Thursday 3 August 2023

Mekanisasi Alat

MEKANISASI ALAT PERKEBUNAN SAWIT


Seiring dengan majunya perkembangan teknologi yang inovatif yang bermanfaat bagi sektor industri khususnya perkebunan kelapa sawit dengan tujuan memberikan nilai manfaat efisiensi waktu dan kerja proses produksi dibuatlah peralatan tambahan pada alat-alat produksi diperkebunan sawit , antara lain untuk proses panen, pengangkutan hasil panen, pemeliharaan kebun, pemupukan dan lain-lain.
Mekanisasi pertanian secara umum diartikan sebagai penggunaan alat dan mesin untuk menggantikan kegiatan yang biasanya dilakukan secara manual maupun dengan bantuan hewan. Mekanisasi dengan penggunaan alat dan mesin sejauh ini masih terfokus pada kegiatan onfarm, yaitu pada kegiatan pembukaan lahan, pemupukan, pemanenan dan pengangkutan buah, dengan penggunaan alat alat berat serupa traktor dan semacamnya. Penggunaan alat dan mesin pertanian pada perkebunan dapat membantu meningkatkan produktivitas. Namun hal ini harus diimbangi dengan kondisi man power dengan skill memadai dalam pengoperasian dan pemeliharaan unit/peralatan kerja sesuai SOP.
Pemakaian alat ataupun unit mesin sangat dibutuhkan bagi perkebunan yang mengejar produktivitas tinggi. Apalagi, ada sejumlah pekerjaan di kebun yang  dapat dijalankan lebih cepat dan efektif dengan alat serta teknologi. Disinilah mekanisasi merupakan jawaban atas kebutuhan pekebun.
Mekanisasi perkebunan sawit adalah penggunaan mesin dan peralatan dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan produksi kelapa sawit. Mekanisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas produksi perkebunan sawit, serta mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia. Beberapa aspek mekanisasi perkebunan sawit meliputi:
  • Penanaman: Penggunaan mesin dan alat bantu seperti traktor, alat tanam, dan alat penggali lubang tanam mempercepat proses penanaman bibit kelapa sawit. Hal ini mengurangi waktu dan tenaga yang diperlukan untuk penanaman secara manual.
  • Pemeliharaan Tanaman: Dalam upaya pemeliharaan tanaman kelapa sawit, mekanisasi dapat melibatkan penggunaan alat pemangkas pelepah, alat pemotong gulma, dan alat penyemprot pestisida atau pupuk. Dengan mekanisasi, perawatan tanaman dapat lebih efisien dan tepat sasaran.
  • Pemanenan Buah: Penggunaan mesin pemanen buah kelapa sawit, seperti harvester, memungkinkan pengambilan buah secara lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan pemanenan manual. Ini membantu mengurangi kerugian dan meningkatkan jumlah produksi tandan buah segar (TBS) yang dikumpulkan.
  • Pengangkutan TBS: Dalam pengangkutan tandan buah segar dari lokasi perkebunan ke pabrik pengolahan, digunakan alat bantu seperti truk dan konveyor. Mekanisasi pengangkutan mempercepat proses dan mengurangi kerugian hasil panen.
  • Pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit: Di pabrik kelapa sawit, mekanisasi melibatkan penggunaan berbagai mesin dan peralatan dalam proses ekstraksi minyak kelapa sawit dari tandan buah segar. Proses mekanisasi ini dapat meningkatkan rendemen minyak dan efisiensi pengolahan.
  • Pemeliharaan Infrastruktur: Perkebunan sawit yang mekanisasi juga dapat menggunakan mesin dan peralatan untuk pemeliharaan jalan, irigasi, dan saluran drainase dalam perkebunan.
Manfaat dari mekanisasi perkebunan sawit termasuk peningkatan efisiensi produksi, pengurangan biaya tenaga kerja, peningkatan kualitas produk, dan peningkatan daya saing perkebunan. Namun, dalam penerapannya, perlu diperhatikan pula dampaknya terhadap lingkungan dan keberlanjutan lingkungan sekitar.

Hal ini dengan didukung upaya dalam pemahaman pentingnya dalam pengadaan alat produksi :
1.Strategi Operasional Produksi
Penilaian kebutuhan alat produksi jangka panjang yang berorientasi pada nilai manfaat dan kemudahan pemeliharaan dan pengoperasian peralatan.
2.Fungsi Dan Manfaat Teknologi
Sesuai dengan fungsi dan manfaatnya pemlilihan alat mekanisasi bertujuan agar lebih efisien dan efektif serta dibarengi dengan peningkatan hasil produksi dengan keterbatasan manpower yang ada.
3.Manajemen Peralatan 
Dengan adanya peranan peralatan teknologi baru, perlunya dibentuk sistem organisasi yang berfungsi sebagai kontrol, pengawasan dan pemeliharaan unit peralatan kerja.
4. K3
K3, Kesehatan Keselamatan Pekerja khususnya dalam pengoperasian peralatan kerja dengan didukung pola SMK3/OHS dalam pengoperasian alat kerja, dibutuhkan trainer dan juga inspeksi peralatan kerja yang digunakan.

Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai inovasi telah diterapkan dalam industri perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Beberapa teknologi modern yang dapat dimanfaatkan dalam perkebunan kelapa sawit meliputi:
  • Software/IT untuk Pengelolaan Perkebunan: Berbagai aplikasi dan perangkat lunak telah dikembangkan untuk membantu pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Dengan menggunakan teknologi ini, petani dapat mengoptimalkan pemeliharaan kebun, mengawasi kesehatan tanaman, mengelola pemupukan dan irigasi, serta meningkatkan efisiensi operasional.
  • Teknologi Drone: Drone atau pesawat tanpa awak memiliki berbagai aplikasi dalam perkebunan kelapa sawit. Mereka dapat digunakan untuk survei lahan, pemantauan kondisi tanaman, pendataan lahan dan tanaman, serta pemetaan topografi perkebunan. Penggunaan drone dapat memberikan data yang akurat dan up-to-date untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.
  • Teknologi Peralatan Produksi: Perkembangan teknologi dalam mesin pengolahan kelapa sawit seperti pengolahan tandan buah segar (TBS) dan pengolahan minyak kelapa sawit telah meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi. Peralatan modern ini dapat meningkatkan yield minyak kelapa sawit dan mengurangi limbah.
  • Teknologi Pemeliharaan Infrastruktur: Pemeliharaan jalan, irigasi, dan saluran drainase di perkebunan kelapa sawit juga dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan teknologi. Misalnya, penggunaan peralatan modern untuk pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur dapat menghemat waktu dan tenaga kerja.
Semua teknologi ini memberikan potensi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam industri perkebunan kelapa sawit. Namun, penerapan teknologi tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi lokal, ukuran perkebunan, dan kemampuan sumber daya manusia. Dengan menggabungkan mekanisasi dan teknologi modern, perkebunan kelapa sawit dapat menjadi lebih berkelanjutan dan efisien.


INSPEKSI DAN COMISSIONING ALAT BERAT


INSPEKSI DAN COMISSIONING ALAT BERAT

Inspektur  memiliki tugas pokok yaitu melakukan inspeksi, pengujian alat, penelaahan standar dan kelayakan teknis berbagai aspek fungsi peralatan kerja , mengembangkan metoda dan teknik inspeksi, melaporkan dan menyebarluaskan hasil inspeksi. Untuk mendapatkan hasil kegiatan inspeksi yang optimal, maka perlu disusun Petunjuk Teknis Pelaksanaan Inspeksi peralatan kerja proyek yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan inspeksi baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan inspeksi. 
Petugas Inspector merupakan  yang bertanggung jawab dalam proses inspeksi alat angkat-angkut atau crane. Tempat dimana dioperasikan pesawat angkat-angkut baik di tempat kerja industri maupun proyek–proyek konstruksi seperti crane, excavator, bulldozer, wheel loader, dump truck, overhead crane, forklift dan peralatan sejenis lainnya dapat menimbulkan kecelakaan karena beban lebih. Demikian halnya konstruksi tidak layak pakai dan penyebab lainnya yang dapat menimbulkan kerugian korban jiwa sebagai aset perusahaan dan orang lain di tempat kerja. Untuk itu setiap pelaku dalam proses produksi harus dapat memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengoperasian setiap peralatan di tempat kerja.Berdasarkan peraturan perundang-undangan Keselamatan Kerja (K3) yang berlaku bahwa setiap perencanaan, fabrikasi dan pengoperasian pesawat angkat-angkut di Indonesia harus melalui proses pemeriksaan dan penilaian teknik terlebih dahulu sebelum dioperasikan oleh tenaga operator dan maintenance yang kompeten. Inilah yang menjadi dasar mengapa perusahaan harus memiliki Inspector yang handal dan memiliki kualifikasi sesuai standar,sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat dipertanggungjawabkan.  Inspector harus memahami antara lain :
  • Memahami upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui pendekatan inspeksi teknik K3 guna mewujudkan produktivitas kerja dan efisiensi yang optimal 
  • Memahami standar kompetensi peralatan kerja alat berat Inspector sesuai standard dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai Inspector dengan baik dan benar 
  • Pengetahuan pemahaman jenis dan fungsi perlatan kerja alat berat.
  • Memahami pelaksanaan inspeksi teknik dan penilaian kelayakan konstruksi pesawat angkat angkut berdasarkan standard dan peraturan perundang-undangan K3 yang berlaku dalam bentuk teori, inspeksi teknik, dan pembuatan laporan inspeksi untuk keperluan sertifikat dan perizinan.
  • Memahami analisa safety (JSA Job Safety Analysis) bahaya yang ditimbulkan dari pengoperasian alat berat
  • Memahami standar verifikasi alat pengaman peralatan kerja.
  • Memahami kualifikasi dan kompetensi operator yang mengoperasikan alat berat

Inspeksi Peralatan Kerja Alat Berat antara lain mencakup :

  • Inspeksi visual pada standar alat kerja jenis tipe peralatan 
  • Inspeksi engine, alternator dan radiator, track wheel steering
  • Pengujian operasi peralatan secara penuh sesuai dengan fungsi kegunaan
  • Pengujian fungsi kontrol perlengkapan unit
  • Inspeksi perlindungan sirkuit elektrik, hose  dan mesin
  • Inpspeksi tangki dan konsumsi bahan bakar
Lingkup Dasar
  • Memahami  prinsip dasar inspeksi alat berat ; 
  • Memahami  jenis-jenis  inspeksi peralatan kerja alat berat
  • Memahami  tahapan  inspeksi sehingga dapat merencanakan dan melakukan inspeksi serta memonitor hasil inspeksi.
  • Memahami  teknik  pengamatan total dengan menggunakan panca  indera  mata, telinga, hidung dan peraba pengoperasian alat berat
  • Mengetahui  urutan  prioritas dari objek  yang harus diamatpengoperasian alat berat dan
  • Memahami    tindakan agar perbuatan tidak aman tidak terulang kembali.
Lingkup dasar inspeksi alat berat mencakup berbagai aspek untuk memastikan kelayakan dan keamanan alat berat sebelum digunakan dalam pekerjaan. Berikut adalah lingkup dasar inspeksi alat berat:
  • Inspeksi Visual: Meliputi pemeriksaan keseluruhan alat berat untuk mendeteksi kerusakan, keausan, retakan, atau bagian yang aus. Inspeksi visual adalah tahap awal untuk menemukan masalah yang mungkin terlihat dari luar.
  • Mesin dan Sistem Penggerak: Meliputi pemeriksaan mesin, transmisi, sistem pendingin, sistem bahan bakar, sistem pelumasan, sistem pembuangan, dan sistem penggerak (track, roda, dan steering). Tujuan dari inspeksi ini adalah untuk memastikan semua sistem berfungsi dengan baik dan tidak ada masalah yang mengganggu kinerja alat berat.
  • Sistem Hidraulik: Meliputi pemeriksaan selang hidraulik, pompa hidraulik, katup hidraulik, dan reservoir. Sistem hidraulik penting untuk mengoperasikan berbagai fungsi alat berat, dan inspeksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebocoran atau masalah lainnya yang dapat mengurangi efisiensi atau menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
  • Sistem Listrik: Meliputi pemeriksaan kelistrikan, termasuk kabel, konektor, baterai, generator, alternator, dan sistem pengisian. Inspeksi ini penting untuk memastikan sistem listrik berfungsi dengan baik dan mencegah potensi masalah keamanan seperti korsleting.
  • Rangka dan Struktur: Meliputi pemeriksaan rangka utama dan struktur lainnya untuk mendeteksi retak, keausan, atau deformasi. Integritas struktural adalah hal yang kritis untuk memastikan keselamatan saat menggunakan alat berat.
  • Sistem Rem: Meliputi pemeriksaan rem utama dan rem darurat. Sistem rem harus berfungsi dengan baik untuk memastikan kendali dan keamanan saat menggunakan alat berat.
  • Perlindungan Keselamatan: Meliputi pemeriksaan sistem perlindungan operator, termasuk kaca pengaman, sabuk pengaman, dan pintu keselamatan. Juga termasuk dalam inspeksi ini adalah pemeriksaan tanda peringatan dan label keselamatan.
  • Sistem Pelumasan: Meliputi pemeriksaan sistem pelumasan untuk memastikan semua bagian bergerak yang membutuhkan pelumasan mendapatkan jumlah pelumas yang tepat.
Inspeksi alat berat harus dilakukan secara teratur dan oleh personel yang terlatih. Hasil inspeksi harus didokumentasikan dengan baik untuk referensi di masa mendatang dan untuk memastikan perbaikan yang diperlukan dapat dilakukan tepat waktu. Inspeksi yang cermat dan teliti akan membantu menjaga alat berat dalam kondisi prima dan memastikan operasionalitas yang aman dan efisien.

Melakukan inspeksi pada alat berat sudah merupakan hal wajib sebagai langkah awal preventive maintenance. Dengan menginspeksi alat berat secara rutin, kondisi alat berat dapat dipantau lebih baik dan keselamatan pekerja/operator alat berat juga lebih terjamin melalui P2H. Kegagalan kerja alat berat, baik itu excavator, dump truck, forklift, crane, loader, dan lainnya dapat merugikan perusahaan, mulai dari produktivitas yang menurun, biaya yang bertambah untuk perbaikan atau penggantian alat berat baru, sampai bahaya karena kecelakaan kerja pada pekerja. Dari sisi finansial sampai sumber daya sangat merugikan, bukan? Oleh karena itu, inspeksi sangat krusial bagi perusahaan pengguna alat berat, baik itu perusahaan tambang, konstruksi, ataupun plantation. Inspeksi harian, bulanan, tahunan, atau pada periode yang telah ditentukan harus dijalankan dengan baik sehingga dapat memberikan efek positif yang maksimal juga bagi perusahaan.
Setelah melakukan inspeksi, setiap hasilnya harus direkap ke dalam laporan inspeksi yang dilaporkan ke atasan dan dikumpulkan ke perusahaan. Nah, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar laporan inspeksi alat berat dapat lebih optimal, yaitu:
  1. Totalitas Selalu mengecek keseluruhan bagian alat berat tanpa ada yang terlewat, mulai dari kondisi fisik, kondisi mesin, sampai kondisi cairan (bahan bakar, oli, dll) pada alat berat. Semakin teliti akan semakin baik karena dapat mendeteksi kerusakan sekecil apapun pada alat berat dan mencegah kerusakan tersebut menjadi semakin besar yang dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja atau kerusakan total.
  2. Detail Hasil dari pengecekan alat berat langsung dimasukkan ke dalam laporan inspeksi secara detail. Jika inspeksi sudah totalitas, tetapi laporan yang dibuat sangat minimalis maka tidak akan memberi fungsi maksimal. Abnormalitas alat berat sekecil apapun itu tetap harus dimasukkan ke dalam laporan agar dapat segera ditindaklanjuti.
  3. Patuh Prosedur Setiap alat memiliki prosedur masing-masing, baik dari perusahaan maupun manufaktur. Prosedur ini ditujukan agar segala kegiatan yang berhubungan dengan alat berat bersangkutan dapat berjalan dengan optimal tanpa membawa dampak negatif bagi alat. Patuhi prosedur yang ada, minimal manual alat berat dari manufaktur alat.
  4. Re-check Selalu kembalikan alat berat pada kondisi sebelum dilakukan inspeksi, misalnya cek apakah penutup oli hidraulik telah terpasang kembali dengan baik. Inspeksi memang penting, namun jika ada keteledoran setelah melaksanakan inspeksi tetap berpotensi menimbulkan bahaya bagi alat berat maupun bagi operator. Bahkan satu skrup saja sangat penting untuk dikencangkan kembali setelah inspeksi! 

Pertama-tama yang kita inspeksi secara visual yaitu bagian exterior peralatan/alat berat secara umum seperti inspeksi bagian depan, belakang, samping kiri dan kanan, ada tidaknya karat pada bagian permukaan, kelengkapan & kondisi kaca-kaca spion, lampu-lampu, ada tidak alat pemadam api (APAR), Kotak P3K, casis (chassis) dan bawah (undercarriage) track/wheels. Jika hal diatas terlah dilakukan maka inspeksi dapat diteruskan ke bagian-bagian berikut (visual):  

Kokpit (cockpit) Driver/Operator Cabin. Inspeksi area dalam cabin termasuk alat control & switches, kursi, seat belt, klakson, first aid kit, dan lain-lain. Apakah ada bagian-bagian yang rusak, penyok atau karat, dan sejenisnya. 

Mesin/Radiator/Alternator. Memeriksa saat sebelum mesin dihidupkan: kondisi oli mesin / warna & kekentalan oli, tercampurnya oli dengan air atau kontaminasi dengan kotoran atau bahan bakar. Kemudian hidupkan mesin dan panaskan: periksa fungsi control panas mesin, alat-alat pengukur, kondisi pengatur udara dan lain-lain. Setelah beberapa menit mesin memanas maka saatnya untuk menyelidiki kondisi mesin lebih jauh. Periksa kebocoran, kondisi radiator, knalpot, warna asap / gas buang dan semua kelengkapan mesin seperti alternator, kompresor pengatur udara, turbo, tingkat kebisingan mesin, dll. Adakah bagian-bagian yang penyok, karat, rusak atau retak. 

Silinder hidrolik/Hose Hidrolik. Saat memeriksa bagian hidrolik: bagian ini harus mulus tanpa cacat sama sekali. Jika ada oli pada permukaannya maka menunjukkan ada cacat pada rod hidrolik atau adanya kebocoran lainnya. Periksa juga kondisi selang (hose) dan fitting. Normalkah suara putaran pompa? Bagaimana kondisi oli hidrolik? Kotor atau bersih. Periksa juga kondisi bantalan (bearings), pins dan bushing. 

Sistem kelistrikan dan Battery (Aki). Periksa kondisi sistem penerangan (lampu-lampu), alarm mundur (reverse alarm), aki, kabel kabel dan peralatan kelistrikan lain. 

Rem/Lock. Periksa fungsi dan kondisi rem kaki, rem parkir, dan lainnya. 

Transmisi. Periksa kebisingan yang timbul dari kopling (clutch) dan lainnya. Adakah suara-suara yang tidak biasanya 

Undercarriage, casis dan Roda Ban/Velg komponennya lainnya. Bagian ini merupakan hal kritis maka periksalah bagian kiri-kanan: frames, adjuster ,sprocket, link bush, shoe, rollers & idlers, kondisi track dari retak, karat, keausan ban, baut roda dan rusak lainnya. 

Blade/Bucket/ Bak Vessel . Kondisi blade harus diperiksa. Pemeriksaan secara umum: pin-pin, bagian tepinya tanpa cacat retak, keausan, kebocoran, kerapat pintu bak vessel, lock otomatis dan lain-lain.

Pengertian Commissioning 
Commissioning (COMM) adalah rangkaian kegiatan pengujian tes kesesuaian standar atau melakukan pengujian tes operasional suatu pekerjaan secara nyata maupun secara simulasi untuk memastikan bahwa pekerjaan/peralatan yang dipergunakan dapat dilaksanakan dan memenuhi semua peraturan yang berlaku SOP yang berlaku (rule), regulasi (regulations), kode (code) dan sesuai standar (standard) yang telah ditetapkan antara pelaksana kerja dan pemberi kerja. Pelaksanaan ini dilakukan apabila pelaksana kerja (kontraktor) telah menyelesaikan pekerjaan persiapan dan siap mulai untuk melakukan.
Dalam konteks alat berat atau peralatan industri, commissioning adalah tahap akhir dalam proses persiapan sebelum peralatan atau sistem dapat dioperasikan secara resmi dalam lingkungan kerja yang sebenarnya. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa peralatan atau sistem telah dirakit, diinstal, dikonfigurasi, dan diuji dengan benar sesuai dengan spesifikasi dan standar yang berlaku.
Proses commissioning melibatkan serangkaian kegiatan seperti:
  • Pengujian Fisik: Memastikan bahwa semua komponen fisik terpasang dengan benar dan sesuai spesifikasi, termasuk perangkat keras, sensor, kabel, dan peralatan terkait.
  • Pengujian Fungsional: Menguji fungsi dan kinerja masing-masing komponen serta melakukan pengujian integrasi untuk memastikan interaksi antar bagian berjalan dengan baik.
  • Pengujian Operasional: Mengoperasikan peralatan atau sistem dengan menggunakan skenario nyata atau simulasi untuk memverifikasi kinerja dan keandalan dalam situasi yang sesungguhnya.
  • Pengujian Keamanan: Memastikan bahwa semua aspek keamanan telah diuji dan berfungsi dengan baik, termasuk sistem perlindungan operator dan sistem keselamatan lainnya.
  • Pengujian Kesesuaian Standar: Memastikan bahwa peralatan atau sistem memenuhi standar keselamatan, lingkungan, dan kinerja yang berlaku.
  • Pelatihan: Melakukan pelatihan kepada operator atau personel terkait untuk memastikan mereka memahami penggunaan dan operasi peralatan dengan benar.
  • Verifikasi Dokumentasi: Memastikan bahwa semua dokumen teknis dan manual pengguna sudah disiapkan dan diperbaharui sesuai dengan hasil commissioning.
Setelah commissioning selesai, hasil pengujian dan verifikasi harus direkam dan didokumentasikan secara lengkap. Hasil ini digunakan sebagai bukti bahwa peralatan atau sistem telah siap untuk dioperasikan dengan aman dan efisien.
Proses commissioning yang cermat dan teliti sangat penting untuk mencegah potensi masalah atau kegagalan saat peralatan beroperasi dalam situasi yang sesungguhnya. Dengan melakukan commissioning dengan baik, perusahaan atau organisasi dapat memastikan bahwa investasi mereka dalam peralatan atau sistem memberikan hasil yang diharapkan dan dapat berkontribusi pada produktivitas dan keselamatan dalam lingkungan kerja.

EPC Company (Engineering, Procurement, Construction).
Tujuan utama dari commissioning adalah untuk mempengaruhi serah terima  unit / peralatan secara aman dan tertib dari konstruktor ke pemilik, dan menjamin keamanan pengoperasianya dalam hal proses kinerja , keamanan keselamatan, dan kelayakan informasi. Selain itu, ketika dilaksanakan dengan cara yang terencana dan efektif, commissioning biasanya merupakan faktor penting untuk pemenuhan persyaratan jadwal, biaya, keselamatan, dan kualitas proyek
Pemeriksaan merupakan bagian dari testing dan komisioning, dengan cara melihat langsung terhadap material/peralatan/barang maupun konstruksi instalasi listrik yang telah terpasang, secara kasat mata dan tanpa melalui alat/peralatan bantu. Ada dua jenis pemeriksaan yaitu: pemeriksaan sifat tampak (Visual check) dan pemeriksaan pengoperasian (konstruksi). 
Tujuan utama dari commissioning adalah untuk mempengaruhi serah terima unit atau peralatan secara aman dan tertib dari konstruktor atau pihak yang bertanggung jawab atas pemasangan dan pengujian awal, ke pemilik atau operator akhir. Proses commissioning dilakukan untuk memastikan bahwa peralatan atau sistem telah diinstal dan diuji dengan benar, serta memenuhi persyaratan teknis dan keselamatan sebelum digunakan secara operasional.
Beberapa tujuan utama dari commissioning adalah:
  • Keamanan Pengoperasian: Memastikan bahwa peralatan atau sistem beroperasi sesuai dengan standar keamanan yang berlaku. Semua sistem keselamatan dan proteksi operator harus berfungsi dengan baik dan telah diuji untuk menghindari risiko cedera atau kecelakaan saat operasional.
  • Kinerja yang Optimal: Memastikan bahwa peralatan atau sistem berfungsi sesuai dengan kinerja yang diharapkan dan sesuai dengan spesifikasi teknis. Pengujian fungsional dan integrasi membantu menilai apakah peralatan berjalan dengan baik dan efisien.
  • Kelayakan Informasi: Memastikan bahwa semua informasi teknis dan manual pengguna terkait peralatan telah disiapkan dan diberikan kepada operator atau personel yang terlibat dalam pengoperasian. Informasi ini membantu dalam penggunaan yang benar dan pemeliharaan rutin untuk menjaga kinerja peralatan.
  • Identifikasi Masalah dan Perbaikan Awal: Proses commissioning dapat mengidentifikasi masalah potensial atau kekurangan dalam pemasangan dan pengujian awal sehingga dapat segera diperbaiki sebelum peralatan beroperasi dalam lingkungan yang lebih kritis.
  • Pelatihan Operator: Memberikan pelatihan kepada operator atau personel terkait untuk memahami penggunaan dan operasi peralatan dengan benar. Operator yang terlatih dapat mengoperasikan peralatan dengan aman dan efisien.
  • Compliance dengan Standar dan Peraturan: Memastikan bahwa peralatan atau sistem memenuhi persyaratan dan standar yang berlaku, termasuk standar keselamatan, lingkungan, dan kinerja.
Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, proses commissioning membantu memastikan bahwa peralatan atau sistem siap untuk digunakan dengan aman, efisien, dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini menjadi langkah penting dalam siklus hidup peralatan atau sistem industri dan membantu memastikan keberhasilan dan keandalan operasional dalam jangka panjang
 
 

 
 
 
Tes dan inspeksi konstruksi Tahapan pertama dalam commissioning test adalah rangkaian kegiatan pemeriksaan uji teknis  konstruksi peralatan kerja (equipment) untuk pelaksanaan pekerjaan .Hal ini bertujuan untuk memastikan peralatan telah sesuai dengan rancangan dan siap untuk digunakan.
 
Form Inspeksi/Commisioning dan pemeriksan harian (P2H) Alat Berat bisa didownload disini atau klik gambar
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   

 
 
  

 
 

 
 

Standard Pengoperasian Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat)

  Standard Pengoperasian   Unit Alat Berat (Alat Angkut , Alat Angkat dan Alat Muat) 1. P2H (Pengecekan &   Pemeliharaan Harian) 2. ...