Dynamic
Cone Penetrometer
(DCP)
Alat Ukur CBR(California Bearing Ratio)
Lapangan (Field CBR)
Pengujian CBR pada jalan-jalan kebun CR/MR atau acces roads setelah di lakukan pekerjaan timbunan tanah laterite sesuai dengan perencanaan spesifikasi yang telah ditentukan dan penentuan pemilihan material laterite yang digunakan yang telah dilakukan test CBR Lab sebelumnya.
Pengukuran daya dukung tanah di lapangan dapat dilakukan dengan beberapa metode yang sesuai dengan kondisi tanah dan tujuan pengukuran. Berikut adalah beberapa metode umum untuk mengukur daya dukung tanah di lapangan:
- Plate Load Test (Pengujian Beban Pelat): Metode ini melibatkan penerapan beban pada pelat yang ditempatkan di permukaan tanah. Beban yang diterapkan secara bertahap meningkat untuk mengukur penurunan tanah. Dari data penurunan, daya dukung tanah dapat dihitung.
- Standard Penetration Test (SPT): Metode ini digunakan untuk mengukur ketahanan tanah terhadap penetrasi palu dengan berat tertentu yang jatuh dari ketinggian standar. Angka SPT (jumlah pukulan yang diperlukan untuk penetrasi setiap kedalaman tertentu) dapat digunakan untuk mengestimasi daya dukung tanah.
- Cone Penetration Test (CPT): Metode ini melibatkan penembusan tanah dengan menggunakan konus dengan sensor elektronik. Data tekanan dan geseran diukur untuk mengestimasi daya dukung tanah dan sifat geoteknik lainnya.
- Vane Shear Test: Metode ini digunakan untuk mengukur tahanan geseran tanah dengan menggunakan pendorong berbentuk vane yang ditempatkan di dalam tanah. Daya tahan geseran tanah dapat dihitung berdasarkan torsi yang diperlukan untuk memutar vane.
- Plate Bearing Test: Metode ini mirip dengan Plate Load Test, tetapi dilakukan pada lapisan tanah yang dalam dan lebih padat, misalnya untuk mengukur daya dukung fondasi.
- Load Test pada Struktur: Jika memungkinkan, dapat dilakukan pengujian beban langsung pada struktur yang akan dibangun di atas tanah untuk mengukur daya dukung tanah di bawah struktur tersebut.
Penting untuk diingat bahwa pengukuran daya dukung tanah di lapangan dapat bervariasi tergantung pada kondisi tanah yang sebenarnya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, direkomendasikan untuk melakukan pengujian dengan metode standar yang sesuai dan menggunakan instrumen yang tepat. Pengukuran daya dukung tanah ini membantu dalam perencanaan dan desain struktur yang aman dan efisien
Landasan Teori
Alat DCP terdiri atas tangkai baja yang di
bagian ujung dipasang konus baja dengan ukuran dan sudut tertentu, dan di
bagian atas dilengkapi dengan batang pengarah jatuh palu penumbuk. Metode DCP
ini adalah cara pengujian kekuatan lapisan perkerasan jalan (tanah dasar,
pondasi bahan berbutir) yang relatif cepat, yaitu dengan menekan ujung konus
yang ditimbulkan oleh pukulan palu dengan beban dan tinggi jatuh tertentu
menerus sampai kedalaman tertentu.
Untuk
memperkirakan nilai CBR tanah atau bahan granular dapat menggunakan beberapa
metode, namun yang cukup akurat dan paling murah sampai saat ini adalah dengan
alat Penetrasi Konus Dinamis atau dikenal dengan nama Dynamic Cone
Penetrometer (DCP). Di samping itu DCP adalah salah satu cara pengujian
tanpa merusak atau Non Destructive Testing (NDT), yang digunakan untuk
lapis pondasi batu pecah, pondasi bawah sirtu, stabilisasi tanah dengan semen
atau kapur dan tanah dasar.
DCP di Indonesia
Sampai saat ini alat DCP yang sudah banyak dikenal dan
digunakan adalah DCP yang diperkenalkan oleh TRL yang dilaporkan pada Overseas
Road Note 31, Crowthorne, UK (1993), untuk kondisi tropis dan sub-tropis.
Grafik hubungan yang digunakan adalah perumusan dari Smith dan Pratt, 1983
untuk sudut konus 30O dengan persamaan Log CBR = 2,503 – 1,15(Log
DCP), dan TRL, 1990 untuk sudut konus 60O dengan persamaan
Log CBR = 2,48 – 1,057(Log DCP).
Maksud dan Tujuan
Maksud tulisan ini adalah mengkaji perkembangan penggunaan
DCP yang selama ini sudah banyak digunakan untuk perencanaan dan pemeliharaan
jalan. Dengan memberlakukan pengujian DCP sebagai standar dalam merancang
pembngunan dan pemeliharaan jalan, maka diharapkan dapat dicapai efektifitas
pengumpulan data yang sederhana dan efisien.
Kegunaan
Hasil
pengujian DCP ini dikorelasikan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio)
untuk keperluan perencanaan pemeliharaan dan peningkatan jalan termasuk
perencanaan tebal perkerasan jalan.
Peralatan dan Teknisi
Umum
a.
Batang penyambung peralatan DCP harus dipasang dengan kokoh dan
kaku untuk menghindari kerusakan atau patahnya tangkai penyambung;
b.
Pengujian tidak boleh dilaksanakan pada saat hujan atau lapis
perkerasan tergenang air;
Peralatan
Peralatan penetrasi konus dinamis meliputi tiga
bagian utama yang satu sama lain harus disambung sehingga cukup kaku.
Personil
Pengujian DCP memerlukan 3 orang teknisi atau
operator, yaitu: 1) Satu orang memegang peralatan yang sudah terpasang dengan
tegak; 2) Satu orang untuk mengangkat dan menjatuhkan palu; 3) Satu orang untuk
mencatat hasil.
Cara Pengujian
a. Sambungkan seluruh bagian peralatan dan pastikan
bahwa sambungan tangkai atas dengan landasan serta tangkai bawah dan kerucut
baja sudah tersambung dengan kokoh;
b. Pegang
alat yang sudah terpasang pada posisi tegak di atas dasar yang rata dan stabil,
kemudian catat pembacaan nol sebagai pembacaan awal pada mistar pengukur
kedalaman.
c. Cara mengangkat dan menjatuhkan palu serta
jumlah pukulan
1) Angkat palu pada tangkai bagian atas dengan
hati-hati sehingga menyentuh batas handel;
2) Lepaskan palu sehingga jatuh bebas dan
tertahan pada landasan.
3) Lakukan langkah-langkah pada Butir 1) dan 2)
di atas sesuai ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
ü Untuk lapisan perkerasan yang normal, pencatatan
dilakukan pada setiap kedalaman 10 mm; walaupun demikian, masih memungkinkan
mengubah jumlah pukulan antara pembacaan bila kekuatan lapisan yang diuji
berubah lebih keras;
ü Untuk pondasi yang terbuat dari bahan berbutir
yang cukup keras, maka harus dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 sampai
10 pukulan;
Untuk pondasi bawah atau tanah dasar
yang terbuat dari bahan yang tidak keras maka pembacaan kedalaman pada sudah
cukup untuk setiap 1 atau 2 pukulan.
4) Apabila kecepatan penetrasi kurang dari 0,5
mm/pukulan, pembacaan masih dibenarkan tetapi bila setelah 20 pukulan tidak
menunjukkan adanya penurunan, maka pengujian harus dihentikan. Selanjutnya
lakukan pengeboran atau penggalian pada bagian tersebut sampai mencapai bagian
yang dapat diuji kembali.
d.
Cara mengangkat tangkai dan peralatan DCP
1) Siapkan bahwa peralatan akan diangkat atau
dicabut ke atas;
2) Angkat palu dan pukulkan beberapa kali dengan
arah ke atas sehingga menyentuh handel dan tangkai bawah terangkat ke atas
permukaan tanah.
Menentukan Nilai CBR
a. Pencatatan hasil pengujian dilakukan menggunakan
Formulir 1-DCP.
b. Periksa hasil pengujian lapangan yang terdapat
pada formulir dan hitung akumulasi jumlah pukulan dan akumulasi penetrasi setelah
dikurangi pembacaan awal pada Formulir-2 DCP; (dalam Tabel 2 disajikan analisis
pengujian DCP)
c. Gunakan Formulir 3-DCP, berbentuk sumbu tegak
dan sumbu datar, di mana pada bagian tegak menunjukkan kedalaman penetrasi dan
arah horizontal menunjukkan jumlah pukulan; (dalam Gambar 2 disajikan tipikal
ploting data DCP dan CBR)
d. Plotkan hasil pengujian lapangan pada salib
sumbu di atas;
e. Tarik garis yang mewakili titik-titik koordinat
tertentu yang menunjukkan lapisan yang relatif seragam;
f. Hitung kedalaman lapisan yang mewakili
titik-titik tersebut, yaitu selisih antara perpotongan garis-garis yang dibuat pada
Butir 4), dalam satuan mm;
g. Hitung
kecepatan penetrasi untuk setiap pukulan (mm/pukulan);
h. Gunakan gambar grafik pada Formulir-4 DCP
(Gambar 3) dengan cara menarik nilai kecepatan penetrasi pada sumbu horizontal
ke atas sehingga memotong garis tebal untuk sudut konus 600 atau garis
patah-patah untuk sudut konus 300;
i. Tarik garis dari titik potong tersebut ke arah
kiri sehingga nilai CBR dapat diketahui.
Dari hasil pembahasan dan uraian tersebut di
atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
a)
Dari suatu hasil uji, alat DCP dapat menginterpretasikan kedalaman lapisan
perkerasan dan nilai daya dukung CBR yang diukur, serta menguji kesesuaian
tebal lapis perkerasan yang diukur dengan uji Tes Pits.
b)
Dari hasil uji terlihat bahwa DCP dapat mengidentifikasi sampai kedalaman yang
diperlukan atau maksimum 120 cm, dengan tebal setiap lapisan sesuai dengan
nilai CBR yang diperoleh;
c)
Berdasarkan kecepatan perolehan data dan pengalaman lapangan, hasil pengujian
dengan alat DCP dapat dicapai sekitar 10 sampai 12 hasil uji per hari untuk 3
lapisan atau lebih, sehingga pengujian DCP adalah 6 kali lebih cepat dari pada
pengujian CBR lapangan konvensional.
d)
Perbedaan hasil pengukuran dengan test pits dapat terjadi karena lokasi yang
diuji dengan DCP tidak persis dilakukan di sekitar lokasi titik uji DCP. Dalam
setiap pengukuran pada umumnya tidak diperlukan test pits di setiap titik uji
karena akan memakan waktu yang relatif lama, merusak badan jalan, serta
memerlukan tambalan;
e) Pengujian dengan alat DCP relatif sangat cepat untuk
mengidentifikasi nilai CBR lapis perkerasan jalan yang ada di lapangan, untuk
penyelidikan atau pemeriksaan tebal dan daya dukung perkerasan jalan, serta
untuk mengukur kesesuaian tebal perkerasan jalan yang telah dilaksanakan oleh
penyedia jasa (Kontraktor).
f) Pengujian dengan alat DCP perlu dirumuskan menjadi
standar atau pedoman teknis untuk mengidentifikasi nilai CBR lapangan di
Indonesia.Nilai Dynamic Penetration Test (DCP) dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut "jumlah pukulan" atau "jumlah langkah pukulan". DCPadalah metode pengukuran ketahanan tanah terhadap penetrasi palu standar dengan berat tertentu yang jatuh dari ketinggian standar. Angka DCP adalah hasil dari jumlah pukulan yang diperlukan untuk mendorong sampeletronic di dalam tanah pada kedalaman tertentu selama periode pukulan yang ditetapkan.
DCP umumnya dilakukan dengan sampeletronic berdiameter sekitar 2,5 inci (6,35 cm) dan berat sekitar 140 lbs (63,5 kg). Palu standar yang digunakan memiliki berat sekitar 30 lbs (13,6 kg) dan jatuh dari ketinggian sekitar 30 inci (76 cm). DCP biasanya dilakukan pada interval kedalaman tertentu, misalnya setiap 1,5 meter.Hasil DCP dinyatakan dalam bentuk "N-value" atau "jumlah pukulan per kaki". N-value adalah jumlah total pukulan yang diperlukan untuk mendorong sampeletronic ke dalam tanah pada interval tertentu (biasanya setiap 1 kaki) selama periode pukulan yang ditetapkan.
Untuk Prosedure Pemeriksaan Laboratorium CBR Lab
Untuk Contoh Hasil Pemeriksaan Laboratorium CBR Lab
Kemampuan daya dukung tanah dapat dihitung dengan menggunakan berbagai metode dan rumus yang sesuai dengan kondisi tanah dan tujuan konstruksi. Berikut adalah dua metode yang umum digunakan untuk menghitung kemampuan daya dukung tanah:Metode CBR (California Bearing Ratio):
Metode CBR digunakan untuk mengukur daya dukung tanah pada kondisi tertentu dengan membandingkan daya dukung tanah terhadap standar tanah agregat yang padat dan kering. Prosesnya melibatkan pengujian laboratorium dengan mengukur resistansi tanah terhadap penetrasian piston dengan diameter tertentu.
Langkah-langkah pengujian CBR meliputi:Persiapan sampel tanah.
- Penyelidikan tanah pada kelembaban lapangan.
- Pengukuran beban yang diperlukan untuk menembus tanah pada kedalaman tertentu.
- Menghitung nilai CBR berdasarkan perbandingan beban yang diukur dengan beban yang diperlukan untuk menembus tanah agregat padat pada kedalaman yang sama.
Metode DAS (Differential Analysis Settle): Metode DAS digunakan untuk menghitung daya dukung tanah di bawah pondasi atau beban tertentu. Prosesnya melibatkan analisis perbedaan penurunan tanah akibat beban tambahan dan berat sendiri.
Langkah-langkah analisis DAS meliputi:Menghitung berat pondasi atau beban tambahan.
- Menghitung tebal lapisan tanah yang berpengaruh.
- Menghitung penurunan tanah akibat berat pondasi atau beban tambahan.
- Membandingkan penurunan dengan batas yang diizinkan untuk menentukan apakah kemampuan daya dukung tanah sudah mencukupi.
Kedua metode ini menghasilkan informasi tentang kemampuan daya dukung tanah. Hasil dari perhitungan tersebut memungkinkan insinyur untuk menentukan apakah tanah sudah cukup kuat untuk menahan beban tertentu atau apakah diperlukan tindakan perbaikan atau penguatan tanah sebelum membangun struktur di atasnya. Selain itu, ada metode lain yang lebih kompleks dan terperinci yang digunakan untuk situasi yang lebih khusus dan kompleks dalam perencanaan dan desain struktur.
Min Boleh minta sejarah alatnya ngak..?!
ReplyDelete