Sistem Perkerasan Tanah Laterite
- Sebagai jalur transportasi CPO dari pabrik ke luar kebun
- Sebagai jalur transportasi pupuk dari dan ke gudang
- Sebagai batas blok
- Sebagai jalur transportasi karyawan dari dan ke blok
- Penentuan Beban yang Diharapkan: Identifikasi dan tentukan beban yang diharapkan yang akan diterapkan pada jalan. Beban ini bisa berupa berat kendaraan tertentu, lalu lintas harian rata-rata, atau beban maksimum yang diizinkan untuk jalan tersebut.
- Pengumpulan Data Tanah: Lakukan pengujian tanah di lokasi jalan untuk mendapatkan data tentang sifat-sifat geoteknik tanah, termasuk nilai CBR (California Bearing Ratio), daya dukung tanah, kekuatan geser tanah, dan parameter geoteknik lainnya.
- Perhitungan Daya Dukung Tanah: Berdasarkan data tanah yang dikumpulkan, hitung daya dukung tanah di bawah lapisan jalan yang direncanakan. Metode pengujian seperti Plate Load Test atau Cone Penetration Test dapat digunakan untuk mengestimasi daya dukung tanah.
- Analisis Struktural: Lakukan analisis struktural untuk menghitung kekuatan dan stabilitas jalan. Pertimbangkan juga faktor-faktor seperti beban dinamis, deformasi, dan faktor keamanan.
- Penentuan Ketebalan Lapisan Jalan: Berdasarkan analisis struktural dan daya dukung tanah, tentukan ketebalan lapisan jalan yang diperlukan untuk menahan beban yang diharapkan.
- Pengaturan Drainase: Pastikan sistem drainase yang baik untuk menghindari penumpukan air dan potensi kerusakan pada jalan.
- Pemilihan Material Konstruksi: Pilih material konstruksi yang sesuai untuk lapisan jalan berdasarkan analisis struktural dan daya dukung tanah.
- Perhitungan Kemampuan Beban: Hitung kemampuan beban jalan tanah dengan menggunakan data dari analisis struktural dan perhitungan daya dukung tanah.
- Kandungan Tanah Liat: Kualitas laterite dipengaruhi oleh kandungan tanah liat yang ada di dalamnya. Tanah liat yang berlebihan dapat membuat laterite menjadi lunak dan tidak kuat untuk perkerasan jalan.
- Kepadatan: Laterite harus cukup padat untuk menahan beban kendaraan dan mencegah perkerasan jalan dari kerusakan akibat kompresi dan deformasi.
- Konten Batuan: Laterite yang berkualitas baik harus mengandung cukup banyak butiran batu atau agregat yang memberikan kekuatan dan stabilitas pada perkerasan jalan.
- Kandungan Air: Kualitas laterite dipengaruhi oleh kadar airnya. Terlalu basah dapat menyebabkan laterite menjadi lunak dan lemah.
- Daya Dukung: Laterite harus memiliki daya dukung yang memadai untuk menahan beban lalu lintas dan beban lain yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya.
- Karakteristik Drainase: Laterite harus memiliki karakteristik drainase yang baik untuk menghindari masalah perendaman dan kerusakan yang disebabkan oleh air yang tergenang.
- Kekerasan: Laterite harus memiliki kekerasan yang cukup untuk menahan abrasi dan deformasi yang disebabkan oleh lalu lintas kendaraan.
- Daya Serap: Laterite yang baik harus mampu menyerap dan mendistribusikan beban kendaraan secara merata di seluruh permukaan perkerasan jalan.
- Rumus Daya Dukung Berdasarkan CBR (California Bearing Ratio): Daya Dukung (kN/m²) = CBR x Daya Dukung Standar Tanah Agregat Padat (Biasanya sekitar 2,25 kN/m²)
- Rumus Daya Dukung Berdasarkan Perhitungan Terzaghi:
di mana: γ_i = Berat Volume Jenis tanah pada lapisan i (kN/m³)
- Rumus Daya Dukung Berdasarkan Metode Meyerhof:
- Rumus Daya Dukung Berdasarkan Metode Terzaghi-Peck:
- Sampeletronic atau CPT (Cone Penetration Test): CPT adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran daya dukung tanah dengan mendorong konus (cone) ke dalam tanah. Alat ini akan mengukur tekanan dan geseran di sepanjang perjalanan konus dalam tanah. Data yang diperoleh dari CPT dapat digunakan untuk mengevaluasi daya dukung tanah dan sifat geoteknik lainnya.
- Alat CBR (California Bearing Ratio) Test: Alat ini digunakan untuk melakukan pengujian CBR untuk menentukan daya dukung tanah di bawah kondisi tertentu. Pengujian ini melibatkan penetrasian piston dengan diameter tertentu ke dalam sampel tanah pada kondisi kelembaban tertentu untuk mengukur resistansi tanah terhadap penetrasi.
- Plate Load Test (Pengujian Beban Pelat): Pengujian ini melibatkan penerapan beban pada pelat yang ditempatkan di permukaan tanah. Beban diterapkan secara bertahap untuk mengukur penurunan tanah. Dari data penurunan, daya dukung tanah dapat dihitung.
- Vane Shear Test: Alat ini digunakan untuk mengukur tahanan geseran tanah dengan menggunakan pendorong berbentuk vane yang ditempatkan di dalam tanah. Daya tahan geseran tanah dapat dihitung berdasarkan torsi yang diperlukan untuk memutar vane.
- Plate Bearing Test: Pengujian ini mirip dengan Plate Load Test, tetapi dilakukan pada lapisan tanah yang dalam dan lebih padat, misalnya untuk mengukur daya dukung fondasi.
- DCP (Dynamic Cone Penetrometer): DCP adalah alat portabel yang digunakan untuk mengukur ketahanan tanah terhadap penetrasi palu dinamis dengan berat tertentu. Alat ini dapat memberikan indikasi daya dukung tanah di lokasi yang sulit dijangkau oleh alat lain.
- Strategi Perbaikan dan Perawatan Jalan Kebun Kelapa Sawit. Jalan merupakan sarana utama yang harus dimiliki prkebunan kelapa sawit. Peran dan fungsi utama jalan di perkebunan sawit adalah sebagai sarana transportasi untuk mempertinggi intensitas kontrol, pengangkutan dan komunikasi. Kurang baiknya kondisi jalan dan jembatan akan menurunkan mutu produksi dan peningkatan biaya perawatan alat-alat angkut, oleh karena itu perawatan jalan dan jembatan perlu dilakukan secara rutin. Karena fungsinya yang sangat vital tersebut, maka perawatan jalan harus direncanakan dengan baik sehingga bisa perawatan jalan bisa maksimal. Perawatan yang tidak terencana dengan baik, menyebabkan kerusakan jalan (terutama pada musim hujan) dapat mencapai persentase yang tinggi. Pada ujungnya dapat mengganggu sebagian besar operasional di kebun (pengangkutan TBS, pupuk, CPO, dll).
- l).
Jalan dan jembatan sangat penting di usaha kebun sawit, mulai dari pembangunan kebun baru sampai pengangkutan hasil panen.
Fungsi jalan adalah sebagai sarana pengangkutan peralatan dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan pekerjaan serta sarana pengawasan dan pemeriksaan pelaksanaan kegiatan pekerjaan
Jalan sebagai batas areal blok dan juga sebagai batas kegiatan pekerjaan pada setiap areal blok, sehingga dengan adanya jalan tersebut akan mempermudah pengawasan dan pemeriksaan kemajuan pekerjaan.
Salah satu kriteria penilaian kualitas usaha kebun sawit adalah baik tidaknya kualitas jalan dan jalan yang terawat akan membantu kelancaran kegiatan pekerjaan fisik lapangan pada usaha kebun kelapa sawit.
Jalan pada usaha kebun kelapa sawit merupakan penyediaan akses yang dapat menghubungkan pusat antar kegiatan, sebagai sarana transportasi material, TBS hasil panen dan pengawasan.
Bagian jalan tanah adalah badan jalan, benteng/tanggul jalan, parit jalan dan talang air jalan atau saluran air dari badan jalan ke parit jalan.
Jembatan adalah suatu bangunan yang dipakai untuk menghubungkan jalan yang terputus akibat adanya saluran air yang memutus jalan, dan bangunan tersebut tidak menghalangi aliran air. Dengan konsep sebagai berikut :
Memiliki tebal total yang cukup, sehingga mendapatkan nilai CBR yang mampu menahan beban rencana.
Mampu mencegah masuknya air , baik dari luar maupun dari dalam, dengan teknis pemadatan, penambahan zat tambahan atau soil stabilizer, mencegah terjadinya genangan air pada badan jalan dengan memperhatikan drainase.
Memiliki permukaan yang rata, elevasi darin yang cukup, tidak licin, awet terhadap distorsi oleh lalu lintas dan cuaca.
Perawatan jalan yang terpenting adalah menjaga bentuk jalan tetap cembung (Camber) atau kemiringan sekitar 5% dan tali air pada tepi badan jalan. Air tidak boleh tergenang di permukaan badan jalan karena akan menyebabkan terbentuk lubang pada titik-titik yang lemah pada akhirnya merusak jalan.
Pemeliharaan jalan di kebun kelapa sawit dilakukan dengan dua cara yaitu :
secara manual. Perbaikan secara manual dilakukan oleh tenaga kerja pria dengan membuang air dari lubang dan menimbunya kembali setelah lubang kering dan menunas daun kelapa sawit yang telah menutupijalan yang sering disebut dengan istilah rempes. Untuk pemeliharaan jalan dapat menggunakan cara manual yaitu dengan cara mencangkul, menggaruk yang mana dapat digunakan untuk menutup lobang.
mekanis. Kerusakan dalam skala besar akan diperbaiki dengan Motor Grader dan Vibro Compactor dengan sistem teknik Chamber agar air hujan tersebut mengalir ke parit.Pemeliharaan jalan dilakukan secara manual tetapi diusahakan menggunakan alat grader dan compactor. Permukaan jalan diusahakan cembung sehingga pada saat hujan turun air tidak menggenang, pemeliharaan jalan dilakukan setiap enam bulan sekali, sementara parit drainase dibangun untuk mengeluarkan kelebihan air agar areal tanaman kelapa sawit tidak tergenang dengan cara mengangkat/ menggali tanah yang menutup parit. Pada areal TBM parit dibuat dengan lebar 1 m dengan kedalaman 1,5 meter. Pembuatan parit ini menggunakan tenaga borongan dengan target 100 m/hk.
Untuk menjaga agar jalan di perkebunan kelapa sawit tetap terjaga dalam kondisi aman maka berikut adalah strategi untuk memperbaiki jalan di perkebunan kelapa sawit :
1. Membuang semua air yang melewati badan jalan ke parit
Agar hal ini bisa tercapai maka jalan di perkebunan kelapa sawit harus di buat dalam bentuk chember dan jika sudah panjang maka di tegah jalan dapat dibuat polisi tidur atau parit kecil agar air di badan jalan cepat mengalir ke parit jalan.
2. Cross Drain (gorong -gorong)
Agar air yang berada di parit sebelah atas (arah tebing ) dapat menyeberangi jalan tanpa merusak jalan maka harus di pasang yang namanya cross drain (penyeberangan air) tujuannya agar air menyeberangi jalan tanpa merusak badan jalan. ada beberapa jenis cross drain di perkebunan sawit :
a. Jembatan betina
Dapat dibuat dari kayu atau beton dengan cara pemasangan hanya di badan jalan yang akan di lalui oleh ban kendaraan saja.
b. Gorong - gorong
Dapat dipasang sesuai dengan kebutuhan biasanya untuk jalan koleksi sebanyak 5 pcs sedangkan untuk jalan poros biasanya mencapai 10 s/d 12 pcs
c. Pipa paralon 14 inci
Dapat dipasang sebagai pengaanti gorong-gorong beton karena proses pemasangan mudah dan pengangkutan bahan juga lebih praktis bila dibandingkan dengan gorong -gorong beton
3. Parit dan Sodetan
Parit merupakan kunci agar jalan awet karena jika air mengalir lewatbadan jalan maka jalan akan cepat rusak
Sedangkan sodetan adalah untuk membuang air di parit ke dalam kebun sawit agar volume air yang mengalir sepanjang parit tidak terlalau banyak. Jarak sodetan dapat disesuaikan dengan volume air yang mengalir biasanya jaraknya sekitar 50 meter.
4. Laterite dan sirtu
Untuk mengeraskan jalan maka dapat dilakukan penimbunan dengan laterik atau sirtu dengan ketebalan 10 s/d 20 cm.
5. Rempes jalan
Tujuannya agar cahaya matahari cepat sampai kepermukaan tanah sehingga jalan cepat kering setelah hujan datang.
Konsep dasar desain lapis perkerasan jalan :
Memperbaiki / meningkatkan CBR dari subbase ataupun base course dengan bahan yang lebih baik
Mengimprove (memperbaiki mutu) lapis tanah dasar dengan cara :stabilisasi kimia
stabilisasi mekanis
menimbun tanah dasar asli dengan bahan tanah timbunan yang lebih baik (CBR yang lebih tinggi)
Mempertebal lapisan sub base maupun base course
Dengan cara-cara antara lain dengan menambah lapisan penguat tipis antara tanah dasar dengan lapis pondasi dengan menggunakan bahan-bahan geosintetik (geotextil, geogrid, soil semen, bio soil stabilizer dl
- Pengausan .Dengan adanya kandungan air yang meningkat maka daya ikat yang ada semakin menurun. Pada saat pembebanan terjadi, roda kendaraan akan mengikis lapisan permukaan yang mengakibatkan batuan akan terlepas sehingga jalan tidak rata
- Bergelombang.Pada saat ikatan perkerasannya melemah, maka pada butiran yang berukuran kecil akan mudah terlepas dan pada akhirnya akan mengumpul tersendiri dalam satu gundukan, sedangkan batuan butiran kasar akan terlihat, yang mengakibatkan jalan menjadi bergelombang.
- Alur dan Cekungan. Dengan bertambahnya air pada perkerasan jalan tadi akan menurunkan daya dukung tanah. Akibat beban lalu lintas, beban roda akan mengakibatkan turunnya permukaan jalan. Mengingat jalan dikebun yang sempit, maka jejak roda akan terjadi pada tempat yang sama, sehingga akan terjadi alur/cekungan yang mengakibatkan jalan tidak rata.
- Lubang .Pada kondisi jalan yang memiliki perkerasan yang ikatan batuannya lemah, maka batuan akan terlepas yang mengakibatkan timbulnya lubang-lubang yang semakin lama akan semakin besar akibat adanya beban lalu lintas.
- Erosi Permukaan dan Bahu Jalan. Hal ini biasanya terjadi pada daerah tanjakan dan turunan karena air akan mengalir pada arah yang sama sehingga akan terjadi pengumpulan air. Apabila kelandaian jalannya besar, maka aliran air akan semakin deras yang akan mengakibatkan erosi.
- Tanah Dasar menjadi lembek. Hal ini terjadi karena air akan merembes ke dalam tanah akibat dari :
- Jalan yang tidak rata dapat mengakibatkan air menggenang dan merembes ke dalam badan jalan dan tanah dasar.
- Muka air tanah yang tinggi akibat parit yang kurang dalam akan mengakibatkan air merembes ke badan jalan dan tanah dasar.
- Kondisi parit yang kurang baik, aliran air pada parit tidak baik, akan mengakibatkan air merembes, sehingga tanah dasar akan kenyang air dan daya dukungnya akan turun.
- Jalan Koleksi (Pengumpul) / Collection Roads (CR) dengan panjang 1000-2000 meter perbloknya dengan lebar badan 4 - 4,50 meter. Untuk design blok 30 Ha ( 300 x 1000 meter) = 33,3 meter/Ha atau design blok 40 Ha ( 200 x 2000) maka CR = 50 meter.
- Jalan Produksi/ Main Roads (MR) dengan panjang 200-300 meter perbloknya dengan lebar badan 5 meter. Untuk design blok 30 Ha ( 300 x 1000 meter) = 10 meter/Ha atau design blok 40 Ha ( 200 x 2000) maka CR = 5 meter.
- Jalan akses /Jalan Poros/Utama biasa direncanakan untuk sebagai jalan akses utama transportasi angkutan TBS dari estate/ divisi ke lokasi pabrik, dan atau dari PKS ke lokasi Jetty atau dermaga . Biasa direncanakan lebar badan jalan 8-10 meter.
- Perencanaan penimbunan/pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun dengan memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada musim hujan
- Pengajuan rencana anggaran pekerjaan (RAP) dari kebun ke CEO harus sudah selesai pada bulan Desember tahun sebelum berjalan. Data RAP yang harus dipersiapkan terdiri atas peta jalan yang akan ditimbun/dikeraskan, disertai data panjang, lebar, tebal penimbunan (MR, CR, dll) serta volume material yang akan digunakan
- Peralatan & sarana kerja yang diperlukan telah dipersiapkan dalam kondisi baik
- Jenis sarana pekerjaan : grader, excavator, buldozer, mining bucket, wheel loader, dump truk, roller/vibrating compactor 6 ton dan lainnya
- Bila pakai kontraktor, harus disiapkan oleh kontraktor sesuai spesifikasi pekerjaan
- Bahan yang dipakai harus diutamakan yang tersedia di lokasi kebun dan sekitarnya dengan mempertimbangkan jarak sumber bahan (quari) dengan lokasi penimbunan/ pengerasan jalan.
- Quari harus disurvey untuk menentukan kualitas dan kecukupan bahan.
- Jenis jalan yang akan dilaksanakan perawatan nya (Main Road, Production Road, Collection Road, Harvesting Road, dll)
- Kondisi Cuaca dan Iklim ( Curah hujan dan hari hujan, musim penghujan atau kemarau)
- Tenaga Kerja (jumlah tenaga rawat jalan)
- Alat berat ( Roada Grader, excavator, truck dll)
- Ketersediaan Batu padas, Sirtu dll
- Pembersihan lahan
- Pembentukan badan jalan dan parit sisi jalan
- Penggambangan
- Penimbunan badan jalan dan gambangan
- Perataan muka jalan dan pemadatan
- Perkerasan muka jalan
- Pemasangan rambu-rambu.
- Pembersihan Lahan. Pembersihan lahan (land clearing) dapat dilaksanakan dengan alat-alat berat seperti swamp dozer atau excavator track lebar. Tetapi karena masalah transportasi atau mobilisasi alat-alat berat atau karena masalah lain seperti efektivitas atau segi praktisnya, selalu dipilih cara manual dengan menggunakan gergaji mesin (chain saw) untuk pelaksanaan land clearing.
- Badan Jalan Dan Parit Sisi Jalan. Volume pekerjaan badan jalan yang besar, maka pekerjaan meninggikan dan membentuk badan jalan harus dilaksanakan dengan alat berat yaitu excavator yang berlengan panjang. Pemilihan alat berat untuk pekerjaan ini, harus diteliti dari spesifikasi masing - masing untuk dapat digunakan dilapangan dimana jalan akan dibangun.
- Penggambangan. Penggambangan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan daya dukung tanah, badan jalan dengan cara menyusun kayu bulat dengan diameter 15 cm, panjang 5,0 meter melintang sumbu jalan sepanjang badan jalan yang kondisinya lembek. Pelaksanaan dapat dilakukan secara manual atau dengan dibantu satu unit excavator yang meratakan permukaan badan jalan sebelum gambangan dipasang.
- Penimbunan muka jalan dan gambangan .Penimbunan dan meratakan serta memadatkan permukaan jalan bertujuan :
- Meningkatkan dan memantapkan kayu gambangan agar tidak beerserak.
- Meningkatkan daya dukung tanah badan jalan.
- Memindahkan beban roda kendaraan ke atas badan jalan secara lebih merata dan menyebar.
- Mendapatkan permukaan jalan yang lebih rata
- Mengurangi infiltrasi air hujan yang jatuh diatas jalan
- Tanah untuk timbunan permukaan jalan haruslah dari jenis tanah liat yang sedikit mengandung silt (atau butiran-butiran pasir yang sangat halus) dan mempunyai kandungan air yang optimum untuk pemadatan.
- Perkerasan Jalan Biasanya permukaan jalan tanah diperkeras dengan batu-batuan, atau campuran batu- batuan dengan tanah dan pasir. Tujaun dari perkerasan permukaan jalan adalah mengurangi atau memperkecil perusakan jalan akibat gesekan roda kendaraan. Pada jalan tanah diperkebunan, biasanya tebal perkeraasan antara 10 cm sampai 15 cm dengan lebar antara 3,0 m sampai 4,0 meter.
- Adalah jalan yang menghubungkan antara kantor kebun dengan divisi, antar divisi dan jalan akses keluar dari emplasmen ke luar kebun
- Lebar jalan adalah 8 m, dengan rincian 5 meter badan jalan, serta 1 x 2 m bahu jalan dan 0,5 x 2 adalah parit jalan
- Dalam pembuatan jalan Utama, tidak ada barisan tanaman yang hilang
- Pembuatan jalan dilaksanakan secara mekanis dengan permukaan jalan cembung serta kiri kana dibuat parit.
- Jalan yang dibuat antar blok dengan arah Utara - Selatan dan digunakan sebagai sarana transportasi panen dan pemupukan, serta fungsi lainnya.
- Setiap batas tertentu, biasanya 100 m dibuatkan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
- Dalam Pembuatannya akan ada baris tanaman yang hilang.
- Letak jalan adalah ditengah blok antara Timur – Barat
- Dalam pembuatannya adanya tanaman yang hilang
- Berfungsi sebagai sarana pengangkutan buah dari blok ke TPH, juga untuk sarana pengangkutan pupuk dan bahan kimia langsung ke dalam blok
- Dalam hal pemeliharaan jalan di gabungkan pada saat perawatan blok yang bersangkutan
- Adalah jalan kecil yang dibuat sejajar dengan baris tanaman Utara – selatan
- Berfungsi mengangkut tandan buah ke TPH, atau fungsi lainnya terutama pemupukan
- Lebar jalan 0,75 s/d 1 m dan badan jalan dibiarkan tertutup rumput tipis, dan setiap 3 bulan sekali dilakukan perawatan
- Jalan utama harus dirawat secara mekanis/greader dan pengikisan dilakukan setipis mungkin, dan permukaan tanah diusahakan tetap dalam keadaan cembung.
- Permukaan tanah di giling dengan menggunakan Roadroller dan diberi lapisan batu yang tipis atau cangkang.
- Tempat tempat yang terus menerua rusak harus menjadi prioritas utama dalam perawatan
- Perawatan dilaksanakan dengan manual dan bersamaan dengan perawatan blok tanam bersangkutan
- Pemakaian batu ditaburkan sebanyak 2x dalam setahun atau 3 m³ /km ( 3 meter kubik/km)
- Penaburan cangkang 4x dalam setahun atau 3m³ /km
- Permukaan jalan harus tetap dipertahankan dalam kondisi cembung
- Material pengerasan yang ada di tepi jalan dikembalikan pada badan jalan
- Bentuk kembali badan jalan dan dibuat chamber serta tali air yang cukup sekitar 25 atau 50 meter satu tali air ke parit/tepi badan jalan.
- Road roller melakukan pemadatan di belakang graeder setelah 1 km jalan di grading.
- Hanya dilakukan grading ringan pada badan jalan yang sudah keras/padat dan pisau tidak menggali terlalu dalam
- Pada musim kering prioritas pada rendahan. Pada musim hujan tidak diperkenankan grading jalan.
- Pertahankan bentuk permukaan jalan selalu cembung.
- Norma 3 HM/Km atau 8 HM/2.5 Km atau sekitar 2.5 km/hari
- Lakukan tunas pelepah jalan agar cahaya matahari tembus ke badan jalan, terutama di jalan koleksi. Potong ½ dari panjang pelepah pada 3 lingkaran daun terbawah.
- Pada kondisi jalan berlobang dirawat manual dengan mengisi batu-batu atau gunakan cangkul untuk menutup lobang dari material sekitar.
- Buang air yang tergenang di badan jalan melalui tali air ke blok atau parit.
- Bersihkan jembatan dari tanah-tanah diatas jembatan.
- Bersihkan kayu-kayu atau rumput yang menghambat aliran air di bawah jembatan/gorong-gorong.
- Norma : 0.06 Hk/Ha potong pelepah dan 0.06 Hk/Ha untuk manual jalan dan 0.06 Hk/Ha rawat jembatan
A = DMJ (Daerah Milik Jalan)
B = Pinggir Jalan
C = Parit Jalan
D = Bahu Jalan
E = Badan Jalan
Jenis Jalan
|
Ketebalan Tanah
Laterit
|
Ketebalan Sirtu
|
1. Jalan Koleksi
|
20 cm padat
|
10 cm
|
2. Jalan Utama
|
20 cm padat
|
15 cm
|
3. Jalan Akses
|
20 cm padat
|
20
m
|
Untuk tekstur lempung berpasir tekstur ini jika terkena hujan akan licin dan cepat mengering jika terkena sinar matahari sehingga membutuhkan waktu yang cepat untuk pengeringan. Tekstur tanah yang labil sehingga jika dilalui oleh kendaraan akan merusak jalan.
- Air: Air merupakan salah satu faktor utama penyebab kerusakan jalan. Air dapat menyebabkan pengikisan pada material jalan dan menurunkan daya dukung tanah, terutama pada tanah lempung dan material aspal. Air juga dapat menyebabkan retak dan pothole (lubang) pada permukaan jalan.
- Bahan Organik: Bahan organik seperti daun, rumput, dan akar tanaman yang menumpuk di permukaan jalan dapat menahan kelembapan dan menyebabkan kerusakan karena meningkatkan tingkat kelembaban dan menurunkan daya tahan jalan.
- Kurangnya Cahaya Matahari: Area yang tertutup oleh vegetasi atau bangunan, sehingga mendapat sedikit cahaya matahari, dapat memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dan menyebabkan pertumbuhan lumut atau alga di permukaan jalan. Lumut dan alga dapat membuat jalan licin dan menyebabkan bahaya bagi pengguna jalan.
- Sifat Tanah (Tekstur dan Struktur): Sifat tanah, termasuk tekstur (kandungan pasir, lempung, dan debu) dan struktur (susunan butiran tanah), mempengaruhi daya dukung dan stabilitas jalan. Tanah dengan komposisi yang tidak sesuai untuk perkerasan jalan dapat menyebabkan penurunan permukaan dan deformasi.
- Beban Angkutan yang Berlebihan: Beban angkutan yang melebihi kapasitas desain jalan dapat menyebabkan kerusakan struktural pada jalan, termasuk retak dan kerusakan pada lapisan perkerasan. Beban angkutan yang berlebihan juga dapat menyebabkan penurunan permukaan dan deformasi pada jalan.
Pemeliharaan jalan di kebun kelapa sawit dilakukan dengan dua cara yaitu :
Perbaikan secara manual dilakukan oleh tenaga kerja pria dengan membuang air dari lubang dan menimbunya kembali setelah lubang kering dan menunas daun kelapa sawit yang telah menutupi jalan yang sering disebut dengan istilah rempes.
Kerusakan dalam skala besar akan diperbaiki dengan Grader Catepillar seri 120 G dengan sistem Chamber agar air hujan tersebut mengalir ke parit.
Pengertian Tanah Laterite
Karakteristik Tanah Laterit
- Merupakan tanah yang sudah berumur tua
- Hanya cocok untuk ditumbuhi tanaman- tanaman tertentu saja
- Kandungan bahan organiknya sedang
- Memiliki pH netral
- Terbentuk pada lingkungan yang lembab, dingin atau pada genangan- genangan air
- Mudah menyerap air
- Tekstur tanah reltif padat dan kokoh
Kandungan Tanah Laterit
- Zat besi
- Alumunium