Wednesday, 16 September 2020

Penambangan Bijih Bauksit

 

TAMBANG BAUKSIT

 



 Tahap yang dilalui dalam proses pertambangan bauksit adalah sebagai berikut:

- Penyelidikan umum, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk menemukan endapan mineral bauksit yang meliputi kegiatan penyelidikan, pencarian atau penemuan. Jika ada indikas keberadaan endapan mineral bauksit, proses penyelidikan akan diteruskan sampai ke tahap selanjutnya (eksplorasi), tetapi jika tidak ditemukan indikasi keberadaan mineral bauksit, maka kegiatan ini dihentikan karena jika diteruskan akan menghabiskan dana yang terbuang sia-sia. Seringkali, tahapan ini dilewatkan jika ditemukan adanya indikasi atau tanda-tanda keberadaan endapan mineral bauksit yang sudah langsung bisa dieksplorasi.

- Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah ditemukannya endapan mineral bauksit. eksplorasi bertujuan untuk memastikan keberadaan endapan mineral bauksit yang meliputi bentuk, ketebalan, posisi endapan, kualitas (kadar) endapan mineral bauksit, ukuran serta karakteristik lainnya yang dibutuhkan. Selain itu, tujuan eksplorasi ini juga untuk mengetahui seluruh komponen ekosistem yang ada di lokasi endapan mineral bauksit sebelum dilakukan penambangan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat reklamasi lahan bekas tambang dapat dikembalikan seperti semula (walaupun tidak sama persis).

Tahapan dalam eksplorasi adalah sebagai berikut :

1.Tahapan ekplorasi pendahuluan dengan tingkat ketelitian masih kecil dengan skala 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Tahapan eksplorasi pendahuluan ini adalah studi literature serta survei dan pemetaan.

2.Tahapan eksplorasi detail merupakan tahap lanjutan dari eksplorasi pendahuluan. Jika pada eksplorasi pendahuluan ditemukan prospek cadangan maka diteruskan ke tahap ini. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pengambilan sampling dengan kerapatan lebih dekat.

3. Studi kelayakan merupakan tahapan akhir dari kegiatan

penyelidikan awal. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan teknologi pada saat ini. Hasil studi kelayakan inilah yang digunakan sebagai penentu layak atau tidaknya endapan prospek itu ditambang.

- Perencanaan tambang merupakan tahap lanjutan setelah ditemukannya cadangan mineral bauksit dari kegiatan eksplorasi yang layak untuk ditambang. Cadangan yang ditemukan telah terukur secara detail. Kegiatan perencanaan tambang perlu dilakukan untuk merencanakan kegiatan penambangan yang memperhatikan faktor teknis, ekonomis dan lingkungan.

- Persiapan/Konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan fasilitas penunjang kegiatan pertambangan. Fasilitas ini meliputi infrastruktur energi dan non energi (akses tambang, perkantoran, tempat tinggal karyawan, bengkel, fasilitas komunikasi, pembangkit listrik dan sumber energy listriknya serta fasilitas pengolahan dan pemurnian hasil tambangnya).

- Penambangan, tahapan ini dimulai dari pembersihan lahan dari tumbuhan/tanaman, pengupasan top soil (Disimpan terlebih dahulu di suatu tempat yang nantinya akan digunakan kembali setelah kegiatan penambangan selesai. Hal ini dimaksudkan agar ekosistem di daerah tersebut dapat kembali seperti saat belum dilakukan kegiatan penambangan), pembongkaran dan penggalian tanah penutup (overburden), penggalian endapan mineral mineral bauksit (eksploitasi). Mineral bauksit yang telah ditambang, diangkut ke tempat pengumpulan (stockpile) terlebih dahulu sebelum masuk ke tahap selanjutnya, yaitu pengolahan.

- Pengolahan dan pemurnian merupakan tahap lanjutan setelah kegiatan penambangan. Mineral bauksit hasil tambang masih bercampur dengan tanah penutup bahkan endapan bauksit itu sendiri masih berasosiasi dengan pengotor (mineral yang mungkin berharga tapi tidak berharga dalam pengolahan bauksit menjadi alumina/aluminium).

Pada tambang bauksit, berdasarkan proses yang dilalui, dibagi menjadi dua yaitu crude bauxite (Cbx) yaitu bauksit yang ditambang dari front, belum melalui proses pencucian dan washed bauxite (Wbx) yaitu bauksit yang sudah melalui proses pencucian. Perbandingan antara bauksit hasil pencucian terhadap bauksit yang diumpan pada washing plant disebut dengan istilah concretion factor atau aspek recovery dari pencucian. Nilai concretion factor berkisar antara 50-55%, bergantung pada karakteristik bauksit itu sendiri ,pada sistem penambangan yang digunakan adalah open cast, dimana sistem ini dilakukan dengan membuat pit dangkal yang disertai dengan proses direct backfill. Proses direct backfill adalah proses pengembalian overburden (OB) secara langsung ke lokasi semula setelah proses penambangan selesai dengan menggunakan bulldozer. Ketika masih berada di front, ore dari bauksit biasa disebut dengan crude bauksit (CBx). Kemudian ore tersebut diangkut dan disampling sebelum memasuki Exportable Transit Ore (ETO) Stockyard. ETO Stockyard merupakan lokasi dumping sementara untuk merencanakan material ore yang akan menjadi feed washing plant (WP). 

Di WP, ore dicuci dan mengalami proses konsentrasi. Produk WP (yang disebut washed bauxite atau WBx) kemudian disampling dan ditumpuk di Exportable Fine Ore (EFO) Sedangkan dari WP dihasilkan limbah berupa slurry yang nantinya dikelola lebih lanjut pada sedimen pond, sehingga
antara air dan padatan pada slurry tersebut dapat dipisahkan dan air limbah dapat dimanfaatkan kembali untuk proses pencucian di WP (re-used). Stockyard untuk selanjutnya dipersiapkan untuk suplai ke CGA Plant. Adapun bagan dari siklus penambangan dapat ditunjukkan sebagai berikut.  


 A.      Lingkup Pekerjaan :

A.1 Membangun Fasilitas Tambang :

1.       Kolam Limbah (Tailing Pond)

2.       Kolam Air (Water Pond)

3.       Dudukan Tromol (Pondasi Tromol)

4.       Jalan tambang (hauling Roads)

5.       Jetty (Port)

6.       Stockpile

7.       Site Office & Mess Karyawan

A.2 Pekerjaan Kegiatan Operasional Produksi mulai dari :

1. Pekerjaan Penggalian

2. Pekerjaan.Pencucian

3. Pekerjaan Pengangkutan dan sampai

4. Pekerjaan Pengapalan (Loading ke Tongkang)

 

PERSIAPAN AREA TAMBANG BAUKSIT :


1. Perencanaan kebutuhan unit alat berat

Unit Bulldozer : untuk pekerjaan landclearing  (pembersihan lahan dari material tanaman dan akar tanaman yang ada), stripping (pengupasan material OB (Over Burden), pembuatan badan jalan CR/MR, estafet OB alat yang digunakan type Bulldozer D85E SS, D65

Unit Excavator :  untuk persiapan lahan land clearing areal curam, pengupasan OB , estafet material OB ataupun ORE, uji sampling kandungan potensi material galian bauksit, loading muatan material ke unit hauler dump truck (DT).

Unit Motor Grader :  dipergunakan untuk pemeliharaan perawatan jalan tambang, menghampar membentuk  timbunan laterite perkerasan jalan tambang.

Unit Vibro Compactor : dipergunakan untuk pemeliharaan jalan tambang untuk proses pemadatan badan jalan yang telah dibentuk/dibuat.

Unit Dump Truck : dipergunakan sebagai alat angkut dengan jarak angkut lebih dari 1 km.

PRODUKTIVITAS ALAT :  merupakan jumlah HM (Hour Meter) unit alat berat yang dipergunakan untuk melakukan suatu jenis pekerjaan berbanding dengan nilai kuantitas volume pekerjaan unit alat berat.


% kondisi nilai unit alat berat :  nilai prosentase HM (hour meter) unit alat berat standard berbanding dengan hm aktual pemakaian alat berat dengan nilai pengurangan terhadap kondisi unit perbaikan, kerusakan unit, dan pemeliharaan unit.

    

Pengaturan Jam Kerja

24 Jam : Waktu yang tersedia untuk pengalokasian unit kerja untuk SHIFT 1 dan SHIFT 2 (Available Time dengan pengaturan SHIFT 1 ( 07.00-17.00 WIB dan waktu untuk SHIFT 2 pukul 19.00 – 06.00 WIB)

Working Hours : jumlah efektif jam kerja SHIFT 1 dan SHIFT 2 (22 Jam Kerja) dengan nilai pengurangan waktu istirahat dan pergantian SHIFT

Delay Time : Waktu tunggu akibat dari kondisi alat berat /unit dump truck.

DELAY TIME

1. Schedule : service berkala unit

2. Unschedule : service akibat kerusakan unit

3. Accident : service unit akibat kecelakaan kerja

    Idle Time : Waktu tunggu akibat kondisi diluar alat ( hujan, instruksi kerja dll)

TIME SCHEDULLE : Waktu yang terschedule/direncanakan dalam satu satuan waktu atau sama dengan 24 Jam sehari atau 7 hari dalam perminggu waktu yang  direncanakan dibagi menjadi 2 : 

a. Available Time : Waktu yang tersedia untuk operasional unit pershift /hari dimana dibedakan dalam kondisi :

- Working /Waktu kerja (Productive Time) :Waktu dimana unit sedang beroperasi (running time) untuk menghasilkan produksi/ waktu kerja yang digunakan unit efektif untuk menghasilkan suatu produksi

- Loss Time/Waktu Selang/tunda (Non Productive Time) : Waktu yang direncanakan sebagai akibat adanya aktifitas tertentu misalnya (P2H, Pengisian BBM , blasting pergantian shift , dll)

Dimana waktu non prdouktif (Loss Time) dibagi menjadi 2 Kategori

1. Controllable (Delay Time) : Waktu yang direncanakan akibat aktivitas unit terkontrol/bisa dikendalikan

2. Un Controllable (Ilde Time) : Waktu yang tidak direncanakan akibat aktivitas unit saat operasional tidak bisa  dikontrol/dikendalikan

b. Maintanance Time : Waktu yang direncanakan untuk keperluan maintanance /perbaikan unit.

1. Schedule Maintanance (SCM) : waktu yang direncanakan sebagai akibat adanya program perbaikan service,

2. Unschedule Maintanance : Waktu yang dirncanakan sebagai akibat kejadian yang menyangkut kondisi unit itu sendiri (breakdown)

3. Tire Maintanance : Waktu yang digunakan untuk melakukan perbaikan yang dilakukan oleh pihak Tire

4. Incident Maintanance : waktu yang digunakan untuk melakukan perbaikan akibat terjadinya insiden pada unit.

5. Instrument Maintanance (ISM) Waktu yang digunakan untuk melakukan perbaikan system elektrik

2. Perencanaan kerja pembukaan lahan area tambang bauksit , pembuatan infrastruktur jalan main roads (MR), jalan connecting road (CR) , boundary area block untuk area penambangan

Design perencanaan jalan tambang sebagai berikut : 

 

 

 

 

 

 


     

Hal-hal lain yang menyangkut kegiatan penambangan bauksit diantaranya :

Melakukan penataan lahan setiap kali selesai melakukan kegiatan penambangan batu kotor sebelum menerima arah selanjutnya dari Pihak Owner Pihak Pertama. Menjaga stabilitas areal pelabuhan agar tidak terjadi erosi atau longsor yang dapat mengakibatkan air keruh dan berdampak pada lingkungan sekitarnya

Melakukan aktivitas penyiraman debu jalan dengan menggunakan mobil tangki air di area penambangan dari pengambilan batu kotor sampai ke pengapalan agar dapat mengurangi polusi yang disebabkan debu jalan.

Menyediakan security untuk menjaga stabilitas keamanan di area lokasi penambangan

Melakukan pekerjaan berupa pembersihan kolam limbah, kolam air.

Melakukan pekerjaan perbaikan, penimbunan dan peninggian permukaan kolam

Memberikan Penyuluhan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap karyawan khususnya yang bekerja di lapangan setidaknya 1 (satu) kali dalam sebulan. memberikan Alat Pelindung Diri kepada Karyawan serta memberikan penyuluhan secara rutin tentang pentingnya Alat Pelindung Diri dan wajib menjaga kebersihan tempat kerja ( safety talk ) dan Standard Operational Procedure (SOP).

   

Pemetaan lokasi sesuai dengan desain rencana block yang sudah ditentukan untuk rencana area block dan pembagian shaft block area penambangan dengan mempertimbangkan spesikasi teknis alat bantu (unit alat berat) yang beroperasi untuk proses pengangkutan material tambang.

 

 

PENGELOLAAN DAPUR UMUM PROYEK

Pengelolaan Dapur Umum dalam Proyek adalah kegiatan untuk memastikan bahwa kebutuhan makanan dan minuman seluruh pekerja proyek terpenuhi d...