Secara harga juga lebih murah jika dibandingkan dengan besi beton ulir. Besi beton polos pada umumnya digunakan mengikat beberapa Batang besi beton ulir di dalam 1 konstruksi beton.

2. Beton ulir atau deformed bar.
Besi beton ulir mempunyai tonjolan yang mirip dengan sirip di sepanjang permukaannya sehingga mempunyai daya ikat yang tinggi. Dengan coran beton bentuk dari sistem ini memang berbeda di tiap produsennya dan ini hanya dijual dalam volume yang besar oleh kontraktor maupun distributor. Besi beton ulir sifatnya kurang lentur dan sungai untuk dibengkokkan sehingga pemasangannya pun cukup sulit daya tahan minimal dari besi beton ini ialah 400 Mpa.


Fungsi Besi Beton :

Untuk Konstruksi Gedung ; secara umum besi beton digunakan sebagai rangka utama untuk menyusun struktur bangunan baik itu bangunan yang sederhana maupun yang bertingkat-tingkat. Jelas sekali besi beton untuk menahan dan menarik sekaligus sebagai tulang-tulang dalam proses pembangunan sebuah gedung. Harga besi beton yang cenderung ekonomis dan mudah didapatkan juga menjadi faktor mengapa besi ini sering digunakan.


Besi beton akan dimasukkan juga ke dalam besi begel dengan kawat bendrat. Ini untuk mengikat dan memperkuat tulang-tulang bangunan. Pembangunan jembatan, terowongan besar, viaduct dan drainase; produksi gedung buat sebutan juga bisa digunakan untuk membangun jembatan maupun terowongan. Fungsi jembatan untuk menghubungkan dua area yang berbeda membuatnya harus dibangun dengan struktur yang kuat dan kemampuan yang besar agar bisa dilewati dengan aman.

Terkait keperluan ini, besi beton ulir mempunyai nilai lebih baik jika dibandingkan dengan besi beton polos. Ulir dalam besi beton ulir akan menciptakan ikatan atau bounding yang lebih kuat antar tulangannya. Corak ulir inilah yang akan berguna untuk memperkuat daya ikat. Sehingga gerakan dari batang terhadap beton tidak akan goyang.
Standar Besi Beton.

Pada umumnya besi beton mempunyai standar panjang yakni 12 m. Guna membangun gedung-gedung maupun perumahan, ukuran besi beton yang umum digunakan berkisar pada ukuran 12, 10, 8 hingga 6. Walaupun ukuran standar besi beton sudah ditentukan, namun masih banyak ditemukan besi beton yang tidak sesuai dengan standar SNI di pasaran. Dari segi ukuran, besi beton yang tidak berstandar ini akan menyalahi ukuran yang sudah ditetapkan oleh SNI.

Harga besi beton yang tidak berstandar SNI memang lebih murah jika dibandingkan dengan besi beton yang berstandar SNI. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa penggunaan besi beton yang tidak berstandar SNI perlu dicermati lebih lanjut sebab akan mempengaruhi dari segi kualitas konstruksi bangunan yang akan dihasilkan. Besi beton yang mempunyai sertifikat SNI tentu mempunyai toleransi ukuran mulai dari 0,1 hingga 0,5 mm. Memilih besi beton berkualitas sesungguhnya bukanlah hal sulit untuk dilakukan apabila lebih teliti dan seksama dalam melakukannya.


Besi Ton Polos

Sesuai dengan namanya, besi ton polos memiliki bentuk yang polos, licin, dan mulus. Pada beton polos, tidak boleh terdapat lubang sirip atau yang sering disebut sebagai cacat kuping. Pada umumnya, beton cacat ini merupakan beton reject yang mengalami gagal produksi saat peleburan atau pencetakan. Beberapa beton reject terkadang ada yang didaur ulang kembali dengan penambahan lapisan atau volume. Namun, biasanya beton yang didaur ulang akan mengalami cacat kuping. Pasalnya, pembuatan beton tidak boleh ditambal melainkan harus mengalami proses peleburan dan pencetakan dari awal.
Besi Ton Ulir

Jenis yang kedua merupakan besi ton ulir, yaitu beton yang terdapat sirip. Ukuran sirip pada beton ulir yang baik haruslah teratur dan sama. Jika ada rusuk, panjangnya harus sejajar dan sama di kedua sisi. Sirip melintang pada beton ulir paling tidak harus memiliki sudut 45 derajat.

Jika dibandingkan dari kedua jenis beton tersebut, beton ulir umumnya lebih kuat dari beton polos. Hal ini karena beton ulir mempunyai ketahanan tekan sekitar 400 Mpa untuk minimumnya. Sedangkan, beton polos hanya memiliki 240 Mpa. Itulah mengapa beton ulir umumnya dijual lebih tinggi dibandingkan dengan beton polos biasa.

Namun, kebanyakan konstruksi umumnya lebih suka dengan penggunaan beton polos. Selain lebih murah, beton polos juga memiliki teknik pemasangan yang lebih mudah. Beton ulir biasanya akan lebih sulit dipasang, dipotong, dan dibengkokkan. Itulah mengapa beton ukir lebih direkomendasikan untuk tulangan memanjang atau longitudinal.
Tips Membeli Besi Ton Tanpa Cacat

Melihat pentingnya beton dalam konstruksi bangunan, sangat penting bagi kita untuk memastikan bahwa beton tidak cacat sebelum membeli. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan guna menghindari pembelian beton yang palsu atau cacat, berikut tipsnya.
1. Pilih Merek Berkualitas

Memilih beton berdasarkan merek ternyata juga tidak ada salahnya. Merek beton yang paling terkenal akan kualitas bagusnya adalah Krakatau Steel, Master Steel, dan Cakratunggal Steel. Ketiganya sering sekali digunakan dalam proyek pembangunan di Indonesia. Merek beton biasanya dapat dilihat pada permukaan beton.
2. Harga Pasaran

Sebelum membeli beton, sebaiknya carilah dulu berapa harga pasaran beton di Indonesia. Jika beton yang dijual jauh lebih rendah dari harga pasaran, Anda harus waspada. Bisa saja beton tersebut palsu atau cacat. Namun, pada dasarnya kita tentu ingin membeli beton yang ekonomis. Di Indonesia, Harga besi ton di Palembang bisa dibilang cukup terjangkau dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya.
3. Dimensi

Dimensi juga menjadi poin terpenting yang harus dicek. Pastikan beton yang dibeli memiliki dimensi sesuai dengan kaidah SNI. Memang pada umumnya tidak ada beton yang diproduksi 100% sempurna. Pasti ada beberapa kekurangan. Namun, pastikan nilai toleransinya sesuai dengan SNI.

Membeli beton berkualitas memang bisa dibilang sulit. Selama 20 tahun lebih, Toko Besi Awi telah dipercaya sebagai salah satu distributor besi terbaik di Palembang. Toko Besi Awi telah berpartisipasi dalam berbagai proyek pembangunan baik di Palembang maupun daerah lainnya. Harga besi ton di Palembang yang kami tawarkan pun sangat terjangkau. Hal ini karena kami telah bekerja sama langsung dengan para produsen besi berkualitas

Di pasaran di kenal 3 jenis besi beton yaitu besi beton SNI, Besi beton Banci dan besi beton gemuk. Ok kita mulai dari yang pertama…

Besi Beton SNI/Full

Besi SNI atau besi full memiliki ukuran yang sesuai dengan ukuran besi yang terstandarisari di Indonesia  (Standar Nasional Indonesia). Besi full memiliki ukuran standar diameter yang sudah di tentukan sesuai standar SNI.

Untuk besi beton ukruan 12 meter memiliki ukuran diameter 10 mm saat di ukur juga diamternya 10 mm. Demikian juga dengan besi 12 meter memiliki ukuran 12 maka diameternya juga 12 mm. Angka toleransi SNI adalah 0.01 hingga 0.02 mm.

Besi Beton Banci

Besi beton banci memiliki ukuran diameter yang kurang dari ukuran seharusnya. Ternyata ada saja pabrikan yang memproduksi besi beton tidak sesuai aturan. Contoh besi 12 ternyata ukurannya hanya 11,1 mm, besi 10 tenryata diamternya hanya 9 mm.

Diameter besi beton yang kurang dari ukuran yang seharusnya inilah yang sebut besi beton banci.

Perlu diperhatikan bahwa besi banci memiliki kekuatan dan kualitas  yang lebih rendah dari besi beton SNI. Sebab ukuran tidak semestinya.

Besi Beton Gemuk

Besi beton gemuk memiliki ukuran di atas standar yang ditentukan. Misal besi 10 memiliki diameter 10.2 mm, atau besi 12 memiliki ukuran diameter 12,2 mm dan lainnya.

Nah itulah 3 macam jenis besi beton. Bagaiaman dengan ukurannya?

Selanjutnya kita menuju ke ukuran diameter besi beton yang dijual di  Indonesia.

Di Indonesia ada 2 jenis besi beton yaitu besi ulir dan besi polos. Ukuran yang tersedia untuk masing-masih besi beton bisa di lihat pada tabel di bawah ini.

Besi Beton Ulir

Besi beton ulir memiliki bentuk penampang berulir. Biasanya memiliki kekuatanya yang lebih baik dan tampang yang lebih besar.

Berikut ukuran dan berat besi beton ulir

Ukuran Besi Beton Ulir

DiameterPanjangBerat/MeterBerat/Batang
10 mm12 m0,62 kg7,40 kg
13 mm12 m1,04 kg12,50 kg
19 mm12 m2,23 kg26,80 kg
22 mm12 m2,98 kg35,80 kg
25 mm12 m3,85 kg46,20 kg
29 mm12 m5,04 kg60,50 kg
32 mm12 m6,31 kg75,77 kg
35 mm12 m7,51 kg90,10 kg
38 mm12 m8,92 kg107,00 kg
41 mm12 m10,50 kg126,00 kg

 

Besi Beton Polos

Besi beton polos memiliki penampang polos tidak ada ulirrnya.  Bentuknya polos dari ujung ke ujung.

Ukuran Besi Beton Polos

DiameterPanjangBerat/MeterBerat/Batang
4 mm12 m0,09 kg1,00 kg
6 mm12 m0,22 kg2,66 kg
8 mm12 m0,39 kg4,74 kg
9 mm12 m0,50 kg6,00 kg
10 mm12 m0,62 kg7,40 kg
11 mm12 m0,75 kg9,00 kg
12 mm12 m0,89 kg10,70 kg
13 mm12 m1,04 kg12,50 kg
15 mm12 m1,21 kg14,50 kg
16 mm12 m1,58 kg19,00 kg
19 mm12 m2,22 kg26,80 kg
22 mm12 m2,98 kg35,80 kg
23 mm12 m3,26 kg39,10 kg
24 mm12 m3,55 kg42,62 kg
25 mm12 m3,85 kg46,20 kg
28 mm12 m4,83 kg58,00 kg
31 mm12 m5,93 kg71,10 kg
32 mm12 m6,31 kg75,72 kg

Apa itu Besi Beton SNI?

Badan Standarisasi Nasional (BSN) merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam pembuatan standarisasi, termasuk standarisasi baja tulangan beton. Sebelumnya, standar besi beton untuk industri baja Indonesia berlaku dalam SII 138-1984 yang mengatur perihal Mutu dan Cara Uji Baja Tulangan Beton. Setelahnya terdapat beberapa poin revisi dan diubah menjadi SNI 07-2052-2002 mengenai Baja Tulangan Beton yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional pada tahun 2002. Standarisasi ini merujuk pada referensi yang diambil dari besi baja berstandar Jepang atau JIS (Japanese Industrial Standars).

Baja tulangan beton bisa dikatakan memenuhi kualitas SNI apabila mampu memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan BSN; atau paling tidak memenuhi toleransi yang sudah diberlakukan. Revisi-revisi dalam poin standarisasi juga sebenarnya diupayakan untuk memperkecil adanya produk baja tulangan yang tidak sesuai standar atau sering disebut dengan julukan beton banci.

Kriteria Besi Beton SNI berdasarkan BSN

BSN sesungguhnya sudah sangat detail menentukan kriteria-kriteria beserta definsi dari istilah-istilah yang digunakan. Dalam hal ini, BSN mengatur beberapa hal dan menjelaskan beberapa istilah mengenai fisik besi ini, diantaranya adalah sebagai berikut.

Ukuran Nominal, merupakan ukuran sesuai yang ditetapkan

Toleransi, merupakan besarnya penyimpangan yang diizinkan dari ukuran nominal

Diameter Dalam, merupakan ukuran diameter tanpa sirip pada baja tulangan beton sirip

Sirip Melintang, merupakan setiap sirip yang terdapat pada permukaan batang baja tulangan beton yang melintang terhadap sudut batang baja tulangan beton

Berdasarkan sifat tampaknya, besi in tidak boleh mengandung serpihan, lipatan, retakan, gelombang, cerna (luka pada permukaan akibat proses canai) yang dalam dan hanya diperkenankan berkarat ringan pada permukaan. Berdasarkan bentuknya, beton polos memiliki permukaan baja tulangan yang rata dan tidak bersirip. Sedangkan spesifikasi beton ulir atau beton bersirip sedikit lebih rumit. Permukaan beton ulir harus memiliki sirip yang teratur dengan arah melintang sumbu batang; sedangkan rusuknya memanjang searah dan sejajar dengan sumbu batang. Sirip-sirip tersebut harus terletak pada jarak yang teratur serta memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Sirip melintang tidak diperbolehkan membentuk sudut kurang dari 45° terhadap sumbu batang. Apabila membentuk sudut antara 45° sampai 70°, arah sirip melintang pada satu sisi atau kedua sisi dibuat berlawanan. Sedangkan, bila sudutnya diatas 70°, arah yang berlawanan tidak diperlukan.

Ukuran Diameter Besi Beton dan Toleransinya

Ukuran diameter adalah salah satu hal yang paling diperhitungkan jika membicarakan beton berstandar SNI. Meski begitu, bukan berarti ukuran diameternya dapat diamati dengan mudah. Pengukuran besi didasarkan pada satuan milimeter, sehingga untuk menghitung toleransi ukurannya, maka harus menggunakan jangka sorong agar mendapatkan tingkat akurasi dan presisi yang sangat baik. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat besar toleransi pada setiap ukuran diameter baja tulangan.

Tabel Ukuran Toleransi Besi Beton
Tabel Ukuran Toleransi Besi Beton

Sudah tau cara bacanya belum? Hehehehe~

Toleransi ukuran dalam hal ini diartikan sebagai penyimpangan ukuran yang masih dalam batas wajar, baik lebih dari maupun kurang dari. Contohnya, dalam tabel tersebut disebutkan bahwa toleransi dari beton polos berdiameter 6 mm adalah ±0.3 mm. Hal itu berarti bahwa beton polos berdiameter 6 mm seminim-minimnya harus memiliki lebar diameter terukur (real) sebesar 5.7 mm. Contoh lainnya adalah beton polos berdiameter 10 mm dengan toleransi ukuran ±0.4 mm. Berarti ukuran real paling minimum yang harus dimiliki oleh beton polos D10 adalah 9.6 mm, jika ingin dikategorikan sebagai beton SNI.

Lalu bagaimana dengan toleransi besi beton ulir?

Nilai toleransi ukuran pada beton polos dan beton ulir sebenarnya sama. Hanya saja, pada beton ulir diameter diukur bukan dari ujung sirip ke ujung sirip yang memanjang, namun berdasarkan diameter dalam besi beton. Nah, sudah paham?

Beton banci yang beredar dipasaran biasanya mengurangi ukuran diameternya dengan cukup signifikan, sekitar ±0.8 mm. Memang terlihat tidak begitu banyak, mengingat ukurannya dalam satuan milimeter. Namun, selisih ini sesungguhnya sangat berpengaruh pada kualitas bangunan dan keamanannya.

Ukuran Panjang Besi Beton

Menurut SNI 07-2050-2002, panjang baja tulangan beton ditetapkan hanya sebesar 6 m, 9 m, dan 12 m. Hal ini merevisi pernyataan pada SII 0136-84 yang menyatakan bahwa baja tulangan beton juga memiliki ukuran 3 m. Toleransi panjang baja tulangan beton ditetapkan minus 0 mm (-0 mm) plus 70 mm (+ 70 mm). Dengan kata lain, toleransi ukuran panjang besi beton tidak boleh melebihi 7 cm. Sehingga jika besi ini memiliki panjang 12 meter, maka minimum panjang besi beton tersebut haruslah 11.93 meter untuk bisa dikategorikan sebagai besi SNI.

Beton banci yang beredar dipasaran biasanya mereduksi ukuran panjang dan diameternya. Jika biasanya panjang baja tulangan beton adalah 12 meter, maka mereka bisa mereduksinya hingga 11.5 meter atau malah kurang dari itu.

Tingkat Kekuatan Baja Tulangan Beton

Kekuatan besi beton ditentukan oleh sifat mekanisnya. Sifat mekanisnya terdiri dari sifat jangka pendek dan sifat jangka panjang. Sifat jangka pendek sendiri diuraikan berdasarkan kekuatan tekan, kekuatan geser, dan modulus elastisitas. Sedangkan sifat jangka panjang meliputi rangkak dan susut. Rangkak adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja. Sedangkan susut adalah penyusutan volume beton yang diakibatkan oleh kehilangan uap air atau akibat penurunan suhu.

Tabel Kekuatan Besi Beton dan Sifat Mekanis Besi Beton
Sifat Mekanis Besi Beton

Sesuai dengan tabel, tingkat kekuatan pada beton polos terdiri dari 2 tingkat yaitu BjTP 24 dan BjTP 30. Sedangkan untuk beton ulir, terdapat 4 tingkat kekuatan diantaranya adalah BjTS 30, BjTS 35, BjTS 40, dan BjTS 50. Besi beton biasanya dikelompokkan berdasarkan tegangan leleh dan kandungan karbonnya. Deed steel (baja sangat lunak) memiliki kandungan karbon ≤0,10%. Low carbon steel (baja lunak) memiliki kandungan karbon 0,10 – 0,25%. Med carbon steel (baja sedang) memiliki kandungan karbon 0,25 – 0,70%. High carbon steel (baja keras) memiliki kandungan karbon 0,70 – 1,50%. Dengan kata lain, semakin tinggi kadar karbonnya, maka semakin kuat dan keras baja tersebut.

Baca juga: Mengulik Besi Beton, Besi Begel, dan Kawat Bendrat

Marking Warna dalam Besi Beton

BSN menetapkan bahwa setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda (marking), salah satunya dengan warna yang tidak mudah hilang pada ujung-ujung penampangnya. Warna-warna ini tidak boleh asal, karena BSN telah menetapkan standarnya sesuai dengan kelas bajanya. BjTP 24 menggunakan warna hitam. BjTP/S 30 memiliki warna biru. BjTS 35 memiliki warna merah. BjTS 40 memiliki warna kuning. Terakhir, BjTS 50 memiliki warna hijau.

Tabel Warna Berdasarkan Kelas Besi Beton
Tabel Warna Berdasarkan Kelas Besi Beton

Pengkodean dalam Baja Tulangan Beton

Tak hanya warna, pabrik yang memproduksi baja tulangan beton juga harus mencantumkan label dengan huruf timbul yang menunjukkan inisial pabrik pembuat serta ukuran diameter nominal. Lebih dari itu, BSN juga membuat standar pencantuman informasi yang cukup lengkap.

  • Nama atau nama singkatan dari pabrik pembuat
  • Ukuran (diameter dan panjang)
  • Kelas baja
  • Nomor lembaran (No. Heat)
  • Nomor seri produksi dan tanggal produksi
  • Nomor SNI

Toleransi Berat Besi Beton

Jika toleransi ukuran diameter dan panjang telah disebutkan, maka tak akan lengkap rasanya jika tidak membahas perihal toleransi berat. Berat dalam komoditas besi merupakan hal yang sangat penting mengingat harga besi biasa dihitung berdasarkan beratnya, sama seperti komoditas logam lainnya. Berikut ini ada tabel toleransi berat baja tulangan beton per batang dan toleransi berat baja tulangan beton per lot (dua bundel atau lebih baja tulangan beton dengan ukuran nominal, jenis, serta kelas baja yang sama ditumpuk dalam satu kelompok).

Tabel Toleransi Berat Baja Tulangan per Batang
Toleransi Berat Besi Beton per Batang
Tabel Toleransi Berat Baja Tulangan per Lot
Toleransi Berat Besi Beton per Lot

Tabel Besi Beton Polos

Tabel Berat Besi Beton Polos
Ukuran dan Berat Besi Beton Polos

Tabel Besi Beton Ulir

Tabel Berat Besi Beton Ulir

 Pada SNI sebelum SNI 2052-2017 terbit, misalnya pada SNI 2052-2002, penandaan besi tulangan pada ujung-ujungnya diberikan berdasarkan warna seperti berikut, Kode Warna Penandaan Besi Baja Tulangan Beton SNI 07-2052-2002 Dari tabel tersebut diatas, terlihat untuk besi BjTD 40 / Atau BjTS 40 diberikan warna Kuning pada penandaan ujung penampangnya. Adapun aplikasi penandaanya seperti berikut

 Dari tabel kode pewarnaan tersebut diatas, terlihat perbedan kelas warna dari sebelumnya. Jika pada pewarnaan sebelumnya warna merah menandakan kelas baja besi BjTS 35 namun pada SNI 2052-2017 kode warna Merah adalah kelas Baja 420B. Mulai Juni 2019, penandaan SNI 2052-2017 wajib sudah diberlakukan. 


Namun tidak menutup kemungkinan jika masih ada toko supplier bangunan yang menyimpan stok lama dan menggunakan pengkodean warna standard lama. Perubahan kode warna ini, sangat penting untuk diketahui agar tidak salah dalam memilih dan menentukan kelas mutu baja. Misalnya saja, dalam spesifikasi gambar tulangan, dibutuhkan besi Mutu Baja Tulangan BjTS-420B/fy=420 Mpa. Jika merujuk ketabel warna terbaru, maka pewarnaan menggunakan warna merah. Namun, jika tempat mengambil besi beton masih menyimpan besi stok lama dimana kita mengambil besi beton berwarna merah. Maka tulangan yang diambil memiliki mutu BjTS 35, yang artinya mutu besi beton tersebut memiliki fy 345 Mpa. Pada spesifikasi dibutuhkan fy=420 Mpa, sedangkan yang digunakan fy 345 Mpa, tentu ini merupakan suatu kesalahan besar.
ika pada aturan SNI lama panduan memilih besi beton berdasarkan warnanya adalah sebagai berikut : Kelas besi beton BjTP 24 dengan warna hitam Kelas besi beton BjTP 30 & BjTD 30 dengan warna biru Kelas besi beton BjTD 35 dengan warna merah Kelas besi beton BjTD 40 dengan warna kuning Kelas besi beton BjTD 50 dengan warna hijau Namun panduan tersebut sudah tidak berlaku/tidak digunakan dan berubah sesuai dengan aturan SNI yang baru. Berikut ini panduan memilih besi beton berdasarkan warnanya: Kelas besi beton BjTP 280 & BjTD/BjTS 280 dengan warna hitam Kelas besi beton BjTD/BjTS 420A dengan warna kuning Kelas besi beton BjTD/BjTS 420B  dengan warna merah Kelas besi beton BjTD/BjTS 520 dengan warna hijau Kelas besi beton BjTD/BjTS 550 dengan warna putih Kelas besi beton BjTD/BjTS 700 dengan warna biru



 

 

MATERI SAFETY TALK

  Safety TalK/Briefing Pagi/P5M : Safety talk ialah sebuah cara agar mengingatkan perkerja yang mengenai pentingnya kesehatan serta kesela...